INDIGO

#Singapore Day-6 (China Town)



#Singapore Day-6 (China Town)

0Berniat Baik Terkadang Menyakitkan     
0

-------------------     

"Huaahhhh"     

Pagi yang cerah, suasana hati yang bahagia. Aku masih merasakan semua ini seperti mimpi bagiku begitu lagi dan lagi. Dan lagi-lagi aku merasakan bahwa semua ini adalah sebuah keajaiban aku bisa menginjakkan kaki ku di sini. Ya disini, Di Singapore... Dan tepatnya sekarang bisa di bilang bahwa ini hari terakhir bagi kami semua disini. Dimana kami akan berbelanja lagi menuju China Town, disana katanya banyak sekali baju bertuliskan Singapore atau apapun itu yang intinya tentang Singapore. Gak sabar rasanya buat kesana.     

Pagi ini jam setengah lima aku sudah bangun karena kau rasa bahwa gak boleh buang-buang waktu disini hehehe. Dan pastinya aku sudah dalam keadaan mandi. Karena aku suka siap duluan dari pada yang lainnya.     

Kubuka kamar dan langsung cus menuju ke tempat sarapan pagi. Kali ini aku akan memesan banyak sarapan.     

Breakfast pagi ini seperti biasa sarapan pagi pada jam enam sampai jam setengah delapan.     

Aku langsung duduk manis dan memesan tiga menu sekaligus. Telur setengah matang, Mie rebus dan waffle cokelat.     

"Awan besok kita pulang heheh"     

Seruku sambil meminum air putih yang aku ambil tadi di gelas.     

"Gak sabar buat pulang besok! heheh!" Jawabnya terkekeh.     

Aku mengambil buku catatan dari tasku, dan mulai menulis kebutuhan apa saja yang akan aku beli dan di bawa pulang. Salah satunya aku mengelist nama beberapa anak untuk aku belikan baju tentunya. Dan saat aku baru menyadari ternyata, banyaknya minta ampun hehehe.     

Mulai dari untuk keluargaku sendiri, terus untuk tetanggaku, terus untuk teman dekatku di sekolah dan untuk beberapa lagi untuk stok.     

Tiga puluhan baju lebih. Buset dah hehehe     

Tak lama kemudian pesanan datang, aku langsung menatanya di meja dan bersiap untuk melahapnya.     

"Wiuhhhh yang udah sarapan duluan!" aku mendongak ke arah dimana suara itu muncul. Reno datang bersama dengan Ivan denga memakai kaca mata hitam dan jacket hitamnya.     

"Biarin, harus di puas-puasin sebelum pulang hehehe!" seruku sambil terkekeh.     

"Ejh, lihat ke sana!" seru Awan sambil menunjuk ke arah luar jendela, tepatnya di samping tempat aku sarapan. Ku melihat sosok perempuan cantik itu duduk termenung membelakangiku.     

"Kenapa memangnya?" tanyaku sambil melahap sesendok telur setengah matang ku.     

"Itu lo si Lauren!" balas Awan.     

"Uhuhkk!" aku langsung tersedak pada saat si Awan mengucapkan namanya.     

Aku langsung meneguk segelas air putih yang sudah ki sediakan. Dan menyeka bibirku dengan tisue yang ada di meja.     

Tak lama setelah itu aku bangkit berdiri dan menghampirinya.     

"Bentar ya" bisikku kepada Awan pelan sambil meninggalkannya yang duduk semeja denganku.     

aku berjalan perlahan menghampirinya. Dia terlihat lesu dan tidak bersemangat sekali. Aku tidak tahu entah mengapa. Namun dia tampak tidak sedang bersemangat.     

"Hai!" sapaku sambil duduk di lantai bersebelahan dengannya.     

Dia hanya menolehku dan tidak menjawab sepatah katapun.     

"Ada apa?" tanyaku kembali padanya.     

"Adikku di ambil oleh sosok berjubah hitam, membawa tongkat!" jawabnya melas.     

"Dia masuk kedalam kereta, dan.. sem.sa!!!" dia tidak langsung melanjutkan kalimatnya, dia langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.     

Hmmm pasti sakit sekali rasanya kehilangan orang yang kita cintai. Terlebih Lauren dia kehilangan adiknya, yang di ambil oleh 'Para Pencari'.     

Kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali hanya mengikhlaskan kepergian mereka. Karena itu adalah hukum alam yang memang seharusnya berjalan dan berlaku. Kita tidak bisa menghentikan atau mengulang kejadian yang sudah terjadi.     

Nasi sudah menjadi bubur, apa yang mau disesali? Tidak ada, kecuali kita hanya menoleh ke belakang terus dan tidak berpindah tempat melangkah ke depan.     

"Aku turut prihatin dengan kejadian yang menimpa adikmu!" seruku pelan berbela sungkawa.     

"Tolong hilangkan aku dari sini!"     

Aku langsung menoleh dengan cepat ke arahnya. Dengan ekspresi, mengapa? mengapa Lauren malah ingin mengakhiri sisa hidupnya di 'Dunia Antara' ini?     

"Lauren? kenapa?" tanyaku melas kepadanya.     

"Tolong aku, hilangkan aku dari sini! aku tidak kuat dengan kondisiku saat ini!" serunya dengan nada keras.     

Aku langsung berdiri dan memunggunginya.     

"Tidak! aku tidak mau!" seruku dengan nada yang agak keras juga.     

"Baiklah kalau kamu memang tidak mau, maka aku akan menyerahkan diri ke 'Para Pencari'!" Serunya kemudian.     

Aku langsung menoleh ke arahnya dan melihatnya dengan dalam.     

