Inevitable Fate [Indonesia]

Mereka Saling Menemukan [TAMAT]



Mereka Saling Menemukan [TAMAT]

0"Nyonya! Tuan!" Maid Eiko datang ke Reiko dan suaminya yang sedang bersantai di teras samping.     
0

"Ada apa, Eiko-san?" tanya Reiko saat melihat maid-nya panik.     

Maid Eiko berkata panik, "Obaa-sama! Obaa-sama!"     

"Ada apa dengan nenek?" Reiko jadi merasakan hal tak baik akan terjadi.     

Maka, Reiko dan yang lainnya bergegas ke kamar Bu Zein. Di sana, Beliau mulai terlihat tersengal-sengal napasnya, hampir sekarat.     

Tak mau menunggu banyak waktu terlewatkan, Nathan Ryuu hendak membawa Bu Zein ke rumah sakit.     

Namun, Beliau menolak. "Jangan … rumah sak-sakit … biarkan … aku … aku mati … di sini … kumohon …." Suara Bu Zein terdengar putus-putus.     

"Nenek! Nenek!" Reiko mulai berurai air mata. Lututnya jatuh ke lantai sambil memegangi tangan neneknya.     

Nathan Ryuu menghargai keinginan Bu Zein, dan dia memiliki inisiatif lain. Dia menggunakan ponselnya untuk menghubungi Nanik di Indonesia. "Bu Zein tidak baik-baik saja." Setelah itu, dia mengubah menjadi video call agar bisa memasukkan Bu Zein di dalam kamera.     

Nanik bergegas memberitahu ayah dan saudaranya, lalu berkata pada Nathan Ryuu lagi, "Ryuu, kau ada Zoom?"     

"Ada." Nathan Ryuu mengangguk.     

"Pakai Zoom saja, Ryuu, cepat!" Nanik tak sabar.     

Maka, Nathan Ryuu menuruti Nanik dan mengganti ke Zoom. Tak lupa dia memberikan linknya ke Nanik untuk diberikan ke semua anggota keluarga.     

Tak lama kemudian, semua keluarga Zein di Indonesia bisa menyaksikan kondisi lemah Bu Zein dalam Zoom.     

"Biarkan aku … bicara pada mereka …." Bu Zein berkata, "Kalian … apa kabar?"     

"Mamih! Mamih kenapa tidak dibawa ke rumah sakit?" tanya Nanik dengan panik melihat kondisi lemah ibunya.     

"Aku yang tidak ingin … aku … bosan … rumah sakit … trauma … benci …." Bu Zein mengatakan apa yang selama ini Beliau pendam begitu lama.     

Ternyata, selama ini Bu Zein membenci rumah sakit. Mungkin Beliau benar-benar tak menyukai suasana rumah sakit dan trauma berada di sana karena selama ini dia jarang dijenguk bila berada di rumah sakit.     

Untung saja Nathan Ryuu tidak memaksa Beliau untuk dibawa ke rumah sakit.     

"Mamih, sejak kapan Mamih sakit? Kenapa Mamih kurus sekali?" Stanley ikut bicara di Zoom-nya, seakan-akan dia sedang mencari celah untuk menyalahkan Reiko dan Nathan Ryuu yang dianggap tidak becus merawat ibunya di Jepang.     

"Jangan … ngawur … aku jatuh sakit … baru hari ini … tapi rasanya aku … aku bersiap … pergi …." Bu Zein seperti memarahi putranya yang seenaknya mengambil kesimpulan. "Aku … bahagia di … sini … dan sekarang … siap pergi …."     

"Mamih jangan bicara begitu!" Nanik menangis histeris. "Kenapa harus mendadak begini, Mih? Aku tidak bisa secepatnya pesan tiket pesawat ke Jepang. Hu hu hu …."     

Mengabaikan tangisan putri pertamanya, Bu Zein malah berbicara pada suaminya, "Mas … To … terima kasih atas segala yang sudah kau berikan … padaku … semuanya aku … syukuri …."     

Pak Zein mengangguk sambil menahan air matanya. Guratan keriput di wajahnya semakin jelas. "Iya. Aku juga berterima kasih dan meminta maaf apabila ada sikap dan tindakanku yang tidak sesuai dengan keinginanmu, Mih."     

Bu Zein tersenyum mendengar suaminya dan kemudian dia menyebut Stanley, "Kamu … Stan…ley … jujurlah pada…ku, pada ibu…mu ini …."     

"Me-mengenai apa, Bu?" tanya Stanley sambil berlagak menghapus air matanya.     

"Kau … apakah kau yang … membayar orang … untuk mencelakai … Ruri?" tanya Bu Zein yang mengagetkan semua orang di sana. Reiko bahkan membekap kedua mulutnya.     

Wajah Stanley mendadak rumit dan panik ketika mendapatkan pertanyaan semacam itu dari ibunya yang sekarat. "Mih … itu …."     

"Jujurlah pada … Mamih … sekarang … daripada Mamih … menghantuimu … seumur hidupmu …." Bu Zein seperti sedang mengancam putranya.     

"Mamih …." Raut wajah Stanley rumit seketika. Dia kesusahan menjawab.     

Sementara itu, Reiko yang langsung paham apa yang sebenarnya terjadi pada ayah dan ibunya, dia menangis di pelukan suaminya. Ternyata kecelakaan itu direncanakan!     

