Kelahiran Kembali: Berevolusi Dari Nol

Laser



Laser

0WUSSSS     
0

Dorian menghela nafas dalam-dalam ketika dia terbangun dari meditasinya, energi mendidih di sekitarnya.     

"Ahh." Dia berkedip saat dia melihat sekeliling. Kamar mereka ada di lantai dua dan terletak di dekat dinding di luar rumah besar itu, dengan jendela yang membiarkan sinar matahari masuk. Dorian berjalan ke atas dan melihat ke luar. Cahaya baru saja turun dari matahari terbit pagi.     

Dorian memandangnya, mengambil napas lagi. Itu adalah sebuah pemandangan yang menyegarkan dan damai, sesuatu yang tidak sering dia lihat dalam petualangannya yang serba cepat.     

"Sangat cantik." Sebuah suara feminin menarik perhatian Dorian saat dia berbalik.     

Dia tersenyum, melambai pada Helena. Vampir itu masih beristirahat di atas ranjang emas besar. Wajahnya masih pucat, tapi ada sedikit warna merah di dalam penampilannya yang layu. Istirahat yang dia dapatkan selama beberapa hari terakhir tampaknya berhasil.     

"Ya benar, Smalls." Dorian berjalan diam-diam, duduk di tempat tidur di sebelahnya.     

"Bagaimana kabarmu?" Dia mengangguk hangat padanya.     

"Begitu-begitu saja." Dia mengangkat tangannya dan kemudian menggoyangkannya dari sisi ke sisi. Perlahan, dia mengangkat dirinya, mengambil napas panjang dan lambat. Seluruh tubuhnya bergerak serempak meskipun dengan kecacatan saat ini, naluri prajurit mulus yang telah dia latih sampai tingkat yang luar biasa masih ada.     

"Aku sudah lebih baik." Dia mengangguk dengan tegas.     

'Ya memang... tapi sangat lambat…' Dia dalam hati menggelengkan kepalanya. Jumlah Dunia yang harus mereka lintasi untuk melarikan diri terlalu banyak. Dia tidak percaya bahwa mereka bisa keluar dari wilayah Bayangan tanpa memperingatkan pihak berwenang.     

Dan begitu mereka mengetahui bahwa Helena adalah seorang Vampir, dan lemah, tetapi sangat penting, satu... Dorian bisa melindunginya, tetapi yang diperlukan hanyalah satu ledakan yang baik untuk melewatinya. Itu tidak sebanding dengan risikonya.     

"Helena, Aku punya sebuah pertanyaan untukmu." Dorian memulai, mengganti topik pembicaraan.     

Di belakangnya, suara fajar subuh bisa terdengar, perlahan masuk melalui jendela.     

"Oh? Ada apa?" Helena merespons, berkedip padanya.     

"Seberapa kuat makhluk di Kelas Malaikat?" Pertanyaannya langsung ke intinya.     

"Seberapa kuat makhluk di Kelas Malaikat…" Helena mengatakan pertanyaan itu dengan lantang, sebuah senyum kecil muncul di wajahnya.     

"Luar biasa. Sangat kuat." Dia menggelengkan kepalanya,     

"Mereka yang ada di Kelas Malaikat telah mengambil langkah pertama di Jalan menuju Kenaikan. Siapa pun yang mencapai tingakt itu, begitu kuat sehingga mereka tidak dapat dibandingkan dengan Kelas yang lebih rendah." Suaranya tenang saat dia berbicara, tetapi Dorian bisa melihat api batin membara di dalam dirinya saat dia berbicara.     

"Mereka sekuat itu?" Dorian berkata, mengerutkan kening. Dia tidak menyadari ada celah yang begitu besar.     

"Ya. Bahkan perbedaan antara Kelas Malaikat-Semu yang telah menemukan Jalan mereka sendiri, dan Kelas Raja Akhir yang belum, sangat besar." Helena melanjutkan,     

"Pria yang ingin Aku kalahkan, Arthur Telmon, sangat mungkin adalah makhluk yang paling kuat yang ada, dan juga adalah seorang Manusia Kelas Malaikat. Aku mengatakan bahwa tujuanku adalah untuk tumbuh cukup kuat untuk mengalahkannya... tetapi untuk mendapatkan kekuatan sebanyak itu…" Helena menggelengkan kepalanya lagi, kali ini mengepalkan tinjunya di bawah seprai.     

"Hei, hei, tidak apa-apa. Jangan mengkhawatirkan dia sekarang. Bertumbuh kuat adalah proses yang membutuhkan waktu. Kau akan sampai di sana. Aku percaya padamu." Dorian berkata, menepuk kepalanya. Helena begitu terjebak dalam pembicaraan tentang tujuannya sehingga dia tidak memperhatikan.     

