Devil's Fruit (21+)

Dia Kembali



Dia Kembali

0Fruit 1533: Dia Kembali     
0

Ketika Jovano dan beberapa iblis intelijen dia sedang menyelidiki mengenai robekan ruang dimensi yang memiliki aroma Serafima, mendadak saja dia dikejutkan dengan sosok yang muncul dari robekan lain  tak jauh dari mereka.     

Mata Jovano membelalak ketika dia melihat siapa yang berada di sana. "Sera!"      

Ya, itu adalah Serafima. Benar-benar sosok istri pertama Jovano. Dia terlihat kacau dan berpenampilan kotor serta terlihat bingung.     

Bergegas, Jovano melesat menghampiri istrinya yang telah hilang selama beberapa hari ini. "Sera! Sera!" Dia peluk erat-erat Serafima.      

-0—00—0-     

"Sis, biarkan aku memulihkanmu dulu, yah!" Shona segera mengarahkan tapak tangannya ke Serafima, bermaksud memberikan healing pada istri pertama suaminya.     

Tapi, reaksi Serafima malah seperti orang kaget dan ketakutan. "Ahh! Tidak! Jangan!" Dia menolak healing dari Shona dengan mimik muka cemas.     

"Mungkin dia masih syok dan belum bisa tenang, Sho." Jovano memberikan kesimpulan dari apa yang ditampilkan sikap Serafima usai ditemukan. Atau ini lebih tepat dikatakan dengan dikembalikannya Serafima pada mereka?     

"Kak Sera, kenapa menolak? Ini untuk memulihkan kakak sendiri," ucap Zivena saat mereka semua berkumpul di kamar Jovano untuk menjenguk Serafima begitu Jovano membawa pulang dia.     

"Mungkin seperti yang dikatakan kak Jo, Zi." Gavin memberikan sahutan, "Pasti kak Sera masih syok dan merasa insecure ama sekelilingnya."     

"Ya, dia terlihat bingung dan waspada melulu sejak tadi." Voindra juga terus mengamati istri pertama Jovano.      

"Ya sudah, kalau begitu, kita biarkan saja dia istirahat." Jovano memilih untuk membiarkan saja Serafima menyamankan dirinya sendiri. "Besok, kita pindah kota sambil mencari rumah sewa saja biar nyaman untuk kita tempati."     

Semua anggota kelompoknya mengangguk setuju dengan keputusan Jovano.     

Kemudian, Jovano mulai mengajak Serafima ke kamar mandi agar dia bisa membantu istri pertamanya membersihkan diri. Serafima mengangguk meski masih dengan sikap waspada seolah masih trauma dengan apa yang terjadi pada dirinya.     

Jovano tidak bisa mengeluhkan sikap traumatis Serafima seperti itu karena dia memahami pastinya sangat berat apa yang dialami Serafima selama beberapa hari ini dalam penculikan.     

Oleh karena pengertiannya itu, Jovano tidak memaksa Serafima harus menceritakan apa saja yang telah terjadi pada dirinya. Saat ini, istri pertamanya sedang dalam kondisi traumatis dan tak mau banyak bicara dan sikapnya saja masih kerap waspada seperti orang ketakutan.     

Wajar saja, Jovano meluaskan kesabarannya akan sikap apatis istrinya dalam beberapa hal, seperti tak ingin bicara, tak ingin banyak berinteraksi dengan yang lain dan akan menutup telinganya jika ada suara yang terlalu keras.     

Sementara itu, anggota tim Jovano lainnya masih berkumpul bersama dan kali ini di kamar resor Zivena, termasuk ada Shona di dalamnya karena ingin mendiskusikan mengenai Serafima.     

"Rasanya aku gatal sekali ingin meremas kepalanya agar aku bisa masuk ke memorinya dan memeriksa apa saja yang ada di sana!" Zivena terdengar gemas karena Serafima menolak disentuh siapapun kecuali Jovano.     

"Zizi, jangan begitu. Sis Sera pastinya masih dalam fase trauma. Kita harus bersabar dengannya. Kita tunggu saja sampai sista bersedia bicara ke kita." Shona yang tenang dan kalem memberikan opininya sekaligus membujuk adik iparnya agar sabar.     

"Hm, jadi dia dikembalikan penculiknya, begitu?" Voindra menepuk-nepuk dagunya dengan ujung telunjuknya, mencoba berpikir panjang.     

"Kata Jo sih seperti itu." Shona menyahut, "Mungkin penculiknya sudah bosan mempermainkan kita." Dia membuat kesimpulan.     

"Kasihan sekali kondisi kak Sera, yah!" Gavin bersimpati. "Dia pasti syok berat atas apapun yang terjadi padanya selama diculik."     

