INDIGO

#Di Rumah



#Di Rumah

0Apa Yang Akan Terjadi, Maka Terjadilah     
0

--------------------     

Bagi oleh-olehnya sudah rampung, dan waktunya untuk rehat malam.     

Dari kemaren sampai sekarang belum rehat sama sekali hehe.     

Namanya juga habis pulang dari negara tetangga, mangkanya banyak sekali kesibukkan yang di lakukan, ya salah satunya adalah dengan bagi oleh-oleh dan sharing tentang pengalaman di luar sana itu seperti apa.     

Karena maklum di desaku ini baru aku saja yang bisa berangkat ke luar neger untuk berlibur, bermain sambil belajar. Ya memang ada banyak juga sih diantara tetanggaku yang juga keluar negeri, namun tidak untuk berlibur melainkan mereka menjadi pegawai atau pekerja untuk mencari penghasilan di luar negeri sana.     

Salah satu yang membuatku sangat bahagia adalah, aku bisa membelikan oleh-oleh dari Singapore untuk tetangga sebelahku pas yang dulunya sering menghina atau mengolok-olok keluargaku.     

Ibuku pernah berpesan bahwa,     

"Boleh kita itu menyimpan rasa dendam namun dari pembalasan kita yang seperti apa itu yang menentukan dendam itu tumbuh dan jadinya seperti apa. Entah itu berbalik negatif atau Positif itu adalah pilihan dari pemegang dendam tersebut!"     

Saat itulah aku mulai melihat jalan terang bagiku sendiri, bahwa tidak semua pembalasan dendam itu harus selalu negatif, namun aku mengubahnya dengan sebuah hal yang positif.     

Karena pada waktu SD dulu aku sering sekali berbicara pada diriku sendiri bahwa aku ingin sukses suatu hari nanti, karena aku ingin membeli mulut-mulut orang yang telah menghina keluargaku. Namun seiring berjalannya waktu, dendam itu tidak menjadi negatif dalam diriku, melainkan menumbuhkan rasa positif yang dimana membuatku semakin ingin menunjukkan bahwa mereka salah karena telah ngomong atau mengolok-olok demikian. Aku ingin mereka menyesal dengan apa yang mereka katakan. Bahwa sebenarnya semuanya itu tidak ada yang mustahil, selama kita mempercayai hal tersebut.     

"Ejh, nak pergi ke rumah e kakakmu buat nyalakan lampu, agar gak singup ya nak!" aku langsung bangun dari lamunanku pada saat berada di ruang tamu.     

"Oh iya buk!" balasku dengan cepat.     

Jadi kalau mau ceritakan ceritanya panjang sekali. Apakah kamu masih ingat dengan kejadian pada waktu dulu. Yang sempat aku meramal kakaku dengan kartu tarot?.     

"Sekarang yang Kaka rasakan adalah hatinya kak Emi sedang berbunga karena ada seseorang yang di sukai, apapun itu akan rela kak Emi berikan untuknya meskipun cowok itu juga sudah memiliki pasangan. Dan yang terakhir adalah sebuah pilihan yang di pilih dari kak Emi yang akan menentukan semuanya, antara baik buruknya sebuah kenyataan yang akan di alami tergantung dari pilihan yang di ambil!!"     

Aku sempat mengucapkan hal tersebut, yang ternyata apa yang aku ramalkan benar-benar terjadi. Kakaku sekarang bukan menjadi kakaku yang sebelumnya. Dia sudah sangat berbeda sekali dengan kak Emi yang aku kenal dulu.     

Dia sekarang berada di Banjarmasin, Kalimantan. Bukan pergi tanpa alasan hingga kak Emi tega meninggalkan ketiga anaknya. Dia baru saja berantem dengan kak iparku. Kakak iparku yang sedang kerja di Taiwan. Cak Anto marah besar kepada kakaku karena kakakku tidak benar-benar jujur dengan cak Anto.     

Dan apa yang aku ramalkan itu benar-benar terjadi. Memang semua itu pilihan manusia. Hanya karena uang saja bisa membutakan segalanya, termasuk keluarga atau saudara kandung sendiri.     

Aku tidak ingin membahasnya karena hanya membuat aku sakit hati. Pada intinya kamu tahu bahwa apa yang aku pernah ramalkam dulu, benar-benar terjadi sesuai, serinci apa yang aku katakan.     

Jangan pernah bermain api kalau tidak mau terbakar.     

***     

Jadi ini cerita lebih detailnya pada waktu siang tadi.     

Aku langsung bergegas berangkat menuju ke rumah kakaku. Aku memutuskan untuk berjalan sendirian aja heheh.     

