Kelahiran Kembali: Berevolusi Dari Nol

Tahap Kedua



Tahap Kedua

0"Mengerang…"     
0

Saat Aura yang sejuk dan damai yang disebarkan oleh Dorian menyapu Bayangan Artis Bela Diri yang jatuh itu, Bayangan itu bergeser, mengerang. Aura itu tampaknya fokus pada Bayangan ini, meresap dalam tubuhnya.     

Biasanya, sebuah Aura seperti ini bisa dilihat sebagai sebuah serangan jika aura ini mencoba memanipulasi apapun selain penampilan Dorian. Serangan itu akan cukup halus sehingga sebagian besar tidak akan menyadarinya dan hanya akan secara pasif menolaknya. Jika jiwa mereka lebih lemah daripada jiwa Dorian, mereka akan menjadi korban dari efek Kemampuan itu.     

Namun, jiwa yang cukup kuat masih bisa menahan sebagian efek itu, sangat melemahkannya. Semua Aertis Bela Diri Kelas Raden di sini memiliki kehendak dan jiwa yang kuat. Aura Tenang Dorian biasanya hanya sedikit ber-efek pada mereka.     

Tetapi karena Bayangan yang tidak sadar itu terperangkap dalam dunia mimpi, pertahanannya benar-benar menurun. Ini adalah salah satu bahaya utama dari Zona Mimpi yang berbahaya di sini. Mereka bisa membuat lawan tidak bisa melawan, membiarkan mereka terbuka untuk sebuah serangan mendadak.     

Empat detik yang diambil Dorian untuk memulihkan diri dengan mudah bisa berakibat fatal.     

Namun, yang paling mengejutkan Dorian adalah tidak adanya serangan lain.     

'Ku rasa itu benar-benar hanya Zona Mimpi acak. Kita kurang beruntung. Mungkin salahku.' Dia berpikir, mengangkat bahu.     

WUSSSS     

Energi dari Aura Tenang Dorian selesai meliputi Bayangan yang jatuh itu, dan beberapa saat kemudian, Bayangan itu bergeser dalam peristirahatnya. Sesaat setelah itu, mata Bayangan itu terbuka ketika dia lolos dari Zona Mimpi, melihat sekeliling dengan kebingungan.     

"Mama?!"     

Dorian mengabaikan Bayangan yang mengoceh kebingungan itu saat Artis Bela Diri Mistis itu mencoba untuk mendapatkan sikapnya, pulih dari mimpi apapun dia alami tadi.     

'Aura itu berhasil! Baiklah, cepat! Aku perlu membantu Helena, dan semua orang di kapal!' Matanya menyala ketika dia melihat sekeliling, memperhatikan sesuatu.     

Kapal itu terlalu besar dan ada terlalu banyak orang baginya untuk menggunakan Aura itu dalam kondisi saat ini untuk menyembuhkan semua orang. Pada saat dia selesai di geladak atas, lebih dari mungkin bahwa mereka yang berada di bawah, termasuk Helena, bisa terluka fatal atau mati. Dia tidak bisa membuang waktu sebanyak itu.     

'Tapi kalau tidak, lusinan orang akan mati karena aku…' pikirnya, berkedip perlahan.     

'Aura Tenang! Aktifkan secara maksimal! Tuangkan energi ke dalamnya!' Dorian mulai fokus pada Kemampuan Aura Tenang, memasukkan energi sebanyak mungkin ke dalamnya.     

Biasanya, gelembung Aura akan membentang sekitar 5 meter dalam bidang yang sempurna.     

Namun, ketika Dorian menuangkan energi dari Matriks Mantra Jiwa-nya, Aura itu mulai meregang, batasnya melebar.     

WUSSSS     

Aura itu menyebar panjangnya sekitar 8-9 meter. Efeknya yang menenangkan menyebar ke beberapa Artis Bela Diri Mistis lainnya, memengaruhi mereka dalam keadaan mimpi mereka. Lambat laun, mereka mulai bangun, bangkit dari perangkap itu.     

'Itu tidak cukup.' Dorian berpikir, mulai khawatir.     

'Ah, Hukum Keserakahan mempengaruhi jiwa. Mungkin itu bisa membantu dengan Kemampuan yang terkait dengan jiwa seperti ini?' Tanpa bertanya lebih lanjut, Dorian memanfaatkan Hukum Keserakahan, menanamkan energinya dalam Kemampuan Aura Tenang itu.     

Dengan segera, Aura itu bertambah kuat, mempertahankan sensasi relaksasi yang sama mulusnya. Energi dingin yang mendukung dari Hukum Keserakahan meningkatkan jiwanya, memungkinkannya untuk memperluas efek Kemampuan itu.     