"Sungguh aku ingin sekali mencabik-cabik penculiknya!" Voindra membuat gestur geram dengan kedua tangan melakukan gerakan meremas.     

"Sudah, sudah, yang penting sis Sera akhirnya kembali meski sepertinya dia masih dalam masa terguncang. Kita beri saja dia waktu untuk pulih dengan sendirinya jika dia tak ingin disembuhkan." Shona tersenyum sambil menepuk paha Zivena.      

Malam itu, Serafima tidak ingin ada siapapun di dekatnya kecuali Jovano saja. Oleh karena itu, Shona rela mengalah dan tidur di kamar resor Zivena dan Voindra.     

Saat Voindra melakukan acara jalan-jalan malam mencari mangsa seperti biasa, Zivena dan Shona lebih memilih untuk tetap di kamar dan berdiskusi.     

"Sampai kapan kira-kira kelakuan dia seperti itu, yah Kak Sho?" Zivena melipat kedua kaki dalam duduk sila di atas kasur dan meraih guling untuk dia peluk.     

"Zizi, sabar. Jangan memaksa sista untuk lekas pulih. Kau pasti tak sabar ingin tahu apa yang terjadi pada dia selama diculik, ya kan?" Shona di depannya segera mengelus kepala adik iparnya.     

"He he he, iya, Kak. Jujur saja aku gemas sekali dia selemah itu." Zivena lalu terkekeh karena ucapannya sendiri. Dia sebenarnya ingin menggunakan kalimat yang lebih tajam dan pedas untuk menggambarkan reaksi Serafima saat datang kembali, tapi pasti Shona tidak akan setuju.     

"Hei, tak boleh begitu. Bagaimanapun, pasti merupakan pengalaman traumatis dan mengguncang kalau diculik, apalagi sampai berhari-hari lamanya." Shona mencubit pelan cuping hidung adik iparnya.     

"Oh ya, Kak Sho. Aku … aku punya kekuatan baru, tapi sepertinya ini payah dan menyebalkan." Daripada dia terus merasa kesal karena lemahnya mental Serafima sampai seperti terguncang begitu, Zivena lebih baik membicarakan hal lain saja.     

Mata Shona melebar dengan kedua alisnya terangkat tinggi saat berkata, "Iyakah? Coba tunjukkan ke Kakak, seperti apa kekuatan barumu itu. Bagaimanapun, harusnya kamu senang karena memiliki kekuatan baru yang bangkit di dirimu."     

Zivena menampilkan wajah rumit dia sebelum dia membuka tapak tangan kanannya dan dari atas telapak itu, muncul percik-percik mengular ke atas aliran listrik berwarna biru terang. "Ini."     

Shona semakin membelalakkan matanya melihat kekuatan elemen di tapak tangan adik iparnya. "Itu … apakah itu elemen petir?"     

"Hn, sepertinya bukan, Kak. Kurasa ini elemen listrik. Dia lemah dan …." Zivena mengarahkan telunjuknya ke pantat ponsel di dekatnya, dan segera saja aliran listri dari jarinya lari masuk ke pantat ponsel, kemudian, daya ponsel mulai naik hingga penuh hanya dalam waktu beberapa detik saja. Kemudian, Zivena menarik lagi listrinya dari ponsel dan menatap Shona sambil berkata, "hanya bisa begitu."     

Shona tak tahu harus mengatakan apapun usai melihat apa yang baru saja ditunjukkan adik iparnya. "Um, itu …." Dia ragu apakah perlu mengutarakan pendapatnya.     

"Kekuatan baruku itu hanya bisa untuk mengisi daya ponsel!" Nada suara Zivena terdengar kesal. "Kekuatan apaan, coba pikir itu, Kak! Menjengkelkan sekali. Kalau memang cuma begini saja, lebih baik tak usah muncul!" Zivena sambil menatap tapak tangannya dengan wajah cemberut.     

Karena Shona tak ingin salah bicara, maka dia berusaha sebijaksana mungkin memberikan sahutan, "Jangan buru-buru meremehkan itu, Zizi. Apalagi itu adalah kekuatanmu sendiri, bagian dari dirimu. Mungkin dia masih lemah. Coba kamu sering latih itu agar dia bisa berevolusi."     

Zivena mengangguk saja meski dia masih sebal dengan kekuatan barunya yang dia rasa sangat payah.     

Di kamar lain, Jovano sedang memeluk Serafima dari belakang. Dia tidak ingin melakukan apapun pada istrinya dan ingin memberikan pelukan nyaman saja agar Serafima tidak ketakutan.     

Dia harus bersabar dengan Serafima sampai nanti wanita nephilim itui pulih dan bisa diajak bicara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.