INDIGO

#Singapore Day-2 (Orchard Road)



#Singapore Day-2 (Orchard Road)

0Waktu Yang Berlalu Tidak Akan Terulang Kembali, Maka Manfaatkanlah     
0

------------------     

Kali ini, perjalanan kami akan menuju ke sebuah tempat, dimana tempat tersebut memperjual belikan sebuah barang yang sangat-sangat ber merk dan brendit banget pokoknya. Tempat tersebut berada di jalan Orchard atau Orchard Road. Dimana di jalanan Orchard Road ini semuanya adalah serba mahal... Mulai yang di dalam toko, diluar toko, di samping toko, sampai di jalanan pun juga mahal hehehe.     

Ko Jepri mengatakan bahwa pada saat kita nanti sudah berada di tempat tersebut, kita boleh mengunjungi semua toko dan melihat-lihat barang-barang yang memiliki harga paling mahal. Dan ko Sensen mengatakan bahwa kita harus bisa mencari barang yang menurut kita paling mahal.     

Setelah sarapan semua anak langsung bersiap-siap untuk langsung berangkat, seperti biasa kita langsung menuju ke MRT, dan mengambil jurusan dari Lavender terus berpindah kereta lagi sama kayak kemarin di City Hall dan dari City Hall ini kami semuanya akan sampai dan berhenti di pemberhentian Orchard.     

Hari ini kita memakai seragam berwarna kuning, untuk Ko Jepri dan ko Sensen memakai baju berwarna merah dan putih.     

Aku langsung mengantri di samping batas garis antrian, pada saat kereta sudah tiba, pintu terbuka aku langsung masuk bersama dengan anak-anak. Kali ini aku duduk bersama dengan Damar, dia kakak kelasku di atasku satu tahun lah. Tentunya dia cewek, agak pendiam namun sekali berbicara selalu berhasil membuat orang tersayat hatinya dengan jangka waktu yang lama.     

Pada saat kereta sudah mulai berjalan, aku memandang kosong ke arah jendela yang berada lurus di hadapanku.     

"Awan, apakah itu sosok pria besar yang kemarin? yang sempat kita bertemu di kereta sebelumya?di balik kaca itu!?" sambil aku menunjuk ke arah kaca yang berada di hadapanku.     

"Iya, dia sosok pria besar tanpa bola mata!" jelas Awan singkat, aku langsung melihat ke arah Awan sambil bergidik. Ihhh sosok pria besar tanpa bola mata itu hanya diam menunduk. Dia memang besar, hingga dia harus membungkuk di dalam kereta agar kepalanya tidak keluar dari kereta. Badanya besar, gemuk yang berlebihan, dan dia tidak memiliki bola mata, terlihat bekas darah menetes dari bawah kelopak matanya.     

Dia memakai, baju hitam gombyor. Dan dia duduk pas di samping kirinya Fani.     

Aku hanya memperhatikannya diam-diam. Ku ambil Hp dan aku membuka mode kamera, ya kalau kita berada dimana pun ya harus mengambil sebuah momen agar bisa di unggah ke Facebook terus Instagram dan jejaring social media lainnya. Karena aku orangnya suka selfie, jadi sekali selfie bisa dapat sepuluh foto bahkan bisa lebih hanya dengan sekali gaya doang.     

Saat ku kira rasanya cukup, aku langsung memasukkan Hpku ke dalam saku lagi.     

Awan dimana? Aku langsung melihat sekeliling pada saat Awan sudah tidak berada di sampingku lagi. Loh anak ini kemana e kok tiba-tiba hilang.     

Aku melihat ke arah gerbong kiri namun tidak ada disana, ku lihat gerbong kanan hmmm dia juga tidak ada disana.     

Loh bukannya itu sosok cewek kemaren yang aku temui di bawah pohon sakura? Aku langsung bangkit berdiri dan berjalan ke arah gerbong kanan.     

"Hei mau kemana?" tanya Damar padaku,     

"Bentar aja, aku mau ke gerbong sebelah kanan!" jawabku singkat sambil meninggalkan Damar.     

Aku berjalan ke arahnya dengan pelan, dia berada di gerbong paling belakang, paling ujung dari kereta. Jadi kalau di belakang ini, kita juga bisa melihat bagaimana kondisi atau rel yang habis kita lewati.     

"Lauren!" panggilku yang membuatnya terkesiap dan langsung memandangku dengan ekspresi kaget.     

"Hai, kamu disini!" balasnya sambil melihat sekeliling.     