"Lagipula, kenapa kau sangat membencinya?" Dia bertanya.     

"Telmon memotong jalan menuju Kenaikkan dari pria yang Aku cintai seperti seorang ayah. Sangat sulit untuk mengambil langkah terakhir ke dalam Kelas Malaikat, dan bahkan untuk mengambil kesempatan itu, seseorang perlu memiliki Jiwa yang sangat kuat." Helena melanjutkan,     

"Namun, untuk mengambil langkah terakhir, dan Naik ke Surga, seseorang perlu memiliki jiwa yang sepenuhnya sempurna." Suaranya berubah pahit,     

"Raden Mas Marcus dulunya adalah yang paling kuat dari tiga Raden Mas Vampir. Namun, setelah pertempuran antara para Raden Mas dan Telmon bertahun-tahun yang lalu, dia jatuh menjadi yang terlemah dari ketiganya karena cedera pada jiwa. Luka-lukanya semakin memburuk dengan duel yang dia lakukan dengan Raja Bayangan sesudahnya." Dia mengerutkan kening saat dia melanjutkan,     

"Raja Bayangan itu melanjutkan untuk menerobos ke Kelas Malaikat sementara Raden Mas Marcus tetap terjebak di Kelas Malaikat-Semu, tidak dapat berlanjut. Bahkan jika dia melakukannya, dengan cedera permanen yang dia alami pada jiwanya, dia akan selamanya tidak dapat Naik."     

Setetes air mata menetes ke wajah Helena ketika dia selesai, emosinya yang tulus terlihat.     

Hati Dorian bersimpati untuknya. Dia menggosok pundaknya dengan nyaman, tidak yakin bagaimana harus merespons.     

"Yah. Aku mengerti sedikit lagi sekarang. Aku minta maaf atas apa yang terjadi padanya."     

Helena mengangkat bahu, menggelengkan kepalanya.     

"Ini sudah menjadi berita lama sekarang. Tidak ada gunanya membicarakannya."     

Sebuah jeda yang tenang pun terjadi.     

Setelah beberapa detik, keingintahuan Dorian membuat dia kewalahan dan dia melanjutkan pertanyaannya,     

"Kau menyebutkan bahwa sebuah makhluk Kelas Malaikat-Semu adalah orang yang telah membuka Jalan mereka sendiri? Bisakah kau menjelaskan sedikit lebih banyak?"     

Helena mengangguk dan kemudian mulai memberi Dorian sebuah pelajaran kecil,     

"Ya. Hanya sedikit orang yang tahu apa sebenarnya yang dimaksud dengan Kelas Malaikat. Hanya para elit dan pakar yang memiliki tuan yang kuat bahkan yang sadar." Dia memberi isyarat saat dia berbicara,     

"Mencapai Kelas Raja membutuhkan penguasaan sebuah hukum yang lengkap." Dorian mengangguk ketika dia mendengarkannya berbicara. Helena melanjutkan,     

"Jumlah energi dan ukuran jiwa seseorang umumnya digunakan untuk memisahkan kelas. Hal yang sama berlaku untuk Kelas Raja. Namun, ada titik untuk setiap makhluk di mana perlahan-lahan menjadi tidak mungkin untuk maju. Lagipula, jiwa seseorang tidak dapat tumbuh tanpa batas waktu. Setiap makhluk memiliki batas."     

"Semakin kuat jiwamu sebelum kamu mencapai Kelas Raja, biasanya semakin tinggi batasmu."     

"Menumbuhkan jiwa seseorang memerlukan meditasi pada Hukum yang sedang kau pelajari. Jiwa seseorang akan secara tidak sadar menyerap energi dari Hukum Alam Semesta itu, tumbuh lebih kuat. Ini pada dasarnya hanya terjadi dengan meditasi yang nyata dan tulus; meditasi yang juga akan meningkatkan pemahamanmu tentang Hukum apapun. Saat kau sudah sepenuhnya memahami sebuah Hukum, kau akan menerobos ke Kelas Raja."     

"Beberapa ahli akan memilih Hukum yang sangat sulit untuk dipelajari guna memaksimalkan waktu yang mereka habiskan di Kelas Raden untuk menaikkan batas mereka. Yang lain akan berhenti bermeditasi begitu mereka merasa akan melakukan terobosan dan mencari Harta Karun atau Pil yang langka untuk meningkatkan kekuatan jiwa mereka, untuk memaksimalkan batas mereka."     

