Bandit Cantik

Masih Terlalu Muda



Masih Terlalu Muda

0"Kakak, apakah otakmu sudah dicuci?"     
0

Apa yang dia maksud dengan menunggunya menang?     

Yan Jinyi yang berlengan dan berkaki kurus itu tentu dapat dia kalahkan dengan mudah.     

Ah, dia juga masih terlalu muda.     

Huo Zixing menggelengkan kepalanya, "Karena kamu adalah adikku, kakak sarankan kamu untuk segera menyalin dan menyelesaikan pekerjaan itu dengan cepat."     

Bahkan kakak ketiga pun ada di pihak Yan Jinyi?     

Jampi-jampi apa sebenarnya yang wanita itu berikan kepada semua orang?     

Huo Qingyuan menatap kepergian Huo Zixing dengan memelas. Dia merasa semakin marah, sampai-sampai dadanya terasa sakit. Namun, pada akhirnya dia bergegas kembali ke ruang belajar meskipun diselimuti perasaan geram.     

Huo Qingyuan segera meraih ponselnya. Dia mencari nomor Huo Xishen kemudian menelponnya.      

Ketika terdengar nada sambung, ponselnya tiba-tiba saja mati karena kehabisan daya.      

Si*lan!     

Yan Jinyi, urusan kita masih belum selesai!     

Huo Qingyuan dengan terpaksa mengambil beberapa lembar kertas lalu mulai menyalin sambil menggerutu.     

Ketika tiba di ruang tamu, yang dilakukan Huo Zixing pertama kali adalah menanyakan keberadaan Yan Jinyi.     

"Nyonya muda sudah tidur." Zhang Guoquan menunjuk segelas teh susu yang terlihat enak di atas meja, "Nyonya muda menyiapkan itu untuk tuan muda cicipi."     

Teh susu?     

Apakah Yan Jinyi tidak tahu jika dia membenci minum-minuman yang biasa diminum oleh perempuan?     

Tapi…     

Dia melangkah mendekat, memasukkan sedotan ke dalam mulutnya, lalu meminumnya. Aroma manis susu segera memenuhi mulutnya.     

Alis mata Huo Zixing bergerak-gerak, dia tidak pernah menyangka jika teh susu bisa seenak ini!     

Matanya terlihat berbinar, "Paman Zhang, apa dia membeli ini khusus untukku?"     

"Eh, saya tidak tahu. Tapi beliau menyuruh saya untuk menunggu Anda pulang dan memberikan ini kepada Anda."     

Berarti itu memang dibeli khusus untuknya!     

Huo Zixing meminumnya lagi dalam satu tegukan besar, "Apakah Huo Qingyuan juga diberi ini?"     

 "Maaf?"     

 "Apakah Yan Jinyi juga membelikan teh susu untuk Huo Qingyuan?"     

Zhang Guoquan baru mengerti, kemudian menggelengkan kepala nya.      

Oh!     

Huo Qingyuan tidak diberi milk tea.     

Huo Qingyuan juga harus menyelesaikan salinannya sebelum pukul 12 dini hari.     

Yan Jinyi terbangun karena mimpinya.     

Di mimpi itu, dia kembali ke Desa Heiyun dan menjadi dirinya sendiri sebagai ketua bandit.     

Ah...     

Kenapa rasanya begitu menyenangkan diikuti oleh sekelompok pemuda?     

Dia menghela nafas. Matanya melihat Huo Zixing yang berjalan pelan menaiki tangga dengan segelas milk tea di tangannya.     

 "Milk tea nya cukup enak."     

 "Ya, benar."     

Itu promo beli dua gratis satu. Dia berikan satu kepada Tan Sangsang, tapi sayangnya dia tidak bisa minum lebih dari satu gelas. Jadi lebih baik dia berikan sisanya untuk Huo Zixing saja.     

"Apa kamu bangun untuk membukakan pintu Huo Qingyuan?"     

"Ya."     

Huo Qingyuan mendengar suara dari luar pintu. Dia berdiri di depan pintu, merasa kebingungan harus marah-marah kepada Yan Jinyi sekarang atau tetap diam dan berlagak tidak acuh.     

Suara kakak ketiga juga terdengar lagi.     

"Huo Qingyuan harus diberi pelajaran. Temperamennya sangat buruk. Kamu harus memberinya pelajaran selama sehari semalam!"     

Huo Qingyuan tidak menyangka.     

Ya tuhan, kenapa kakak ketiga tidak berada di pihaknya?     

Padahal dia yang selalu berada di sisiku dan melindungiku sejak kecil.     

Hatinya hancur sekali.     

Yan Jinyi masih memiliki hati nurani, dia membuka pintu dengan tegas.     

Saat membuka pintu itu, dia melihat Huo Qingyuan yang berwajah marah sedang berdiri di dalam kamar.     

Ia melirik beberapa lembar kertas yang berantakan di atas meja seraya berujar. "Sudah selesai menyalinnya?"     

"Apa kamu tidak punya mata? Atau kamu tidak bisa melihat?"     

Suasana hati Huo Qingyuan benar-benar buruk saat ini.     

Yan Jinyi mengernyitkan alisnya. Diam-diam Huo Zixing yang berada di sampingnya mengacungkan jempol.     

Oh, Huo Qingyuan, tamat sudah riwayatmu. Yan Jinyi adalah wanita kejam yang bermulut tak kalah kejam, dan kamu masih mau membuatnya lebih marah lagi?     

Namun, tanpa diduga, alih-alih membalas perkataan Huo Qingyuan, Yan Jinyi hanya masuk ke dalam kamar, lalu memeriksa hasil pekerjaannya.     

"Hmm, tulisannya sedikit jelek. Baiklah, kamu sudah boleh makan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.