Mendadak, dari arah jendela Zoom Stanley, muncul Pak Zein, Beliau memukuli putranya menggunakan tongkat di tangannya.     

"Bajingan! Rupanya kau, bajingan sialan!" Pak Zein tidak menahan-nahan lagi pada pukulannya. Dia hantamkan tongkatnya pada tubuh Stanley di bawah pengawasan pengawal pribadi Beliau.     

"Ampun, Pih! Ampun!" Stanley menjerit-jerit sambil berusaha mengelak gempuran tongkat ayahnya. "Papih, ampun! Ini ide si jalang Marlyn! Ini bukan ideku, Pih! Ampun!"     

Bu Zein tersenyum, sudah tidak memerlukan lagi jawaban dari Stanley karena semua sudah bisa disimpulkan dari raut panik Stanley dan jeritan meminta ampun putranya tadi saat dipukuli suaminya.     

Sedangkan Nanik dan Aristea hanya bisa melongo melihat adegan di Zoom. Terlalu mengejutkan, terlalu di luar logika mereka! Jadi … yang membunuh Rurike adalah saudara mereka sendiri? Stanley? Meski dengan ide dari Marlyn, istrinya?     

Nathan Ryuu merasakan darahnya mendidih setelah dia paham apa yang sedang terjadi. Meski dia bisa bertemu Reiko ketika istrinya menjadi yatim piatu, namun membunuh saudara sendiri hanya karena dendam tak penting dan warisan, itu rasanya sungguh keterlaluan!     

Walaupun semua orang tentunya bertanya-tanya kenapa Bu Zein bisa mengetahui itu semua, tapi sepertinya Beliau tidak memiliki niat mengungkapnya.     

"Sudah, Mas To … sudah … jangan bunuh anakku yang itu …." Bu Zein sepertinya sudah lebih tenang dan lega mendengar pengakuan tak langsung dari Stanley. "Dengan ini … aku … bisa mati … dengan tenang …." Kemudian, Beliau menoleh ke Reiko dan Nathan Ryuu, berkata, "Terima kasihku ... tak terkira untuk ... kalian. Bolehkah … aku dikremasi? Aku … ingin abuku … disatukan dengan … abu putriku … Rurike …."     

Semua orang tercengang.     

Belum selesai mereka menuntaskan kekagetan mereka akan permintaan terakhir Beliau, Bu Zein kemudian menutup matanya dan tersenyum dan tidak lagi bernapas.     

Semua orang menangis dan meratap memanggil Bu Zein. Terutama Reiko dan Nanik.     

-0—00—0-     

Sesuai dengan wasiat terakhir Bu Zein, Reiko dan Nathan Ryuu membuatkan upacara pemakaman dan kremasi. Untung saja makam orang tua Reiko adalah makam baru sehingga tak ada abu dari sanak saudara ayah Reiko di sana.     

Dengan begitu, mereka bisa menaruh abu jenazah Bu Zein pada makam tersebut, disatukan dengan anak dan menantunya.     

Sementara, keluarga Indonesia sudah terbang ke Jepang untuk menghadiri upacara pemakaman Bu Zein.     

"Bolehkah aku meminta abu istriku nanti? Setengah atau sedikit juga tak mengapa." Pak Zein berkata lirih pada Reiko.     

"Tentu, tentu saja boleh, Kek." Reiko mengangguk, matanya masih sembab akibat menangis semalaman. Teringat akan nenek yang begitu gembira tinggal bersamanya di Jepang, namun rasanya itu terlalu singkat untuknya. Dia masih ingin lebih lama merawat sang nenek, tapi sepertinya takdir memiliki jalannya sendiri.     

Setelah menyatukan abu Bu Zein di makam orang tua Reiko, keluarga Indonesia membawa pulang sedikit dari abu Beliau. Nanik bahkan hendak memasukkan abu itu di sebuah kalung berliontin khusus.     

Sedangkan Reiko membawa sedikit abu Bu Zein untuk ditaruh di meja sembahyang di rumahnya.     

Sesudah semuanya, kehidupan kembali berjalan seperti biasanya, meski Reiko merasa sedikit hampa karena tidak adanya Bu Zein di rumahnya.     

"Sayank." Nathan Ryuu mengulurkan tangannya sambil dia menggendong Rui.     

Reiko tersenyum dan menyambut uluran tangan itu.     

Mereka mensyukuri kebahagiaan yang terjadi dalam rumah tangga mereka, satu sama lain saling berikrar menjaga api cinta tak akan pernah padam dengan alasan apapun.     

"Aku bersyukur memilikimu, Ryuu."     

"Aku bersyukur bertemu dirimu, Rei."     

Lalu, keduanya saling memeluk bersama Rui dan mengecupkan bibir disaksikan Rui yang tertawa riang melihatnya.     

Takdir memang memiliki jalannya masing-masing yang sulit ditebak. Siapa sangka, seorang Nathan Ryuu yang tadinya mengira tak akan menemukan cinta sejati usai bercerai, ternyata malah bertemu Reiko.     

Reiko sendiri, dia tak yakin apakah ada cinta sejati di dunia yang keras dan gila ini hingga dia bertemu Nathan Ryuu.     

Mereka … saling menemukan.     

=[[ TAMAT ]]=     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.