"Namun, kebanyakan orang hanya bermeditasi dan bertambah kuat secara alami. Menembus ke Kelas Raja sudah sangat sulit dengan sendirinya dan bagi kebanyakan makhluk, peningkatan kekuatan akan menjadi marjinal ketika menggunakan metode tambahan." Helena mengambil napas dalam-dalam ketika dia menyelesaikan satu bagian dari penjelasannya sebelum masuk ke bagian selanjutnya,     

"Kelas Malaikat berbeda secara kualitatif. Untuk masuk ke Kelas Malaikat, seseorang perlu menemukan Jalan menuju Kenaikan."     

"Mencari Jalanku menuju Kenaikan?" Dorian mengulangi kembali, bingung.     

"Ya. Setiap orang berbeda. Pengalaman mereka unik. Setiap aspek tentang mereka, ketika digabungkan bersama, menciptakan sebuah makhluk yang benar-benar unik yang telah menjalani kehidupan yang tidak pernah dijalani orang lain, tidak juga. Dan semua itu tercetak pada jiwamu." Dia menunjuk padanya,     

"Kelas Malaikat adalah tentang mengambil langkah pertamamu ke Jalan unikmu menuju Kenaikan. Raden Mas Marcus memberitahuku bahwa itu mengharuskan jiwamu dan Matriks Mantra Jiwa untuk disatukan dengan sempurna, tanpa cacat."     

"Setelah itu tercapai, seseorang harus memasuki meditasi yang intens. Dia harus meninjau setiap pengalaman yang tercetak pada jiwa mereka dalam hati. Itu seperti kelahiran kembali hidup mereka, hidup melalui seluruh masa lalu mereka sekaligus. Jiwamu harus sepenuhnya selaras dengan dirimu sendiri, masa lalumu, seluruh hidupmu."     

"Jika kau telah berhasil mencapai keseimbangan dan kekompakan yang sempurna dengan jiwamu, Raden Mas Marcus berkata kau akan menembus Kelas Malaikat-Semu. Untuk sepenuhnya menembus ke Kelas Malaikat, dalam kondisi keseimbangan sempurna ini, kau hanya harus melakukan satu hal."     

"Kau harus rela menyerahkan semua pengalaman ini, mimpi dan tujuan ini, ingatanmu, segalanya, memisahkannya dari jiwamu. Seluruh hidupmu akan dihapus bersih, dihilangkan darimu."     

"Tentu saja, setelah semua itu dihilangkan, jika kau berhasil membiarkan semuanya berjalan tanpa gagal, kenangan dan emosi itu, semuanya akan kembali."     

"Raden Mas Marcus menggambarkannya sebagai sebuah perasaan seperti kau melangkah ke sebuah tepi tebing besar, yang menghadap ke padang pasir yang sangat luas dengan oasis kecil di tengahnya."     

"Jika kau berhasil melompat dari tebing itu dengan sukses dan mendarat di oasis, kau dapat menerobos ke Kelas Malaikat. Namun jika kau mendarat di gurun…"     

"Kau akan mati."     

Ketika Helena selesai berbicara, ekspresi kelelahan muncul di wajahnya. Dia duduk kembali ke tempat tidur dengan hati-hati.     

"Hei, ayo santai. Jangan stres sendiri. Penjelasan itu menyelesaikan sebagian besar pertanyaanku, terima kasih." Dia menggosok lengannya, menatapnya dengan khawatir. Dia memeriksa kata-katanya di kepalanya, menyerap pengetahuan itu. Kelas Malaikat sepertinya adalah sesuatu yang sangat luar biasa.     

"Aku akan pergi meminta sarapan agar dikirim ke kita. Kau tetap fokus dalam pemulihan." Dorian berdiri, berbalik ke arah pintu.     

Namun, sebelum dia pergi, dia merasakan Helena menarik bajunya. Dia berhenti, berbalik untuk melihat ke arahnya dengan bertanya.     

Mata Helena yang lelah melihat balik, sebuah cahaya aneh ada di matanya.     

"Hei, Dorian?" Dia berkata, suaranya tenang.     

"Ya? Ada apa? Apa kau butuh sesuatu yang lain?" Dia mengangguk tajam, berusaha tampil percaya diri.     

Dia menggelengkan kepalanya dan kemudian berkata,     

"Terima kasih."     

"Hah? Untuk apa?" Dorian memiringkan kepalanya sedikit. Jika iya, dia adalah orang yang harus berterima kasih padanya atas info yang diberikan olehnya.     

