INDIGO

#Penjemputan



#Penjemputan

0Harapan Adalah sebuah Do'a yang Hidup     
0

-------------------     

Aku menenggelamkan diri semakin dalam, hingga semuanya menjadi gelap dan dingin. Dingin ini menusuk ke kulit hingga ujung tulangku.     

Mataku masih terpejam, aku melayang dan kakiku belum menapak ke daratan.     

Saat ku pejamkan mata yang ada hanyalah sebuah gambar diri dari cerminan wajahku sendiri.     

Saat aku sudah menapakkan kaki di daratan, kurasakan permukaan yang lembut dan basah. Rerumputan halus yang masih di penuhi oleh embun menyambutku dengan perlahan.     

Ku buka mataku perlahan dan melihat sekeliling.     

Aku berada di ujung dari sebuah jembatan yang sangat indah. Jembatan yang menghubungkan dengan 'Desa Harapan' aku kembali lagi di tempat ini.     

Semuanya masih sama, namun bedanya di saat aku masuk kesini semuanya sudah terbuka dan tidak terkunci lagi. Aku masih penasaran dengan yang Awan jelaskan kepadaku. Jiwa yang bisa masuk ke dalam tempat ini hanyalah jiwa-jiwa yang di harapkan. Aku menarik sebuah kesimpulan bahwa aku bisa menuju kesini karena ada yang mengharapkan kehadiranku di tempat ini.     

Namun Awan menjelaskan padaku bahwa yang dia harapkan adalah Tri Santhi bukan aku. Namun mengapa aku bisa masuk kesini?     

Itu menjadi PR buat aku tanyakan lagi nanti.     

Aku berjalan melalui jembatan panjang ini lagi. Semuanya sama serasa tidak ada yang berbeda, aku berjalan melalui jalan yang sama untuk menuju ke taman matahari.     

Taman yang di penuhi oleh bunga matahari yang tertata dengan sangat rapi.     

Dan kuputuskan untuk aku duduk di tengah-tengah dari taman ini yang terdapat sebuah air mancur berserta tempat duduk melingkar yang bertempat mengelilingi air mancur tersebut.     

Aku menunggunya saat ini, namun belum kumelihat kehadirannya datang menghampiriku.     

Aku tidak tahu apakah sudah lama aku menunggu atau baru sebentar. Karena disini tidak ada yang namanya waktu, jadi semuanya rasanya sama dan sama...     

Apapun aktivitas disini semuanya sama dan rasanya hanya di ulang-ulang kembali.     

Aku melihat sekeliling lagi, namun tidak ada tanda-tanda apapun tentang Awan.     

Hmmm atau aku pergi saja?     

Aku putuskan untuk berjalan kembali menyusuri setiap tempat yang ada disini. Taman bunga matahari ini sangatlah luas, aku mencoba menyusuri kedalam taman bunga matahari dengan jalan setapak. Yang ku lihat dengar hanyalah sebuah nyanyian merdu yang aku tidak ketahui bahasanya.     

Dan lebih tepatnya lagi aku tidak tahu dimana sosok yang menyanyikan lagu itu.     

"Uwerrraaa uwerrraaa, sanarr tisann bukaih tarussss sani tuesss gakih Binangun...Binangunn santirrr ajapis auuuwerrraaa"     

Aku bisa menulisnya namun aku tidak tahu artinya, itu sekilas yang aku dengar. Mungkin kalau kamu tahu apa maksudnya kamu bisa memberitahuku.     

Saat aku berjalan terus menyusuri lebih dalam di taman bunga matahari. Aku melihat sosok perempuan di pinggir danau kecil berwarna biru di ujung jalan setapak ini.     

Dia duduk di sebuah batu yang berada di tepian dari danau itu.     

Aku mencoba mendekatinya. Dia membalikkan badan jadi aku tidak bisa melihat wajahnya. Dia melihat ke arah danau di depannya, jadi yang kulihat hanya belakangnya saja.     

Rambutnya ikal panjang berwarna hitam kecoklatan dan menjuntai hingga ke rerumputan yang berada di bawah batu besar itu.     

"Hai"     

Aku menyapanya dan dia langsung menoleh ke arahku.     

"Hai"     

Aku agak terkejut di saat melihat wajahnya yang begitu cantik seperti peri-peri di negeri khayalan yang ada di film-film yang biasa aku tonton.     

Dia memiliki tanduk namun hanya satu saja yaitu di tengah-tengah dahinya.     

Bukan tanduk biasa, jikalau kamu pernah melihat tanduk kuda poni yang ada di kartun anak-anak. Itu sudah sangat mirip sekali.     

"Mengapa kamu disini?"     

Ku tanyakan pertanyaan yang kedua.     

"Aku penjaga dari danau harapan ini"     

Jawabnya lembut.     

Saat ku mendekatinya, dia memakai baju tipis terawang yang memperlihatkan seluruh tubuhnya.     

Namun ada penutup seperti motif daun di bagian tertentu.     

"Oh, memangnya apa kegunaan dari Danau Harapan ini?"     

Dia menoleh ke arahku kembali dan memberikan sebuah senyuman yang membuatku semakin meleleh karenanya.     

"Membuat Sebuah harapan"     

Jawabnya singkat.     