"Iya, aku disini. Aku mau ke Orchard Road!" jawabku sambil duduk di sampingnya.     

Digerbong terakhir ini cuma ada beberapa orang saja. Jadi aku bisa duduk dengan leluasa di sampingnya dia.     

"Ahh okay, kenapa kamu menghampiriku?" tanyanga pelan sambil tersipu malu.     

"Ahh karena aku, a aku gak sengaja melihatmu disini" aduh kok gue jadi gagap gini sih. Ejh inget dia ini bukan manusia, melainkan sudah bagian dari 'Mereka'.     

aduh ada apa sih denganku, kok bisa-bisanya kayak gini.     

Aku langsung memalingkan wajah darinya, dan langsung berdiri.     

"Aa aku perg.. i . du!" aku langsung melihat sekeliling, dimana dia, kok tiba-tiba ngilang sih. Hmm mungkin dia sudah keburu pergi.     

"WOI EJH BURUAN!!!" Aku langsung menoleh ke luar kaca, saat mendengar teriakan dari Reno.     

Astaga ini udah waktunya keluar, dan aku masih di dalam.     

Dengan cepat aku langsung berlari menuju ke arah pintu keluar yang sebentar lagi menutup.     

Aku percepat lajuku berlari dan huhhhh akhirnya aku bisa keluar juga dari kereta dengan tepat waktu. Nyaris saja aku terjepit di antara pintu otomatis yang menutup tadi.     

"Ngapain aja sih, sampa hampir aja ketinggalan!!" seru Reno dengan nada agak keras kepadaku.     

"Iya, maaf" Balasku melas, ya aku tahu dia bilang seperti itu karena peduli denganku. Ya udahlah ya buat pembelajaran, Next nya aku harus bisa kontrol diriku agar lebih bisa mengatur fokusku.     

"Hampir saja tadi, sudahlah gak usah fokus ke yang lainnya toh dia juga bukan bagian dari dirimu, dia sudah sama sepertiku. Dan ingat kamu belum tahu dia yang sebenarnya seperti apa!" ujar Awam sambil berjalan pelan di sampingku.     

Aku tidak menjawabnya, aku hanya tertegun dengan apa yang dia ucapkan barusan. Hmm memang aku udah salah fokus, hingga aku seperti ini.     

Maafkan aku Awan.     

Aku hanya bisa bergumam dalam hati, aku tidak mampu mengucapkannya karena aku merasa malu dengan Awan.     

"Okay setelah ini kalian semuanya boleh milih dengan siapa kamu akan pergi ke toko-toko brendit yang ada di sekitaran jalan ini sampai ujung sana!" sambil menunjuk toko yang di maksud, Ko Jepri langsung membreafing kami sebelum bubar dari rombongan.     

"Tapi sebelum itu, kita harus berfoto terlebih dahulu ya di bawahnya tulisan petunjuk arah ini. Lihat "Orchard Road" jangan lupa nanti di upload di sosmed nya masing-masing, agar mereka tahu bahwa kamu juga sudah bisa sampai di "Orchard Road" alias jalannya tempat orang-orang ber-uang saja yang bisa membeli barang-barang di toko-toko ini!" Seru ko Jepri sambil tertawa lepas.     

Aku tersenyum dengan lebar pada saat ko Jepri mengungkapkan hal tersebut, ya itulah ko Jepri, yang selalu peduli dengan hidup kita, yang selalu memastikan bahwa kita bisa mendapatkan yang terbaik dari yang lain. Padahal beliau juga memiliki keluarga yang harus di urus juga, namun kita gak kalah juga sebagai prioritas beliau.     

Thanks Ko.     

Sebelum bubar, aku memutuskan untuk berfoto terlebih dahulu. Foto sendiri, dengan membawa buku di bawah tulisan Orchard Road. Wkwkwk sok imut gue, tapi memang imut sih hehehe.     

Tak lama setelah aku berfoto, aku memutuskan untuk berjalan dengan Reno, Fani, dan Damar. Stefi dan Dikha mencar ikut ke kelompok lainnya. Yang pertama adalah kita menyeberang dan menuju ke sebuah tempat bernama (...), waktu kami berempat masuk wih AC nya nyesss banget dah hehehe, intinya adem heheh.     

"Hallo Good afternoon, wellcome to our place. What Can I help you?" (Halo selamat siang, selamat datang di tempat kami. Ada yang bisa saya bantu?)     