"Untuk ini semua. Terima kasih. Aku tidak akan melupakannya." Dia mengangguk padanya seolah puas dengan kata-katanya. Kemudian, sebelum Dorian bisa menjawab, dia memejamkan mata dan tidur kembali, mengabaikannya saat dia fokus pada meditasi internal dan penyembuhan.     

Dorian menatapnya dengan gelisah dan kemudian tersenyum, menggelengkan kepalanya,     

"Sama-sama, Smalls. Jangan khawatir tentang hal itu. Aku mendukungmu." Dia bergumam ketika dia mulai berjalan menuju pintu masuk ruangan itu.     

Tanpa sepengetahuannya, sebuah senyum kecil muncul di wajah Helena ketika dia berjalan pergi.     

.. .. .. .. .. .. .. ..      

Dorian berhasil mendapatkan makanan untuk Helena dan dia. Syukurlah, Helena bisa makan dengan normal, tetapi kelemahannya tetap ada saat tubuhnya terus mencoba dan pulih.     

Penguasa Kota Ticko, Patrin, adalah seorang Bayangan tua yang cukup terpikat dengan kisah Dorian. Dorian mengingatkan prajurit Bayangan itu tentang dirinya di masa mudanya. Setelah makan dengan Helena, Dorian menghabiskan sekitar satu jam berbicara dengan Penguasa Kota itu di lantai bawah, menanyakan Bayangan itu tentang sejarahnya untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Komune ini.     

Dia juga menghabiskan waktu itu menghindari pertanyaan tentang sejarahnya sendiri, atau mengarang dongeng ketika dia terpaksa.     

Akhirnya, dia belajar lebih banyak tentang pengaturan yang telah diatur oleh Patrin sebelumnya untuk membawa Dorian melintasi planet.     

Di Dunia Normal tempat mereka berada, tidak ada banyak perusahaan perjalanan berskala besar. Dunia Normal ini adalah sebuah dunia yang sangat normal, dengan sedikit hasil imbang untuk para Majus yang kuat. Akibatnya, jika seseorang ingin melakukan perjalanan jarak jauh dengan sangat cepat, mereka perlu meminta salah satu Artefak Kapal Terbang yang besar dan sulit digunakan untuk diangkut ke kota yang tepat.     

Patrin sudah mengatur itu sebelumnya. Sebuah Kapal Terbang sudah berjalan dan akan tiba di kota besok.     

Yang perlu dilakukan Dorian hanyalah menunggu satu hari lagi. Dengan menggunakan Kapal Terbang untuk melintasi planet ini, dia dapat memotong beberapa hari, atau bahkan berminggu-minggu, dari waktu perjalanannya. Dengan Helena dalam kondisi saat ini, dia tidak berani mencoba menerbangkannya menggunakan bentuk terbangnya.     

Sebagai catatan tambahan setelah berbicara dengan Penguasa Kota, dia belajar informasi menarik lainnya.     

Yang jelas-jelas tidak bagus.     

'Seluruh Suku Nagawi telah runtuh.'     

Patrin sama terkejutnya dengan Dorian ketika dia menyebarkan berita itu. Salah satu dari 12 Suku Nagawi telah dibantai, hingga Naga terakhir. Lebih jauh lagi, beberapa jenis perang tampaknya telah pecah jauh di dalam Suku itu, menurut sumber yang menyebarkan gosip ini.     

Ini terjadi beberapa hari atau bahkan beberapa minggu yang lalu. Informasi bergerak cepat di 30,000 Dunia berkat Sihir, tetapi bahkan pada saat itu, di alam semesta yang begitu besar, berita itu hanya bisa bergerak secepat itu.     

Terutama untuk para pakar Kelas Raden seperti Patrin, yang hanya menjalankan sebuah kota besar di Dunia Normal yang tidak terlalu terkenal.     

'Rumor mengatakan itu bisa apa saja, tapi Aku berani bertaruh itu adalah salah satu dari Kawanan... Aku hanya pernah menghadapi tiga Naga. Anak Kesebelas yang berirama, dan Aiden dan Mira. Terlepas dari kekuatanku saat ini, Aku pikir, paling-paling, Aku bisa menyamai Aiden. Aku bahkan mungkin masih kalah darinya, bahkan dengan bentuk Iblis Keseimbangan-ku…' Dorian mengerutkan kening.     

Aiden mungkin berada di Tengah Kelas Raja, tapi dia juga adalah seekor Naga Api Emas yang besar dan kuat, memanfaatkan Hukum Mulia. Dalam kekuatan mentah, dia akan dengan mudah bisa menyamai Majus Kelas Raja Akhir. Selanjutnya, pasti ada Naga lain dengan kekuatan yang sama di dalam Suku.     

