INDIGO

#Jerih Payah



#Jerih Payah

0Jangan Merasa Tenang Di Saat Semuanya Kelihatan Tenang     
0

--------------------     

Malam ini begitu terasa sekali capeknya, namun semua itu terbayar dengan bisa beribadah secara khusyuk di Pure Patirtan. Semua acara peribadahan baru saja selesai. Saat aku melihat Hpku ternyata sudah pukul satu pagi. Jadi memang acaranya tadi sangatlah lama sekali...     

Setelah semuanya beres dikemasi kami langsung memutuskan kembali lagi menujun ke rumah kak Lipa. Jalan jadi ringan gitu rasanya, gak tahu kenapa enak banget rasanya setelah ibadah.     

"Habis ini sebelum pulang balik ke sekolah, ada tanggungan untuk menghabiskan makanan terlebih dahulu!" seru kak Lipa sambil tertawa jahil.     

Spontan semua anak pun langsung mengucapkan kata "Aaaaaaaaaa makan lagi!" namun meskipun demikian mereka akan tetap habiskan kok, hahah.     

Saat melewati lengkungan gapura bunga bugenvil aura yang terasa tetap ada, seperti menempel di dalam diri masing-masing. Aku melihat sekeliling wajah anak-anak begitu damai sekali. Aneh, baru aku dapati moment yang sepeti ini.     

Begitupun juga pada saat melewati pohon rambutan, yang sebelumnya tadi pada waktu berangkat aku mencium aroma yang begitu wangi dan melihat sosok perempuan berbaju putih di dahan pohon rambutan ini, sekarang sosok itu tidak ada dan aroma wangi bunga kantil juga sudah tidak tercium lagi.     

Kami berjalan pulang ke rumah kak Lipa hanya dengan mengikuti cahaya dari rembulan yang sedang penuh bertengger di atas sana. Malam ini bulan Purnama, dan sangat indah sekali saat aku memandangnya ke atas begitu bulat sempurna dan rasanya dekat sekali aku bisa melihatnya.     

"Jangan kelamaan lihatnya nanti gak bisa balik!" aku langsung menoleh ke samping kananku, dimana sudah ada Awan berjalan dengan santainya di sebelahku.     

"Ye, ngapain juga. Lagian Indah banget kok memang bulannya! Pengen rasanya terbang ke atas sana!" seruku sambil membayangkan sesuatu yang mustahil. Mustahil memang kalau menggunakan badanku yang berat ini, namun tidak tahu lagi kalau menggunakan Astral Projection beda lagi ceritanya.     

"Lihat ini!" Seru Awan dan langsung cus terbang ke atas, ku melihat bayangannya yang samar-samar tertimpa cahaya rembulan begitu Indah membuatku iri dengannya. Pengen rasanya punya kekuatan yang kayak di film-film gitu, tapi itu mah cuma ngarang aja gak mungkin.     

Aku hanya tersenyum lebar melihatnya begitu senang rasanya. Dia tinggi sekali hingga rasanya aku melihatnya begitu kecil adalah kaau sukuran jari kelingking ku.     

Namun pada saat yang bersamaan, tiba-tiba hawa dingin datang dan menusuk ke tulangku. Huhhhh dinginnya ungkapku dalam hati.     

Tunggu.. !     

"AWAN CEPAT TURUN!!!" Aku langsung berteriak menggunakan telepatiku untuk memanggil Awan untuk segera turun, karena ada sesuatu yang tidak beres aku rasakan.     

"AWANNNN CEPAT TURRRUUNN!!!" Teriakku kedua kali sambil berlari menuju ke depan untuk mengepaskan poisisiku tegak lurus pas bersamanya...     

"Ada apa?" jawabnya pelan.     

"AWANN CEPATTT TURUNNN!!!" Aku ulangi lagi teriakkanku untuk yang ke sekian kalinya. Tidak mungkin aku sebutkan siapa yang datang, karena 'Mereka' akan mendengar jikalau aku yang mengatakannya!.     

Dingin yang kurasakan semakin menjadi, aku melihat sekeliling namun tidak ada tanda-tanda bahwa 'Mereka' datang ya mereka 'Para Pencari'.     

"Kenapa sih?" Awan menjawab sambil turun perlahan. Detak jantungku kian tidak beraturan dengan dinginnya yang datang semakin menjadi. Ku melihat ke arah atas kembali dan aku kaget sekali pada saat sudah melihat ada dua sosok 'Para Pencari' mendekati Awan dari sisi Barat dan Selatan.     

Aku bingung sekarang harus berbuat apa, semua jemariku gemetar dan deru nafasku tidak teratur.     

"Ejh Kenapa?" seru kak Lipa bingung yang melihatku berdiri di tengah jalan sambil melihat ke arah langit.     

"Ejh kenapa!?" tambah kak Werdhi.     

