INDIGO

#Perjalanan Pulang



#Perjalanan Pulang

0Jangan Salahkan SIAPAPUN Saat dirimu tidak Berhasil Dalam Meraih Sesuatu.     
0

------------------     

Hari ini adalah waktunya untuk aku pulang ke Batu. Dimana waktu cuti yang ku ambil sudah habis, jadi aku langsung putuskan untuk pulang. Namun sebelum pulang ke Batu aku putuskan untuk mengunjungi orang tuaku terlebih dahulu yang di Kediri.     

"Bunda aku pulang dulu ya"     

Sambil salim dan cium tangan bunda.     

"Iya anakku baik-baik ya disana, salam untuk ibu ya"     

Sambil mengelus kepalaku.     

"Siap bunda!"     

"Pak, saya pulang dulu ya"     

Sambil ku cium tangan bapak.     

"Iya hati-hati ya. Di jaga adek-adeknya"     

"Siap"     

Aku melangkahkan kaki menuju depan toko, sambil menunggu Zahid yang sedang berpamitan.     

Jadi kita nunggu bisa di depan rumah.     

Karena kemaren malam sudah di pesankan tiket untuk busnya.     

Tidak perlu nunggu terlalu lama, bis tiba.     

Aku dan Zahid Langsung bergegas mengangkat barang bawaan dan langsung masuk ke Bis.     

Buah tangan yang di berikan dari bunda sangatlah banyak, sampai bingung bawanya.     

Aku duduk di bagia tengah dari deretan kursi yang tersedia.     

Aku pilih deretan bagian kiri di sebelah jendela, Zahid di sebelahku.     

Ku melihat dari jendela bunda dan bapak melihat kepergian kami untuk pulang. Lambaian tangan dan mimik bibir yang mengatakan     

"Selamat jalan, hati-hati di jalan. Salam buat keluarga. Liburan panjang kesini lagi ya!"     

Meskipun aku tidak mendengarnya jikalau memakai indera normal, namun aku mendengarnya dengan sangat jelas.     

"Kaka nanti mampir dulu gak ke pondokku?"     

"Rasanya Kaka langsung pulang, soalnya Kaka mau mampir ke rumah ibu dulu. Kamu gak mau ikut Kaka?"     

Kutanyakan hal sebaliknya.     

"Aduh, gak bisa ka. Besok ujian hehe!"     

Sambil tertawa kecil.     

"Ahh ok ok"     

Aku dan Zahid memutuskan untuk tidur di perjalanan yang lumayan panjang ini.     

***     

"Wan, dimana kamu?"     

Aku memanggilnya, namun tidak ada jawaban sama sekali darinya.     

Tempat yang sebelumnya terang putih sekali, sekarang telah memudar menjadi sebuah tempat yang sangat sejuk.     

Aku berada di bawah pohon yang sangat besar dan rindang.     

Ku melihat sekeliling, aku berada di tengah sebuah danau tenang namun aku tidak bisa melihat ujung daratan. Tempat yang ku pijak'i tidak begitu luas, hanya sebesar dengan rindangnya pohon ini. Jadi tempat yang ku pijak'i sekarang dikeliling oleh air yang sangat luas.     

"Awan, Awan!?"     

Ku memanggilnya lagi.     

Loh dimana dia? Bukanya terakhir kali aku bergandengan dengannya pada waktu kita berlari di jembatan.     

"Hei!"     

Aku menoleh kebelakang saat mendengar suaranya.     

"Kenapa kamu berdiri disitu?"     

Ku melihatnya berdiri di atas air yang luas lurus di depanku.     

Dia hanya melihatku tersenyum dari kejauhan.     

"Wan!!!"     

Aku meneriakinya.     

Mengapa dia ada disana?     

Tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke arahnya.     

Aku kira aku juga bisa berdiri di atas air, namun aku salah. Aku terjebur saat melewati batas tempat pijakan ku.     

Aku mencoba untuk berenang namun aku semakin turun kebawah, ku melihat ke atas Awan hanya melihatku dari permukaan air.     

Dia tidak menolong atau berbuat sesuatu untukku.     

Aku semakin turun ke bawah dan semakin gelap.     

Semakin redup juga bayangan yang kulihat darinya.     

"Kak, kak bangun kenapa?"     

Zahid mengguncangkan pundakku.     

Aku langsung terbangun pada saat guncangan itu semakin keras di pundakku.     

"Hei, kak kenapa?"     

Zahid bertanya ulang.     

"Kenapa Hid, memangnya?"     

Aku bingung menanyakan padanya.     

"Kaka ngigau terus manggil-manggil namanya Awan!"     

Jelas Zahid.     

"Awan"     

"Awan...!"     

Aku langsung teringat seluruh kejadian di saat aku melakukan 'Astral Projection' kemarin dan barusan.     

