JURAGAN ARJUNA

BAB 407



BAB 407

0 Sudah beberapa jam perjalanan kami pulang, akhirnya kami berada juga di Kemuning. Suasana tampak benar-benar sangat hening. Tapi di depan kediamanku, nyaris semua penduduk kampung berkumpul menjadi satu di sana. Suasananya ricuh, dan penuh sesak dengan orang-orang yang mungkin saat ini telah merasa jika ada sesuatu yang mengusik mereka. Iya, siapa toh yang ndhak kaget dengan keadaan seperti ini? kedatangan para kaki tangan Sujiwo pasti telah membuat mereka kelimpungan dan ketakutan bukan main.     
0

Paklik Sobirin pun langsung menepikan mobilnya, kemudian kami turun dari mobil bersama-sama. Semua penduduk kampung yang ada di depan langsung memandang kami dengan mimik wajah yang benar-benar sulit kuartikan. Jujur, aku sama sekali ndhak paham, kenapa mereka sampai seperti ini? ketakutan yang luar biasa, sampai-sampai aku ndhak tahu harus mengatakan apa.     

Apakah sebenarnya telah terjadi sesuatu hal hingga membuat mereka panik? Jika iya, di mana gerangan sosok Romo dan Biung sekarang? Juga sosok Rianti, beserta dengan keponakanku—Abimanyu.     

"Ada apa ini?" tanyaku pada akhirnya. Salah seorang penduduk kampung itu pun mendekat, kemudian dia mencium tanganku tapi aku menolaknya. Dia sudah tua, bagaimana bisa aku menerima ciuman tangan dari orangtua sepertinya. "Ada apa ini, Paklik?" tanyaku lagi, karena tanyaku tadi ndhak dijawab sama sekali olehnya. Paklik itu tampak benar-benar resah, untuk kemudian dia memandangku, dan Bima dengan tatapan bingungnya.     

"Begini, Juragan, di dalam sedang ada orang yang endhak tahu siapa. Di balik semua mayat-mayat yang ada, orang itu bangkit lagi. Sambil membawa parang dia masuk ke dalam. Kami ndhak tahu apa yang terjadi, tapi terdengar suara jeritan-jeritan dari Ndoro Larasati. Saya takut terjadi apa-apa di dalam. Tapi sampai seluruh penduduk kampung bertandang ke sini semuanya, ndhak ada satu pun yang bisa membuka balai itu, Juragan,"     

Betapa kaget aku mendengar hal semacam itu. Apa-apaan ini? kenapa ada hal aneh semacam ini? apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ada hal buruk terjadi? Apakah ada yang terluka di dalam jika iya, maka aku ndhak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri karena meninggalkan orangtuaku sendirian di rumah.     

Tanpa pikir panjang aku langsung berlari menuju masuk ke kediamanku, untuk kemudian aku melihat balai tengah tampak terkunci rapat-rapat. Lalu, semus orang berkerumun sambil membawa benda berat mereka berusaha sekuat tenaga untuk membuka pintu itu atau pun berusaha membuat celah agar salah satu bagian ruangan itu terbuka. Tapi anehnya, balai tengah yang terbuat dari dinding-dinding serta lantai dari kayu jati yang diplitur itu benar-benar sangat kokoh. Hingga ndhak ada benda macam apa pun yang dapat merobohkannya.     

"Kangmas!"     

Dan teriakan Biung itu benar-benar membuatku frustasi. Aku dan Bima saling pandang untuk kemudian kami berusaha sekuat tenaga untuk menarik pintu itu untuk terbuka. Akan tetapi semua yang kami lakukan hanyalah sia-sia belaka.     

Lantas, di mana gerangan Rianti dan Abimanyu? Apakah mereka berdua juga ada di dalam sana juga? jika iya, maka semuanya akan menjadi sangat bahaya sekali sekarang ini.     

"Di mana Rianti dan Abimanyu?" tanyaku kepada salah satu abdi dalem yang ada di sana. Tapi ndhak lama setelah itu, tangisan histeris terdengar dari arah belakang, Bulik Sari juga Bulik Amah datang, sambil membawa orang pintar untuk mendekat. Jujur, aku ndhak terlalu kenal dengan sosok yang ia bawa. Sosok ini jelas bukan orang asli Kemuning, aku tahu sekali itu. Tapi, aku ndhak begitu mempermasalahkannya, sebab yang aku permasalahkan adalah orangtuaku yang ada di dalam itu.     