"Apakah kamu yakin dengan keputusanmu?" tanyaku sekali lagi memastikan padanya.     

Dia hanya melihatku sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan.     

Aku tidak bisa memaksanya, karena inu adalah keputusannya.     

Aku menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.     

Aku memintanya untuk memegang tanganku.     

Tanpa ragu dia langsung menggenggam tanganku. Dan detik itu juga aku langsung mengucapkan sebuah mantra yang aku sendiri tidak tahu bahasanya. Karena itu terucap dengan sendirinya dari bibirku.     

Tak lama setelah itu, tubuhnya menjadi bersinar terang, dia tersenyum kepadaku. Dan setelah terang itu, sekarang dia menjadi memudar dan tembus pandang. Hingga akhirnya dia menghilang sepenuhnya.     

Aku tidak tahu di saat aku melakukan seperti itu, kemanakah mereka akan pergi, aku juga belum tahu.     

Aku tertunduk sejenak ditempatku berdiri saat ini. Ada rasa kasihan dan kehilangan di dalam diriku...     

Namum mau bagaimana lagi, ini adalah keputusan yang di buat olehnya..     

"Woi, ngapain bengong disitu. Buruan masuk ini kita mau breafing sebelum belanja!" seru Reno dari balik jendela.     

Aku terkesiap dari lamunanku dan langsung bergegas masuk ke dalam ruangan.     

"Baru pertama kali ini aku melihatnya. Apakah kamu tahu apa yang kamu ucapkan ada saat berpegangan tangan dengannya"     

Tanya Awan berbisik di sebalahku.     

Aku hanya menggelengkan kepala pelan padanya, sambil memberi isyarat bahwa nanti aku ceritakan.     

"Pagi semuanya!" sapa ko Jepri dengan lantang.     

"Pagi, Pagi, Pagi Yes!" jawab serentak dari kami semua.     

"Pagi yang indah, awal hari yang Indah pula. Hari ini kita akan berangkat ke China Town untuk membeli oleh-oleh!" jelas dari ko Jepri, yang langsung membuat suasana menjadi riuh karena anak-anak pada ngobrol sendiri-sendiri.     

"Setelah ini, kita akan berangkat semuanya menuju ke China Town. Ingat beli apapun yang banyak okay, beli yang bermerk Singapore, untuk sebuah kebanggaan bagi kalian masing-masing" tambah ko Jepri sebelum akhirnya kami semua berangkat ke China Town.     

***     

Setelah sepuluh menit perjalanan, akhirnya kami semua sampai di China Town. Saat pertama kali aku melihat, aku sangat takjub sekali, karena alu melihat di deretan sepanjang jalan ini adalah semuanya penjual atau toko berderet yang menjual beraneka ragam dari pakaian, pernak-pernik patung Merlion, asbak, gantungan kunci, tempelan dinding dan masih banyal lagi yang lainnya.     

Aku langsung menuju ke salah satu deretan penjual baju. Banyak sekali baju disini yang bertuliskan Singapore dan berbagai macam warna dan gambar.     

"Wow, $10 Dolar dapat empat baju!" seruku pada Fani yang berada disebelahku.     

"Borong langsung wes!" timpal Fani menyeringai.     

"How much this one?" (Berapa harganya untuk ini?) Tanyaku pada salah satu pegawai disini.     

"Hei Ejh, tanya itu ya sama penjaga tokonya toh. Tanya kok sama aku!" seru Fani.     

Eh, kok siapa juga yang bertanya kepada fani juga... Dan ternyata aku yang salah tanya, karena ternyata orang yang aku anggap penjaga toko ini ternyata sosok yang tak kasat mata, pantas saja Fani langsung nyolot.     

Aku melanjutkan untuk berbelanja, dan tidak peduli dengan apa yang ada di sekitarku. Karena ternyata banyak sekali dari 'Mereka' yang berkeliaran disini.     

Aku membeli banyak sekali baju yang bertuliskan dan berlogokan Singapore. Bukan hanya tiga puluh baju yang kudapat, melainkan lebih dari itu. Aku memang suka orangnya kalau melihat orang lain itu bisa merasakan apa yang aku rasakan juga, dengan cara mereka menikmati apa yang aku bawa dari sini.     

Bukan hanya baju, melainkan pernak-pernik lainnya, seperti gantungan kunci, potongan kuku, tempelan kulkas dan masih banyak lagi...     

Hari ini aku bahagia sekali, karena aku bisa membelikan banyak sekali buah tangan untuk aku bawa pulang. Aku teringat dengan apa yang pernah ko Jepri sampaikan kepada kita semuanya.     

"Bahwa buka apa yang akan kita terima, tapi apa yang bisa kita berikan!" kalimat mutiara itu selalu menempel di pikiranku sampai saat ini.     

Tak perlu menunggu waktu lama, semua anak sudah pada tentengan tas plastik mereka masing-masing. Setelah belanja kami langsung memutuskan untuk pulang.     

"Semuanya, jangm lupa besok kita bangun pagi, karena harus segera kembali ke Indonesia!" Seru ko Jepri di loby hotel sebelum pada akhirnya kami berpisah semua menuju ke kamar masing-masing.     

Aku langsung bergegas menuju ke kamar dan menata semua barang ke dalam koper kembali, jangan sampai ada yang tertinggal.     

Setelah sekian lama aku menata semuanya, dari memisahkan baju dan oleh-oleh akhirnya ini selesai juga.     

Waktunya untuk istirahat, bersiap tenaga untuk menyambut besok pagi. Karena besok pagi adalah sebuah perjalanan yang sangat panjang untuk kembali ke rumah tercinta...     

--------------------     

Selamat malam dunia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.