Namun tiba-tiba aku langsung teringat dengan kejadian pada siang hari tadi, kejadian yang membuat aku bergidik mengingatnya.     

Jadi tadi siang sebenarnya aku sudah kesana untuk mencari STNK motor Beat yang aku bawa ke Batu itu. Karena bilangnya Ibuk sih STNK nya masih di bawa oleh kak Emi, namun aku kan orangnya suka gak percayaan gitu. Mangkanya aku langsung cari sendiri kesana.     

Tapi gak nemu, cuma nemuin BPKB nya aja. Huhh kesel rasanya, soalnya motor yang ku pakai ini bisanya di pakai kalau udah malam saja. Karena untuk menghindari razia heheh.     

Dulu aku bawanya ke Batu, ya pas malam hari, jadi ya aman-aman saja.     

Tadi siang pada waktu aku kesana, tempatnya udah gak enak sekali di kunjungi. Kalau kamu masih ingat, bahwa rumah kakak aku itu berada di paling ujung desa dan berada di hutan. Jadi ya agak horor gimana gitu.     

Aku tadi siang kesana, baru masuk hawanya sudah berbeda sekali...     

Waktu aku mencari STNK di kamarnya kakaku gak ada apa-apa, ya cuma anak kecil aja yang main seliweran di ruangan tengah. Nah pada waktu aku masuk ke kamarnya si Angga, anak pertamanya kak Emi. Kamar inilah yang aku rasa paling riuh. Karena kondisi gelap dan lampu sudah mati dari sejak satu bulanan. Ibuk dan Ayah bilang padaku tadi siang bahwa Ibuk dan Ayah sengaja gak ganti lampu kamarnya si Angga karena dulu pernah di ganti eh baru saja sehari udah mati lagi. Mangkanya dari pada buang-buang uang, ya mendingan gak di pasang aja.     

Pada waktu aku tadi masuk kamarnya si Angga untuk mencari STNK, tiba-tiba pintu rumah bagian depan tertutup dengan sangat keras. Dan disitu aku melihat sosok bayangan hitam duduk di ranjang pojokkan tempat tidurnya si Angga. Aku sengaja tidak menolehnya atau berkomunikasi dengannya, cuma sekilas saja aku melihatnya.     

BRAAAKKK     

Detik itu juga aku langsung berlari keluar, pada saat pintu depan tertutup dengan keras, karena tiba-tiba hawa dingin membelai leher belakangku.     

Aku berlari menuju ke ruang tamu, dan gak ada siapapun. Aku mencoba membuka pintu dan untungnya masih bisa dibuka. Karena aku takut kalau terkunci dari luar. Aku mengatur nafas dan menenangkan diri sejenak di ambang pintu depan.     

Paling gak suka dengan hal yang horornya keterlaluan gini.     

Tak lama setelah itu aku melihat sosok orang bungkuk berjalan menuju ke arah hutan, sosok bungkuk itu adalah seorang nenek yang membawa selendang dan berkemben baju Jawa.     

Aku hanya cuek saja pada waktu itu dan langsung menutup kembali pintu, dan kuputuskan untuk meninggalkan rumah ini karena tidak ada kutemukan yang ku cari.     

Hanya BPKB saja yang aku dapatkan di almari kakakku.     

Aku matikan semua lampu dan bergegas meninggalkan tempat. Pada waktu aku beranjak untuk pulang, eh ternyata sosok nenek bungkuk itu masih berada di sebuah jalan setapak dan melihat ke arahku, dan detik itu pula aku baru menyadari bahwa aku pernah melihat sosok itu sebelumnya.     

Aku langsung berlari menuju ke pemukiman penduduk yang ramai, aku gak kepikiran untuk memanggil Awan. Karena memang waktu itu aku sedang blank dan gak ingat apa-apa.     

Aku baru menyadari bahwa sosok itu adalah sosok yang pernah menggangguku pada waktu aku masih SMP.     

Ya aku menyebutnya dengan sebutan     

"Nenek Jongkok".     

Aku langsung pulang dan melanjutkannya aktivitas.     

Itu kejadian tadi pada waktu siang hari. Hmm semoga setelah ini tidak ada yang terjadi, dan aku tidak berharap untuk terjadi. Karena aku cuma sendirian kesana ini. Tanpa di temani oleh seorangpun.     

Mungkin hanya Awan yang akan menemaniku kali ini. Karena memang dia yang selalu setia menemaniku dari dulu hehehe.     

Aku benar-benar tidak ingin terjadi sesuatu apapun dan aku tidak akan mengganggu apapun atau berurusan dengan apapun.     

Aku akan jaga itu.     

--------------------     

Jangan ganggu yang gak perlu di ganggu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.