"Bulik, ada apa ini? kenapa semua ini bisa terjadi? Bagaimana dengan orangtuaku, adik perempuan beserta keponakanku?" tanyaku yang sangat bingung bukan main.     

Wajah Bulik Sari dan Bulik Amah benar-benar ndhak bisa dikendali sama sekali. dan aku sama sekali ndhak mengerti. Jika ada perihal seperti ini di sini, lantas kenapa bisa Paklik Sobirin malah datang menjemputnya? Itu benar-benar perkara yang sangat lucu.     

"Juragan, kami juga benar-benar ndhak tahu sama sekali. tepat setelah semuanya menjadi baik-baik saja karena sudah dipastikan jika semua antek-antek dari Sujiwo tewas semua, tapi tiba-tiba setelah Sobirin pergi menjemput kalian, ada satu di antara mereka yang bangkit dengan tubuh yang ndhak utuh. Kelakuannya benar-benar sangat aneh sekali, Juragan. Kemudian dia menarik Juragan Nathan, dan Ndoro Larasati masuk ke dalam ruangan itu, ndhak luput juga Ndoro Rianti dan Juragan kecil Abimbanyu juga, Juragan. Hingga detik ini kami sama sekali ndhak tahu apa yang tepatnya terjadi ada di dalam sana. Yang mereka lakukan, kami hanya bisa mendengar dan mencoba untuk membongkar tempat itu, tapi ndhak ada satu pun yang bisa. Yang kami dengar adalah, suara teriakan Ndoro Larasati, yang terus menangis menderu-deru dan itu sangat-sangat menyakitkan. Berkali-kali juga Ndoro Larasati menyerukan nama Juragan Nathan. Kami benar-benar takut, jika ada sesuatu yang terjadi. Terlebih yang kami takutkan adalah, sesuatu seperti apa yang terjadi kepada Juragan Adrian dulu, akan kembali terjadi kepada Juragan Nathan. Sungguh, kami benar-benar cemas. Oleh sebab itu kami mencari orang pintar ini, Juragan. Dan kami mendapatkannya, semoga saja pintunya segera bisa dibuka. Dan kami bisa melihat apa yang terjadi di dalam,     

Dan aku pun langsung mempersilakan laki-laki itu menunjukkan aksinya. Kulihat Suwoto tampak memandangku namun aku mencoba menahannya untuk melakukan sesuatu. Aku paling ndhak suka ada orang yang bersikap aji mumpung, hanya karena ada Juragan tersohor yang membutuhkan bantuan lantas dia menggunakan hal ini untuk mendapatkan uang banyak. Dan aku benar-benar ndhak akan pernah memaafkan jika sampai orang-orang itu samnpai berbohong dan membohongi Bulik Sari juga Bulik Amah.     

"Sekarang, silakan, coba bukalah pintu itu. Kamu kan orang pintar, kamu tentunya paling bisa untuk sekadar membuka pintu itu. Namun jika kamu berdusta hanya karena kamu berpikir ingin memanfaatkan hal ini, aku ndhak akan segan-segan untuk memotong kedua tanganmu agar kamu ndhak bisa lagi membodohi semua orang yang ada di dunia ini."     

"Sungguh, Juragan, saya adalah orang pintar. Saya adalah orang yang paling pintar dan tersohor di sini. Lihat sebentar, Juragan, biarkan Juragan melihat apa yang terjadi sebenarnya, saya akan membuktikan kepada Juragan jika saya mampu,"     

Mendengar hal itu aku hanya diam, kemudian kulirik Bulik Sari dan Bulik Amah sekilas, kugeser tempatku berdiri, sambil melihat laki-laki itu tampak komat-kamit ndhak jelas sama sekali. benar-benar sangat lucu dan memuakkan, membuatku ingin sekali merobek mulutnya itu.     

"Bulik, jika aku boleh bertanya, dari mana Bulik mendapatkan manusia ndhak jelas ini?" tanyaku pada akhirnya.     

Bulik Sari dan Bulik Amah pun saling tukar pandang, kemudian dia agaknya ragu-ragu mengangguk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.