Aku langsung melihat sekeliling untuk memastikan bahwa Awan sudah bersama denganku.     

Namun di bis ini tidak ada sama sekali sosoknya dia.     

Lantas aku langsung memanggilnya dengan telepati.     

"Awan dimana dirimu?"     

Kutunggu beberapa saat. Namun tidak ada sebuah jawaban atau penampakan darinya.     

"Sampai mana Hid sekarang?"     

"Sudah masuk Jombang kak, bentar lagi aku turun. Kaka jangan tidur ya, takutnya gak bangun kalau udah sampai di Kandangan."     

Sambil mempersiapkan barang bawaannya untuk di bawa turun.     

"Kak aku turun dulu ya, Kaka hati-hati di jalan"     

Sambil salim kepadaku.     

"Iya kamu juga, salam buat Nabila"     

Saat bis sudah berhenti Zahid turun dan melambaikan tangan dari sisi jalan. Ku membalasnya dari balik jendela.     

Bis berjalan, kuputuskan untuk tidak tidur karena aku takut nanti aku ke tempat itu lagi dan malah lama aku bangunnya.     

Ku sandarkan kepalaku sambil melihat ke arah luar jendela. Melihat bayangan wajahku sendiri di kaca bis membuat ku tertegun sambil memikirkan tentang Awan.     

Apakah dia tidak bisa keluar dari tempat itu?     

Lantas mengapa aku bisa berada di sana, bukannya Awan menjelaskan bahwa tempat itu ada hanya untuk sebuah harapan saja.     

Apakah dia mengharapkan aku juga untuk hadir disana?     

Apakah memang dia mengharapkan aku datang ke sana, hingga akhirnya aku menemukan tempat itu di dalam 'Astral Projection'ku...     

Karena tidak mungkin sekali jikalau aku datang disana tanpa sebuah arah dan tujuan. Atau yang kedua, karena aku sendiri?. Karena aku juga mengharapkan agar bisa bertemu dengannya lagi...     

Atau semuanya hanya ilusi semata, karena aku yang hanya mengharapkan dia dengan sangat saat ini...     

Aku terdiam sejenak, memikirkannya.     

Kapan waktu itu bisa terulang lagi... Andai waktu bisa di putar maka aku tidak akan lakukan hal yang konyol itu.     

Saat ku sendiri, ku terbayang semua kenangan. Semua memori ku denganmu.     

Hancur hati ini mengenang semua itu memori.     

Karena ku ingin saat ini engkau ada disini, tertawa bersamaku seperti dulu lagi. Walau hanya sebentar Tuhan tolong kabulkanlah, bukannya diri ini tak terima kenyataan. Hati ini hanya rindu.     

Segala cara telah ku coba, hingga aku melakukan cara yang sulit juga. Agar aku bisa melihatmu kembali.     

Namun semua berbeda, sulit ku menemukan dirimu kakakku.     

"Kandangan, pasar Kandangan!"     

Aku langsung membuyarkan lamunanku saat ke mendengar bahwa sudah sampai di Kandangan.     

Setelah bis berhenti aku langsung turun dan berjalan menuju ke Alfamart terlebih dahulu untuk membeli minuman.     

Aku beli susu kedelai, salah satu minuman favorit aku.     

Aku di jemput oleh kak Emi. Jadi keluar dari Alfamart aku langsung menghampiri kakakku yang sudah menungguku di samping Alfamart.     

"Bawa apa aja hayo"     

Sambil tersenyum melihatku     

"Hahah, ini ada oleh-oleh dari bunda!"     

Sambil ku tunjukkan sesuatu yang ada di tasku.     

"Ya udah ayo langsung pulang, Ayah sama Ibu sudah nunggu di rumah. Kangen katanya hehe!"     

Sambil menyalakan motor.     

"Kamu yang nyetir ya"     

"Okay haha"     

Aku dan kakakku langsung pulang pada saat itu.     

Perjalanan dari Kandangan menuju ke rumahku tidak terlalu lama, tergantung yang mengendarai.     

Biasanya aku kalau pengen cepet aku bisa tempur hanya dengan sepuluh menit saja. Namun kalau pengen nya lama alias males cepet-cepet ya terkadang lima belas menit sampe dua puluhan menit.     

Aku sudah tidak sabar untuk sampai di rumah, agar bisa bertemu dengan Ibu dan Ayah.     

Karena lumayan lama juga aku tidak pulang. Dan ngambil cuti juga sangat jarang.     

Kangen banget rasanya, karena memang meskipun aku kerja di Batu jaraknya pun cuma satu jam perjalanan kalau aku mau pulang. Namun aku adalah orang yang sangat jarang sekali pulang kalau memang tidak ingin pulang.     

---------------------     

Aku mau semuanya berjalan dengan normal saja.     

Maaf kalau aku Egois.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.