Aura itu juga menjadi sedikit lebih keras, merangsang keserakahan siapa pun di dalamnya. Dalam hal ini, untuk Artis Bela Diri Mistik dan orang lain di bawah pengaruh Aura ini, aura ini memiliki efek minor, tetapi menguntungkan, dari menyalakan keinginan mereka untuk hidup. Semua orang di sini ingin bertahan hidup, dan basis keserakahan untuk hidup itu adalah suatu alat ampuh yang tidak bisa diabaikan.     

Hanya dalam beberapa detik, Aura ini menyebar ke seluruh kapal. Namun, ketika aura itu menyebar, jumlah yang dipaksakan pada jiwa Dorian bertambah secara eksponensial.     

Dorian segera duduk bersila, dalam pose meditasi, saat dia fokus dalam mempertahankan Aura itu. Dia bisa merasakan kekuatan yang menenangkan menyelimuti semua orang di kapal, menenangkan mereka dan mempengaruhi kondisi mental mereka.     

"Hah!" Dorian menghembuskan nafas dengan tajam saat dia menahan posisinya, matanya tenang. Dia sepenuhnya memanfaatkan Hukum Keserakahan, mengandalkannya untuk memungkinkan hal ini.     

Sementara itu, Fabian berbalik dan menatap Dorian dengan terkejut sebelum mengangguk, seolah semua ini masuk akal. Kepercayaan yang diberikan oleh Artis Bela Diri tua itu pada 'Raja Inigo' ini tampaknya cukup sehingga dia mengacuhkan penampilan Dorian yang aneh begitu saja, menerimanya tanpa bertanya.     

WUSSSS     

Beberapa detik berlalu.     

Perlahan-lahan, berbagai Artis Bela Diri Mistis dan Majus yang ada di atas atau di bawah geladak itu pulih, menjadi sepenuhnya sadar. Beberapa dari mereka terbangun dengan berteriak, yang lain di tengah kerutan yang keras, sementara yang lain diam, bangun dengan air mata yang mengalir di wajah mereka.     

Namun, satu dan semua, terbangun tanpa masalah, bangkit dari kondisi mimpi mereka. Upaya putus asa Dorian baru saja berhasil menyelamatkan semua orang, menghindari cedera fatal atau kematian.     

"A-apa?!"     

"Apakah kita sedang diserang?!"     

"Bersiap! Kita sedang berada di Zona Mimpi!"     

Teriakan bingung bergema di geladak saat berbagai pejuang di atas sadar.     

Dorian menemukan bahwa, selama dia mempertahankan Aura yang diperluas ini, dia juga bisa merasakan kehadiran semua orang di kapal. Tampaknya menjadi jenis efek samping yang nyaman, jika energi mahal.     

"Hup!" Dia menghembuskan napas untuk kedua kalinya saat dia melepaskan Aura itu, membuat tubuhnya berubah kembali ke bentuk Bayangan-nya ketika dia merasa semua orang di kapal yang terkena dampak sudah terbangun. Segera, tanpa ragu-ragu, dia bergegas ke pintu terbuka dari geladak itu, berlari ke bawah.     

Dia berkelok-kelok di antara beberapa bagian, menghindari beberapa Artis Bela Diri Mistis atau anggota awak sampai dia menemukan kabinnya. Tanpa ragu-ragu, dia menyerbu masuk, membanting pintu di belakangnya dengan gerakan memutar yang halus.     

"Helena! Apa kau baik-baik saja!" Dia segera berbicara ketika dia bergegas ke tempat tidur di mana Helena sedang beristirahat, kekhawatiran terdengar dalam nadanya. Matanya melesat melihat sosok Helena, masih berbaring di bawah selimut.     

"Aku baik-baik saja, kau dodol. Perangkap sejenis ini tidak dapat mempengaruhi jiwaku, bahkan jika jiwaku layu. Perangkap ini hanya dapat bekerja pada mereka yang belum menguasai Hukum." Wajah Helena pucat tetapi terkumpul ketika dia melakukan kontak mata dengan Dorian, melambai padanya.     

"Oh, benar, benar. Sebenarnya Aku baru tahu itu." Dorian duduk di tempat tidur itu, jantungnya berdetak kencang saat dia hampir pingsan karena lega. Helena melihat kekhawatiran dan kepeduliannya terhadapnya, matanya berkaca-kaca karena emosi.     

"Ngomong-ngomong, kenapa begitu?" Dia bertanya, mengambil beberapa napas dalam-dalam. Upaya yang diperlukan untuk menyebarkan Aura Tenang-nya, selain kepanikan dan kekhawatiran yang dia rasakan tentang Helena, telah membebani dirinya.     

"Mencapai Kelas Raja berarti kau telah mencapai puncak pemahaman dalam sebuah Hukum. Ini meningkatkan Matriks Mantra Jiwamu ke tingkat Kelas Raja, yang membuat jiwamu jauh lebih tahan terhadap pengaruh luar. Itu hanya cara kerjanya." Helena merespons. Ketika dia selesai berbicara, dia mengulurkan tangannya dengan gemetar dan meletakkannya di punggung Dorian, menggosoknya dengan nyaman.     

