INDIGO

#Sosok Kepala Buntung



#Sosok Kepala Buntung

0Waktu Bukanlah Sebuah Mainan     
0

--------------------     

Aku yang masih diam menghentikan ceritaku, masih termenung mengingat kejadian yang terjadi pada saat itu.     

"Ejh? ada apa? apakah kamu masih mau melanjutkan ceritamu?"     

Aku mendongak dan melihat ke arah Awan yang bertanya padaku dengan penasaran, dia terlihat sekali ingin mengetahui ceritaku selama dia tidak berada di sampingku waktu itu.     

"Aku gak papa, hanya saja aku cuma agak takut mengingat kejadian pada hari itu!" jelasku agak sedikit terbata-bata.     

"Tenang saja, itu hanya masa lalumu. Sekarang fokusmu hanya untuk menceritakannya kembali, jadi gak papa kan, tidak akan berpengaruh kok!" seru Awan menenangkanku.     

Kutarik nafas dalam-dalam, dan aku mencoba memberanikan diri untuk bisa menceritakan apa yang aku alami. Jujur karena setiap flashback kisah yang agak gak nyaman alias terlalu menyeramkan terkadang membuat aku selalu merasakan dua kalinya mengalami kejadian tersebut. Namun semoga setelah ini tidak ada apapun rasa yang tertinggal untuk mengusikku.     

"Okay aku akan lanjutkan!" ujarku pada Awan yang sudah menunggu ceritaku.     

***     

Aku melihat sekeliling untuk memastikan bahwa yang memanggilku adalah sesuatu yang bersosok nyata alias manusia asli.     

Aku berjalan menuju ke lorong kamar mandi yang gelap ini. Aku mengintip dan memasukkan kepalaku ke satu persatu kamar mandi yang ada di sini.     

Tepatnya ada lima kamar mandi, aku berjalan perlahan-lahan dan melihat kamar mandi pertama, kamar yang gelap tanpa penerangan lampu ini membuatku sedikit merinding dengan aura yang ku rasakan. Aku memegang gagang pintu kamar mandi, ku buka perlahan dan ku memasukkan kepalaku.     

BRAKKK     

Aku langsung memundurkan diriku pada saat ada sesuatu yang jatuh dari atas langit-langit.     

"Anjirrr, apa itu!"     

Aku mendekatkan diri dan mengintipnya lagi dari balik pintu.     

Nafasku terengah-engah, pada saat melihat bahwa ada sesosok tangan kecil mencuat dari bawah pintu.     

Aku mendekatinya dan memegang gagang pintu ku buka pintu perlahan dan langsung aku buka dengan lebar saat itu juga.     

Aku yang semula agak merinding dan takut akan melihat sosok yang aneh, namun itu membuatku ingin tertawa pada saat aku melihat bahwa itu hanyalah potongan puzzle tangan dari manekin boneka anak kecil. Badannya tidak ada, hanya lengan tangannya saja yang aku temukan.     

Aku tidak mengambil atau memungutnya, aku langsung memutuskan untuk balik ke dalam kamar.     

"Ejh!"     

Aku terhenti sesaat pada saat suara itu muncul kembali.     

Aku menoleh ke arah loreng kamar mandi dan melihat memperhatikan satu persatu kamar mandi dari tempatku berdiri saat ini.     

BRAKKK     

Aku terkesiap pada saat pintu di kamar mandi bagian paling ujung itu tiba-tiba tertutup dengan keras. Jantungku kian mederap semakin kencang dan tak beraturan. Aku langsung memutuskan untuk berjalan secara mengendap-endap ke arah kamar mandi bagian pojok itu.     

Ku pegang gagang pintu yang agak terbuka itu, dan kemudian aku membukanya secara perlahan.     

Kumelihat sosok kaki pucat dengan kuku hitam yang setiap ujung dari kuku tersebut tidak beraturan alias hancur. Ku buka lagi lebih lebar agar aku bisa melihatnya secara utuh. Dia memakai celana hitam lusuh sobek-sobek.     

Aku melihatnya dengan teliti dari bawah menuju ke atas.     

"Ejh!!!"     

Suara itu muncul lagi, namun bukan dari kamar mandi yang aku tempati sekarng, melainkan dari ujung kebalikan dari kamar mandi yang aku cek sekarang.     

Aku menoleh kembali kepada sosok yang berada di dalam kamar mandi ini.     

Ku buka lagi pintu agar lebih terlihat lebar, mataku langsung melotot dengan lebar, tenggorokanku kering seketika, dan nafasku terhenti saat itu.     

Aku serasa kaku dan tidak bisa menggerakkan badanku, pada saat aku melihat sosok tanpa kepala.     

Aku melihatnya dengan jelas, bahwa dilehernya darah keluar membasahi dadanya dan lantai yang dia pijaki. Dia berdiri diam tanpa menggerakkan sesuatu.     

Inginku berlari dengan cepat, namun sekali lagi aku tidak bisa menggerakkan seluruh badanku. Aku hanya bisa menggerakkan bola mataku saja.     