Aku hanya melihat ke arah danau yang terlihat mengkilat seperti ada Kilauan-kilauan bintang kecil yang menyorot saat dilihat. Bukan hanya Kilauan dari bintang kecil, namun ada sebuah biasan seperti warna pelangi yang menghiasi seluruh permukaan air danau.     

Andaikan saja kita bertemu disini, aku akan langsung mengajakmu untuk pulang bersamaku.     

Tidak sadar aku menggumam dalam hati. Aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku dan langsung berbalik ke arah sisik perempuan tadi.     

"Nah, dimana?"     

Dia sudah menghilang dari sampingku. Kemana perginya sosok perempuan bertanduk itu?.     

Aku langsung membalikkan badan untuk bergegas pergi dari Danau Harapan ini.     

"Awan!"     

Aku terkejut saat melihat Awan sudah berdiri di hadapanku saat aku membalikkan badan.     

"Ngapain kamu disini?"     

Dia bertanya padaku.     

"Aku!"     

"Ya untuk mencari-mu!"     

Jawabku agak gagap.     

"Ya udah aku udah disini"     

"Ayo pulang!"     

Dia mengajakku pulang.     

Aku dan Awan langsung berjalan ke arah menuju Air mancur yang ada di tengah-tengah taman Bunga matahari.     

Namun tidak sampai aku berjalan lama aku sudah sampai di air mancur yang ku maksud.     

Aku langsung melihat ke arah belakang dimana tadi aku memasuki jalan setapak ini sangatlah panjang.     

"Kenapa Ejh?"     

"Aneh aja, tadi rasanya aku ke dalam sana jalannya sangat jauh. Pada waktu barusan keluar dari sana kesini cuma dua langkah saja kok sudah sampai di air mancur ini."     

Jelasku bingung.     

"Oh memang begitu Ejh, hehe!"     

Balas Awan singkat.     

Aku dan Awan berjalan menuju ke arah jembatan.     

Saat sudah sampai di jembatan aku berhenti dan memandangnya.     

"Kamu siap?"     

Tanyaku     

"Aku siap!"     

Jawab Awan sambil menepuk pundakku.     

"Ayo kita pulang!"     

Aku langsung mengajaknya berlari dari awal jembatan menuju ke ujung jembatan.     

Aku dan Awan berlari bersamaan, serasa jembatan ini semakin lama semakin panjang. Di ujung dari jembatan ini sudah ada sebuah cahaya putih yang sangat terang.     

Aku dan Awan mempercepat langkah untuk bisa langsung menembus ke arah cahaya putih tersebut.     

Saat aku dan Awan menembus cahaya itu, rasanya seperti plong dan ringan.     

Aku masih berpegangan dengan Awan. Kami berdua melayang di udara. Cahaya yang menyilaukan mata ini kemudian di gantikan dengan sebuah pemandangan yang sangat indah.     

"Ini malam"     

Seru Awan.     

"Iya!"     

Aku dan Awan melayang di udara. Dan sangat jauh dari daratan. Kami berdua melihat sebuah pemandangan yang sangat indah di malam hari. Kelap-kelip lampu kelihatan sangat kecil dari atas sini. Rumah-rumahpun melihat sangat kecil juga.     

"Bagaiman setelah ini?"     

Ku tanyakan kepada Awan.     

"Kita sekarang sudah berada di 'Dunia Antara' kamu bisa kembali ke tubuhmu sekarang!"     

Jelas Awan.     

"Terus kamu bagaimana?"     

"Saat kamu sudah bangun, panggil namaku saja. Maka aku akan datang seperti biasa!"     

"Beneran?"     

"Iya, Beneran"     

Aku langsung memeluknya sebelum aku kembali ke tubuhku.     

Ku peluk Awan dengan sangat erat. Karena hanya saat seperti inilah aku bisa memeluk dan menyentuhnya. karena di saat aku sudah kembali lagi ke tubuhku, aku tidak akan bisa melakukan hal yang sama.     

"Okay, selanjutnya bagaimana?"     

"Pejamkan matamu!"     

Aku hanya menuruti apa yang Awan minta.     

"Bayangkan dirimu sedang tidur saat ini, dan buatlah dirimu memang benar-benar tidur saat ini!"     

Tidak tahu bagaimana caranya, namun aku benar-benar seperti ngantuk.     

Semuanya menjadi lebih ringan dari sebelumnya.     

Aku seperti memakai jaket di seluruh tubuhku saat ini.     

Rasanya agak berat, dan tiba-tiba berat itu membuatku terjatuh dari ketinggian dengan sangat keras.     

Aku jatuh ke bawah dengan sangat cepat.     

Kumelihat sebuah daratan dan...     

Aku langsung terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal.     

Aku bangkit berdiri, menuju ke dapur untuk mengambil air putih. Tenggorokanku sangat kering.     

"Ahhh Lega!"     

Sangat enak sekali setalah aku meneguk segelas air untuk membasahi tenggorokanku...     

Aku berjalan perlahan menuju kamar kembali.     

Ku ambil Hp, kulihat jam...     

"Hah 03.45 pagi" Aku harus tidur lagi ini agar besok bangun dengan Fit.     

Ku rebahkan badanku dan kupejamkan mataku.     

---------------------     

Aku akan mencobanya besok, mencoba untuk memanggil namanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.