"Ahh Hallo, We want to see the product in here!" (Ahh Halo, kami ingin melihat barang-barang yang berada disini!) Jelasku sambil langsung masuk dan berjalan dengan perlahan.     

Sudah terlihat tiga orang yang standby di dalam toko ini, dua laki-laki dan satu perempuan.     

Yang di jual disini adalah, sebuah Aksesoris alat kerja kantoran gitu. Seperti Bolpoin, Dasi, Jam Tangan, Kemeja dan masih banyak lagi.     

Saat aku melihat sebuah Bolpoin berwarna hitam dengan design biasa saja, namun di taruh di dalam lemari kaca yang rasanya pengamannya super duper banyak banget.     

Aku putuskan untuk lebih mendekat ke arahnya.     

"Gila, nih harga $5044 Dolar Singapore!!!" Aku langsung mengambil Hpku dan masuk ke dalam kalkulator untuk meng-rupiahkan berapakah harganya kalau di rupiahkan.     

"Rp. 52.000.000 Anjir sumpah, cuma Bolpoin aja harganya segini, terus gunanya buat nulis juga kok bisa mahalanya minta ampun... Emang tintanya emas!!!" seruku heran sambil menggelengkan kepalaku tidak percaya.     

"Lapo'o to Ejh, gak usah kaget, biasa aja. Namanya juga luar negeri ya begini!" seru Reno sambil melihat-lihat barang antik yang berada di samping kananku.     

Aku hanya nyengir tak membalas ujarnya.     

Langsung lanjut untuk melihat barang-barang lainnya.     

"Eh Guys, ayo ganti toko, di sini flat banget rasanya. Gak ada yang menarik!" ungkap Damar sambil langsung berjalan keluar.     

Nah loh udah ku bilang kan, kalau si Damar ini sekali ngomong langsung nyayat heheheh.     

Aku, Fani, dan Reno hanya saling tatap dan mengikutinya keluar toko.     

"Awan sini dong!" panggilku kepada Awan.     

"Apaa??"     

"Nah gitu dong, kalau di panggil itu jawabnya kalem di sampingku heheh" balasku sambil terkekeh.     

Kami berempat bersama Awan berjalan melalui pinggiran setiap depan teras toko dan mall hanya untuk membuntuti Damar yang sekarang sedang berjalan dengan santai di depan kami.     

"Eh Mar mau kemane kita!" tanya Fany sambil mengeluh capek.     

"Ehh ini ada Mall Paragon, nah tuh lihat namanya, yuk masuk siapa tahu keren-keren barangnya!" jawab Damar sambil langsung nyelonong masuk ke dalam Mall.     

Kami bertiga hanya menghela nafas panjang. Sambil mengikuti di belakangnya.     

"Ih gila ya! kaus kaki aja harganya $38,8. Jadi berapaan tuh hmmm 400 ribuan kan kalau di rupiahkan. Iya kan?" tanya Damar sambil menenteng kaus kaki berwarna merah muda di depan wajah kami.     

"Iya, Mar 400 ribuan" ujar Fani sambil jalan meninggalkan Damar.     

Aku dan Reno pun langsung mengekor di belakangnya Fani, disusul dengan Damar jalan pelan di belakangku.     

"BH anjir, $194, buset dah nih bisa buat beli Hp baru!" seru Damar lagi yang langsung nyelonong di sebelah Fani.     

***     

(Bonus Chapter)     

Hari ini kami semuanya pada kecapean, pada akhirnya setelah berjalan-jalan di Orchard Road kami semuanya langsung tepar di kamar masing-masing. Ko Jepri berpesan bahwa kita harus jaga staminanya kita karena besok hari masih akan full dengan kegiatan. Jadi ko Jepri tadi tidak membuka sesi tanya jawab ataupun juga dengan sharing bersama, aku juga melihat bahwa ko Jepri dan ko Sensen juga kelihatannya capek juga.     

Reno dan Ivan sudah tertidur dengan pulas. Aku yang masih belum bisa tidur, pada akhirnya bermain dengan Hpku.     

Ku melihat banyak sekali pesan WhatsApp yang masuk. Aku buka satu persatu dan aku terhenti pada salah satu Wa. Wa dari salah satu anak yang baru mengenalku dan dia juga mengetahui bahwa aku adalah seorang anak Indigo. Dia tahu dari beberapa informasi yang ada di Internet. Maaf bukanya sombong, cuma memang banyak aja yang tahu aku lewat internet. Hehehe.     

[Malam kak, Ini aku Veronika bisa gak kak kalau aku mau di ramal?]     