BUGHHH     

Aku mendenger ada sesuatu yang jatuh dari arah samping kiriku, tepatnya di munculnya suara yang tadi memanggilku. Tak lama setelah aku mendengar suara jatuh itu, aku merasakan dan yang menyenggol kakiku. Dan detik itu juga aku melirik ke bawah.     

Aku terkejut namun tetap diam, suaraku tidak keluar hanyalah mataku saja yang semakin melebar dan melotot keluar.     

aku melihat sepenggal kepala bersandar di kaki kiri ku.     

Kepala itu menutupkan matanya, pucat dan banyak sekali luka lebam yang berada di kepalanya.     

Mataku tidak bisa berpindah, dan hanya bisa melihat ke arah kepala yang bersandar di kakiku.     

Tak lama setelah itu, mata itu terbuka dan melotot ke arahku dengan tatapan tajam.     

"Ejh!!!"     

Dan dia memanggilku dengan tanpa ekspresi.     

Nafasku semakin menipis dan jantungku kian berdebar dengan cepat.     

"Ejh ngapain disitu!"     

Dan setelah ada orang yang menanyaiku langsung semuanya hilang. Aku langsung tertunduk berlutut di depannya kamar mandi ini.     

Kurasakan hentakan kaki mendekat ke arahku.     

"Hei, kamu gak papa a?"     

Ku menoleh ke arahnya, dan itu adalah kak Mawan.     

Dia langsung mengangkatku membopongku untuk menuju ke kamar.     

Dia satu kamar denganku, tidak tahu entah apa yang membuatnya naik ke asrama pada maghrib begini, karena kalau tidak ada dia aku gak tahu setelah itu apa yang akan terjadi kepadaku.     

Kak Mawan mendudukanku di ranjang dan setelah itu kak Mawan memberiku segelas air putih.     

"Diminum dulu"     

"Ada apa?" tanyanya penasaran padaku.     

"Nggak kak, rasanya penyakitku kambuh saja!"     

elakku pada kak Mawan. Aku tidak mau bercerita pada siapapun masalah seperti ini kecuali dengan Awan.     

***     

"Kamu masih mau melanjutkan ceritanya Ejh?" tanya Awan.     

Tubuhku menegang dan keluar keringat dingin di sekujur badanku pada saat bercerita ini kepada Awan. Sudah ku bilang sebelumnya kalau aku tidak bisa menceritakan hal yang terlalu menyeramkan, karena itu bisa membuatku berada pada posisi yang sama untuk kedua kalinya.     

"Aku bisa kok!"     

Aku mengambil sebotol minuman di meja dan aku meneguknya perlahan.     

"Aku akan melanjutkannya!"     

seruku padanya.     

***     

Setelah itu kak Mawan tidak menanyakan hal itu lagi, karena mungkin dia tahu bahwa aku tidak mau untuk bercerita.     

Aku beristirahat sebentar dan setelah itu kuputuskan untuk tidak mandi malam itu, karena sore tadi aku udah mandi.     

Aku langsung turun dari asrama, dan bergegas menuju ke ruangan kelas, karena tadi pagi sempat di infokam bahwa kita harus kumpul karena akan membuat kelompok untuk pelajaran Bahasa Indonesia.     

Aku bergegas agak cepat pada saat melihat Faridha juga berjalan menuju ke kelas.     

"Huhh, belum telat kan!" tanyaku langsung padanya     

"Belum, ini saja aku juga baru berangkat. Hehe!"     

Aku berjalan bersama dengan Faridha dan langsung memasuki ruangan kelas.     

Jadi kalau disini, pelajaran malam pun bisa, karena asrama dan kelas jaraknya hanya seratusan meter saja.     

"Loh, Ejh bukannya kamu barusan dari sini ya!" Tanya Hera dengan nada tinggi.     

"Enggak kok Ejh saja baru barengan sama aku di depan asrama cowok tadi!" Faridha menyahut.     

"Eh seriusan ini aku lo barusan ngobrol denganmu, wong karena aku lihat kamu sendirian makanya aku langsung masuk ke kelas barusan inu tadi!"     

jelas Hera.     

"Aku barusan naik ke atas Hera" jelasku padanya.     

"Terus yang barusan aku ajak ngobrol siapa!?"     

tanya Hera yang langsung mengubah ekspresi mukanya menjadi dingin dan pucat.     

Aku diam sebentar pada saat Hera mengungkapkan hal tersebut. Lantas siapa yang dia temui barusan?     

Tak lama setelah ity Hera langsung menuju ke arahku dan memelukku dengan erat.     

"Aku takut!"     

rengek dia yang menyadarkan kepalanya di dadaku.     

Sebenarnya aku tidak nyaman dengan hal beginian namun ku buang perasaan itu sesaat, ya karena aku tahu seperti apa perasaannya saat ini, ketika tahu yang dia ajak ngobrol barusan bukanlah aku.     

-------------------     

"Hmm pasti itu Jin!" seru Awan     

Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.