INDIGO

#Serah Diri



#Serah Diri

0Kegelapan Paling Besar Adalah Hati Yang BerDendam     
0

-------------------     

Aku mulai sadar saat merasakan guncangan pada pundakku semakin lama semakin keras. Ku buka mata perlahan namun kepalaku masih sangat pusing. Ku sandarkan kepalaku di dinding yang berada di belakangku.     

Aku masih belum benar-benar pulih. Semuanya masih terasa ngambang,     

Ku mencoba membuka mataku perlahan. Namun di saat ku berhasil membuka mata, ku melihat area sekitarku tiba-tiba berputar dengan cepat.     

Aku diam sejenak menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk menjernihkan pikiran, melalui oksigen yang masuk kedalam tubuhku. Aku masih bingung sebenarnya dengan apa yang terjadi barusan padaku. Sesuatu yang baru pertama kali aku alami. Baru kali ini aku merasakan ketakutan yang luar biasa merasuk ke dalam tubuhku dengan cepat.     

Ketakutan yang muncul seolah menjadi nyata bagiku barusan. Membuatku gemetar dan lemas karnanya.     

Aku merasa tidak ada apa-apanya berhadapan dengan 'Mereka', ya 'Para Pencari'.     

Dan memang akupun tidak mau kalau harus berurusan dengan 'Para Pencari'. Karena merekalah penentu jiwa yang tidak tenang di alamnya.     

Saat aku sudah mulai sadar dan pulih. Ku buka mataku perlahan dan yang tadinya berputar sekarang sudah kembali normal.     

"Kak gak papa a?" sambil memegangi pundakku.     

"Aku gak papa kok" mengatakan yang tidak sebenarnya. Tidak mungkin aku katakan kalau aku lagi bermasalah. Karena aku yakin dia juga tidak akan mempercayaiku sepenuhnya.     

"Aku gak papa kok. Bisa kamu tinggal" ku memintanya untuk pergi secara halus. Hmmm aku belum kenal dengan anak itu.     

"Awan dimana kamu?" aku melihat sekeliling untukmu memastikan bahwa tidak terjadi apa-apa dengannya.     

"Aku disini" aku menoleh langsung kesebelah kirku.     

"Sembunyi dimana kamu Wan?" Tanyaku penasaran.     

"Di tubuhmu!" Jawabnya singkat.     

"Hah!? Bagaimana bisa? Kok aku gak ngerasain apapun yang aneh di dalam diriku!" timpalku bingung.     

"Semua yang kamu lihat dan rasakan tadi adalah perasaan takutku!"     

"Maksudnya?" malah aku jadi bingung dengan penjelasannya.     

"Aku sembunyi di dalam tubuhmu, pada waktu 'Para Pencari' datang. Karena aku tidak bisa sembunyi kecuali berada di tubuhmu" kulihat Awan diam sejenak memikirkan sesuatu.     

"Jadi apapun yang kamu alami dan lihat, itu sama seperti yang aku alami dan lihat juga. 'Para Pencari' tidak bisa menyentuhmu, namun dia bisa membuat sebuah ilusi kepadamu. ilusi yang di ciptakan adalah sebuah ilusi rasa takut yang keluar dari dalam diri kita sendiri! Oleh sebab itu mengapa kamu merasa ketakutan setengah mati... Karena 'Para Pencari' menguji dan membuka gerbang ketakutan yang ada di dalam diri manusia di bagian paling dalam. Namanya Palung Ketakutan."     

Awan langsung bangkit berdiri berjalan dan berhenti pas di hadapanku.     

"Ayo berdiri aku akan ceritakan di dalam kamar saja!"     

Aku hanya menuruti apa yang dikatakan olehnya. Pada waktu berdiri aku masih merasa oleng dan hampir saja aku terjatuh, untungnya aku langsung menyandarkan diri di dinding.     

Setelah aku rasa sudah stabil, aku langsung berjalan dengan perlahan menuju kamar. Aku duduk di ranjang susun, bagian bawah. Sedangkan Awan duduk di depanku, di ranjangnya Ridwan.     

"Okay jadi begini... Cerita ini dimulai pada saat kamu lahir di dunia ini. Pada saat kamu lahir, tubuhku tidak sebesar ini melainkan aku seperti anak kecil yang baru menginjak umur lima tahunan. Di situ aku ingat sekali bahwa ada sosok makhluk berjubah hitam yang sedang mencari jiwa untuk di pulangkan. Namun pada saat dia hendak menghampiriku, aku langsung bersembunyi di dalam tubuhmu. Dan di saat itulah 'Para Pencari' tidak mengambilku dan tidak bisa mengetahui keberadaanku dimana. Aku tidak tahu mengapa bisa seperti itu, namun itu memang terjadi hingga aku bisa bertahan selama ini. Karena aku pikir aku aman kalau bersama denganmu, sejak dari itu setiap 'Para Pencari' datang, aku selalu bersembunyi di dalam tubuhmu. Mungkin karena kamu juga memiliki kelebihan yang tidak banyak orang punyai, itu juga bisa menjadi alasan mengapa mereka tidak  bisa tahu dimana keberadaanku. Namun kali ini sudah sangat nyaris sekali aku keluar tubuhmu di saat mereka mengetesmu dengan memberikan 'Palung Ketakutan' agar aku keluar dari dalam tubuhmu. Namun kamu juga kuat menahannya mangkanya aku juga bisa bertahan di dalam tubuhmu".     