Hmmm aku masih diam dengan bersandar di bantal yang ada di belakangku. Karena aku juga udah lama gak buka tarot, maka aku akan mencobanya.     

Jadi aku selalu membawa kartu Tarot di manapun aku berada. Gak tahu kenapa aku suka aja membawanya bersama denganku.     

Aku membuka tasku dan mengambilnya. Aku kocok kartu perlahan, dan mengambil tiga kartu yang aku rasa kartu itu akan menggambarkan apa yang Veronika rasakan Minggu ini.     

Saat aku sudah mengambil kartunya aku langsung tersenyum dengan lebar.     

"Wow Kartunya bagus sekali" gumamku perlahan.     

[Yang pertama kamu dapat kartu yang bernama "Wheel Of Fortune" dimana kartu ini adalah bagian dari Major Arcana yang bersifat lama alias berpengaruh dalam hidup kamu. Ini adalah kartu keberuntungan, rasanya Minggu ini dan seterusnya keberuntungan berpihak di kamu, pada intinya kamu harus tetap fokus dengan apa yang kamu kerjakan saat ini. Yang Kedua kamu ini dapat kartu yang bernama "The Star" disini menunjukkan bahwa kamu orangnya kurang PD alias kurang percaya diri, sebenarnya banyak sekali peluang yang bisa kamu dapatkan namun kamu selalu berfokus pada masalahnya, coba fokus dengan solusinya maka kamu akan mendapatkan sebuah jalan terang disitu. Yang Ketiga adalah "Ten Of Pentacles" kalau ini mah kabar baik banget, dimana yang kamu tunggu-tunggu akan segera kamu dapatkan, pada intinya adalah uang, bentar lagi kamu akan dapet uang dari penghasilan kerja payah kamu selama ini akan terbayarkan. Jadi aku rasa itu aja untuk kamu. Bagaimana Menurutmu apakah yang aku bacakan memang benar apa adanya? Atau aku meleset? aku tunggu jawaban darimu] Aku langsung mengirimkan pesan tersebut kepadanya.     

Aku tidak mengharapkan jawabannya malam ini, karena aku juga tahu bahwa malam ini udah larut banget, sudah bukan malam lagi ini melainkan pagi. Pukul 2.30 Am.     

Brakkkk     

Aku langsung melihat ke sumber dari suara tersebut. Suara itu dari arah kamar mandi.     

Hmmm suara apa ya itu. Aku mencoba bangkit dari ranjang dan berjalan perlahan menuju ke kamar mandi.     

Brakkkk     

Aku langsung melompat karena kaget dengan suara yang baru saja terdengar lagi lebih keras dari pada sebelumnya, aku mencoba mengatur nafas terlebih dahulu sebelum aku melanjutkan berjalan menuju ke kamar mandi.     

Setelah aku rasa cukup tenang aku langsung berjalan perlahan menuju ke arah kamar mandi itu.     

Ku pegang gagang pintu dan ku buka perlahan...     

Brakkkkk     

Belum sampai aku buka, namun suara itu sudah berhasil membuat ku memundurkan langkah langsung terduduk di ranjangku. Aku ngos-ngosan bernafas dengan sulit karena kaget dengan suara yang gak jelas itu muncul.     

Aku langsung memutuskan untuk duduk di ranjang lagi dan....     

Brakkkk     

Suara itu muncul lagi pada saat aku akan memainkan tarot ku Kembali. Aku pegang dengan erat dan aku fokus melihat ke sekeliling dan lebih fokus lagi ke arah dimana suara itu muncul dari tadi.     

Brakkkk     

"Bangsaaaattt!"     

Aku kaget karena yang ternyata teriak bukanlah berasal dariku melainkan, Ivan terbangun dan langsung berteriak dengan kencang.     

"Kenapa sih?" tanyanya bingung.     

"Gak papa Van, kamu baliko tidur!" ujarku dengan pelan.     

Suara itu tidak muncul lagi, namun, tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak dan gak jelas dengan cepat aku langsung memasukkan kartu tarotku ke dalam tas dan aku langsung menarik selimut menutupi seluruh badanku.     

Dan lama kelamaan aku menunggu, apakah suara itu akan muncul lagi...     

Namun di saat itu juga suara itu tidak terdengar kembali...     

Ada apa ini?     

Apakah ini ada hubungannya dengan aku bermain kartu Tarot?     

--------------------     

Apakah Iya karena kartu Tarot?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.