Aku tidak menjawab yang aku bingungkan sekarang adalah bagaimana cara mengasih tahu Awan agar dia tahu bahwa 'Para Pencari' telah tiba. Dan jarak 'Para Pencari' itu dengan Awan tidaklah jauh, aku melihatnya di atas mereka terbang mendekati Awan dengan cepat.     

"AWAAANNN MASUKK KE DALAM TUBBUHHHKU SEKARANGGG!!!!" Aku langsung memintanya agar dia masuk le dalam tubuhku, karena tidak ada pilihan lain kecuali itu.     

Dengan segera ternyata Awan mengerti apa yang ku maksud. Dia langsung terbang ke bawah dengan cepat, aku melihatnya mencoba untuk memotong jalan dengan cara menghilang dan muncul di sebelahku. Namun itu tidak berhasil karena aku rasa 'Para Pencari' sudah sangat dekat dengannya.     

"Ejh Hei ayo pulang, jangan di tengah jalan bengong gini!" Kak Lipa menghentakkan pundakku beberapa kali, namun aku belum bisa menjawabnya sampai Awan benar-benar masuk ke dalam tubuhku.     

"Kak jangan-jangan Kak Ejh kesurupan!" seru salah satu anak dari belakangku.     

"Aduh bisa gak kalian diam, kalau mau ninggal tinggal aja aku masih disini. Jangan Ganggu!!!" Seruku jengkel dengan nada agak keras..     

Aku melihat Awan dengan susah payah turun dengan secepat kemampuannya. Namun 'Para Pencari' juga semakin dekat arahnya dengan Awan. Pada waktu yang sama pula kak Werdhi tiba-tiba langsung memelukku dari belakang dan membacakan doa-doa gak jelas. Memegang kepalaku dengan erat.     

"ADUHHH LEPASSSINNN!!!" teriakku kepada mereka, padahal aku tidak kesurupan namun mereka tetap saja mengira bahwa aku kesurupan.     

Aku yang harusnya fokus dengan Awan sekarang malah terganggu karena anak-anak yang gak jelas pada memegangiku dengan paksa. Awan masih mengerahkan kemampuannya untuk bisa sampai ke arahku.     

"Awaaannn AYOOOO!!!" seruku sambil tak ku sadari bahwa air mata membasahi pipiku. 'Para Pencari' sangat dengat sekali dengan Awam jarak antara mereka pun bisa di hitung dengan langkah.     

'Para Pencari' dengan cepat terbang ke arah Awan, satu Yang dari Barat mencona mengkap Awan. Namun Awan berhasil menghindarinya, Yang dari Selatan datang dengan melemparkan sebuah rantai kepada Awan, huhhhh Nyaris saja, Awan namun berhasil menghindarinya juga.     

"SADAROOO EJH!!!" (sadaaaarrr Ejh!!!) seru kak Werdhi dengan keras.     

Aku sengaja mengakukan seluruh badanku agar tidak bisa di bawa atau di gendong oleh mereka, mangkanya sekarang mereka dengan sangat susah payah ingin merobohkanku namun tidak bisa.     

"Awann Ayolah!!!" seru ku kembali kepada Awan Yang bentar lagi bisa untuk menggapaiku.     

Awan langsung membercepat lajunya untuk mengarah kepadaku. 'Para Pencari' Itu juga gak mau kalah rasanya, dia mengejar Awan dengan cepat juga.     

"AHHHHH" aku berteriak pada saat satu dari 'Para Pencari' berhasil menggapai kaki sebelah kiri Awan. Awan meronta-ronta kepanikan dan satu sosok 'Para Pencari' yang datang dari Selatan ikut untuk menyusul.     

"Awan Cepat Buruan!!!" aku berteriak sambil mendekatkan diri kepada Awan yang sekarang sudah berada tiga langkah di depanku.     

"LEPASSSINNN WOI!!!" teriakku keras kepada anak-anak yang berada di sekelilingku.     

Aku langsung melepaskan diri dari ikatan tangan mereka dan langsung bergegas mendekat ke arah Awan. Terdengar suara gaduh mereka jatuh di belakangku.     

Awan yang melihatku berlari, dia langsung juga meronta-ronta dan mencoba berlari ke arahku.     

'Para Pencari' yang dari Selatan juga sudah sangat dekat dengan Awan.     

Tanpa pikir panjang aku langsung menabrakkan diri kepada Awan dan Awan pun juga melakukan hal yang sama. Detik itu juga aku masih ingat sekali kurasakan tubuhku rasanya seperti tersengat oleh listrik yang berdaya tinggi...     

Dan setelah aku seperti terkejang-kejang dan semuanya langsung gelap. Aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri.     

Yang ku ingat saat itu adalah semuanya menjadi gelap seketika dan aku terjatuh terkapar di jalanan.     

---------------------     

Aku tidak tahu harus berbuat apa?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.