Jelas Awan.     

Aku hanya diam mendengarkan penjelasan dari Awan. Hmmm segitunya ya mencoba untuk tetap bisa bertahan di 'Dunia Antara' sangat-sangat tidak habis pikir.     

Memang sulit kehidupan yang di alami oleh Awan.     

"Apa yang akan terjadi seumpama tadi aku tidak kuat dan kamu keluar dari tubuhku?" ku tanyakan hal itu lantaran aku juga takut campur penasaran.     

Dia diam, tidak menjawab dan hanya menunduk pandangannya ke bawah.     

"Hmmm maaf kalau aku salah ngomong"  rasanya aku telah membuatnya tersinggung dengan pertanyaanku.     

"Nggak kok, aku gak papa"     

Mengangkat dagu dan melihat ke arahku.     

"Kalau itu terjadi, maka.. "     

"Umm maka.. Aku tidak akan ada lagi di sini" ucapnya pelan.     

"Tenang aja Wan, kamu bisa bersembunyi di tubuhku kapanpun kamu mau. Jangan sungkan dan khawatir. Aku bisa menahannya, percaya padaku!" ucapku pasti.     

Dia menganggukkan kepalanya pelan.     

"Hai Koncoku!" aku langsung menoleh saat Ridwan datang dengan tiba-tiba.     

"Yoi, mau kemana Ridwan? Kok kayaknya keburu-buru" tanyaku mengalihkan pembicaraan.     

"Jadi aku mau pergi untuk tour pemirsa. Tour ke Banyuwangi pemirsa!" berbicara lantang sambil berekspresi membawa Mic. Hahaha lucu.     

"Wkwkw ok ok, sip hati-hati Ridwan"     

"Yoi thanks Ejh. Btw kok kamar jadi kayak horor gini ya!" melihat memutar seisi kamar.     

Aku langsung berdiri "Horor gimana?" Tanyaku seolah penasaran. Takutnya karena aku membawa Awan ke kamar dia merasa jadi horor.     

"Hmmm gak papa sih, cuma aneh aja" tambahnya.     

Jadi Ridwan ini juga memiliki kelebihan juga. Sensitifitas nya tinggi banget, peka banget dengan hal yang begituan. Ya asalnya dari Bandung. Dia juga sempat bercerita padaku kalau di Bandung juga banyak hal yang tidak masuk akal terjadi, dan banyak juga cerita Horor dari Bandung yang terkenal.     

Iya memang sih, tapi kalau menurutku horor terus terkenal ya kayak gimana gitu. Karena aneh aja, horor kok terkenal, di takuti banyak orang namun bikin penasaran.     

"Aku cabut dulu ya Ejh, bye" menenteng tasnya kemudian keluar kamar.     

"Ehhh hampir aja kelupaan..." aku kaget pada waktu Ridwan masuk lagi.     

"Jangan di berantakin ya, Ejh tolong bantu bilangin dia! Hehehe" sambil menunjuk ke arah dimana Awan duduk.     

Belum juga aku balas, dia langsung pergi.     

"Owh dia juga bisa ya!" tanya Awan.     

"Iya dia juga bisa" jawabku berbisik.     

Setelah ini rasanya aku putuskan untuk langsung rehat aja, besok masih ada kegiatan padet.     

"Awan setelah ini aku mau rehat ya"     

"Iya aku juga mau jalan-jalan" jawabnya     

"Iya ingat jangsn jauh-jauh. Takutnya dia datang lagi memburumu!" seruku mengingatkan.     

"Iya iya"     

"Mau kemana? Emangnya?"     

"Wan, Awan!" aku melihat sekeliling namun dia sudah hilang dari ranjang...     

Hmmm memang ya si Awan ini sukanya sudah main ngilang-ngilang mulu.     

Aku berjalan menuju ke kamar mandi untuk cuci muka dulu sebelum tidur.     

Aku menoleh cepat ke arah lorong, pada saat aku merasa melihat ada orang yang mengintip di ujung tangga naik.     

Hmm siapa ya?     

Gak usah di tanggepinlah, aku bergegas untuk cuci muka.     

Setelah cuci muka aku putuskan untuk langsung tidur.     

Kumenaruh handuk dan peralatan mandiku di rak sebelah almari.     

Aku duduk di ranjang dan merebahkan diri ke ranjang.     

Kok aneh ya aku rasa.     

-------------------     

Selanjutnya akan kamu alami juga     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.