Sekarang, setelah semua itu, itu adalah malam di Dunia Normal.     

Dia duduk beberapa mil di luar kota, kakinya bersilang ketika dia duduk dalam meditasi memikirkan hal-hal. Dia baru saja meninggalkan rumah Penguasa Kota, menggunakan bentuk Elang Matahari-nya untuk terbang ke sini dalam sekejap.     

Di sekitarnya, sebuah selokan kosong dan beberapa pohon acak bisa terlihat. Tanah terdekat agak ditinggalkan, tidak bisa ditanami dan tidak berguna bagi kebanyakan orang.     

'Aku sudah tumbuh lebih kuat, tapi Aku tidak bisa membiarkan diriku mandek. Kemajuanku dengan Hukum akan tumbuh dengan mantap. Apa yang perlu Aku pikirkan adalah cara lain agar Aku bisa tumbuh lebih kuat.' Pikiran Dorian kacau saat dia memikirkan ini, mengerutkan kening.     

'Aku tidak bisa terus bergantung pada Seni Bela Diri Mistik milik Yukeli. Pada akhirnya, Aku akan menghadapi anggota Kawanan yang dapat menggunakan seni bela diri itu seperti aku. Hanya saja, mereka akan memiliki ingatan lengkap akan seni bela diri itu dan mungkin menggunakannya dengan keterampilan lebih.' Dia mengangguk,     

'Tapi kalau begitu... apa yang Aku miliki?' Dia berhenti sejenak, pikirannya melaju ke depan.     

'Tiga hal terbesar yang memisahkan aku dari orang lain adalah Kemampuan-Kemampuanku, bentuk-bentukku, dan ingatanku dari Bumi.' Dorian datang dengan 3 hal utama.     

WUSSSS     

Tubuhnya berubah dari fisik Bayangan-nya saat ini, mengenakan satu set baju besi metalik dan kristal, ditutupi dari kepala hingga kaki, dengan mata biru yang bersinar. Bentuk Iblis Keseimbangan-nya.     

"Ahh." Suaranya dalam bentuk ini sangat dalam dan menenangkan. Dia menikmati perasaan bentuk itu. Ketika dia menggunakannya, dia merasa seolah-olah semuanya lebih mudah untuk dirasakan. Dunia di sekitarnya lebih jernih, seperti juga pikiran dan pikirannya. jiwa.     

'Bentuk ini sangat cocok untuk latihan.' Dia menyadari, senang. Bentuk Iblis Keseimbangan-nya akan memungkinkannya untuk mencoba apapun yang diinginkannya tanpa mengurangi fisiknya, menjadikan penanganan apapun seimbang dan relatif mudah.     

'Sekarang mari kita lihat. Dari semua Kemampuanku, untuk menyerang, yang terkuat yang Aku miliki tidak diragukan lagi adalah Sinar Hiperion milikku, terutama ketika Aku memasukkan Api Naga dan Kekuatan Hukum ke dalamnya.' Dia mengangguk.     

'Baru-baru ini, jiwaku telah tumbuh dengan sangat cepat. Aku telah mendapatkan begitu banyak energi sehingga mengeluarkan Sinar Hiperion tidak lagi menarik terlalu banyak dari energiku, tetapi masih merupakan serangan yang sangat kuat.' Saat dia merenungkan hal ini, sebuah ide melandanya.     

'Kau tahu... bagaimana jika Aku melihatnya seperti sebuah video game dari Bumi? Di Bumi, ada beberapa game yang memungkinkan kau untuk melakukan spam banyak kekuatan atau kemampuan sekaligus…' Mata Dorian berbinar.     

'Dalam bentuk ini, Aku harus bisa berlatih menangani beberapa Kemampuan. Bahkan dalam bentuk normalku, Aku pernah menggunakan beberapa Kemampuan sekaligus sebelum…'     

'Bagaimana jika Aku menggunakan Kemampuan yang sama beberapa kali, sekaligus?'     

Mata Dorian menyala ketika dia menoleh untuk melihat beberapa pohon acak yang ada di dekatnya. Dia perlahan mengangkat tangan kanan dalam bentuk Iblis Keseimbangan-nya, menatap trio pohon ek yang damai itu.     

Dia berkedip.     

Sedetik kemudian, tanpa ragu-ragu, dia berteriak dalam hati,     

'Sinar Hiperion, aktifkan!'     

'Sinar Hiperion, aktifkan!'     

'Sinar Hiperion, aktifkan!'     

WUUSSSSS     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.