"Mengerti. Aku hanya senang kau baik-baik saja." Dorian mengangkat bahu dan tersenyum ketika dia merasakannya berusaha menghiburnya. Jika ada, dia harus menjadi orang yang menghiburnya.     

"Kau tidak berada di Kelas Raja... kau pasti terbawa ke perangkap apapun yang telah diletakkan itu. Apa yang terjadi?" Helena bertanya, suaranya penuh kekhawatiran.     

Senyum perlahan turun dari wajah Dorian.     

"Aku melihat keluargaku." Dia menjawab, suaranya tenang.     

"Kau melihat mereka..?" Kata Helena, suaranya sedikit menangkap.     

"Ya. Aku sudah bilang bagaimana Aku tidak punya keluarga di dunia ini, kan? Yah, Aku melihat keluargaku dari duniaku sebelumnya. Ibuku, ayahku." Suara Dorian tenang saat dia berbicara, emosi yang memancar di dalam masih bergema di dalam hatinya. Dia mungkin telah melepaskan masa lalunya, tetapi dia tidak bisa begitu saja menyatakan dirinya tanpa emosi.     

"Aku melihat mereka, dan Aku berbalik dan meninggalkan mereka, bahkan tanpa berbicara dengan mereka." Dia memejamkan mata, mengambil napas lambat, tidak beraturan.     

"Itu pasti sulit." Setelah beberapa saat, Helena menjawab, suaranya juga tenang.     

"Ya."     

"Itu sangat sulit."     

"Itu adalah hal tersulit yang pernah Aku lakukan dalam hidupku." Dorian menjawab, tinjunya mengepal. Tidak ada lagi yang ingin dia lakukan selain memeluk ibunya, meraih ayahnya, memberi tahu mereka semua tentang petualangannya yang gila, memberitahu mereka bahwa dia baik-baik saja, memberitahu mereka betapa dia merindukan mereka.     

Dorian mengerjap, ingatannya terganggu ketika dia merasakan sesosok wanita mungil membungkusnya, memeluknya.     

"Aku sangat menyesal, Dorian." Helena berbisik ketika dia memeluknya, memegangi dadanya.     

"Kuharap Aku bisa berada di sana untuk membantumu." Suaranya kuat dan penuh perhatian, penuh kehangatan.     

"Hei, hei, tidak apa-apa Smalls. Aku baik-baik saja sekarang." Dorian berhenti mengepalkan tinjunya dan tersenyum, memeluknya kembali. Saat dia merasakan kehangatannya, dia merasakan hatinya tampak bersinar, kesedihan dan rasa sakit itu hilang.     

'Betul. Aku tidak hanya melakukan ini untuk diriku sendiri. Aku melakukan ini untuk kau juga, Helena.' Dia berpikir ketika dia berbalik dan memeluknya, menatap sosoknya yang lelah.     

'Dan begitu Aku menyembuhkanmu dan bisa membuat kita pergi dari sini…' Dia mengangguk dengan tekad,     

'Aku akan mengajakmu berkencan.' Dia membuat sebuah komitmen dalam hati, meskipun itu terasa konyol dalam situasi mereka saat ini.     

'Tunggu, apakah orang-orang masih mengajak orang-orang berkencan di 30,000 Dunia? Apakah Vampir bahkan berkencan? Ya ampun.' Pikirannya terlempar berantakan.     

DUAR     

Sebuah ledakan mengguncang udara, menyebabkan Kapal Terbang itu bergetar. Dorian mencengkeram ke tempat tidur agar menahannya dan Helena dengan mantap saat kabin mereka jatuh bolak-balik. Segala sesuatu sudah dipaku di Kapal Terbang itu, untungnya, pandangan ke masa depan dari perjalanan-perjalanan sebelumnya.     

"Apa?!" Dorian tergagap, matanya melebar. Sebuah Aura yang kuat meledak di sekitarnya saat dia mendengar teriakan-teriakan dari atas.     

"Serangan!"     

"Serangan musuh!"     

Matanya menyipit saat dia berdiri, energi mengalir kuat melalui nadinya. Helena melepaskannya, matanya dipenuhi kekhawatiran.     

"Berhati-hatilah, Dorian! Kembalilah dengan utuh!" Suara Helena menggema keluar dari belakang. Dia berbaring di tempat tidur, kelelahan.     

Dorian berbalik dan tersenyum dengan tenang, sikapnya tenang dan meyakinkan.     

"Jangan khawatir, Aku bisa mengatasi ini. Kau istirahat saja, Smalls. Aku akan kembali dalam satu menit."     

'Sial! Kita sedang bersenang-senang! Aku sedang memeluknya tadi! Siapa pun yang menyerang, kau lebih baik siap untuk pukulan!' Pikiran internalnya penuh dengan kemarahan dan kemurkaan.     

Dorian berlari dari kabin itu, meninggalkan Helena untuk beristirahat ketika dia bergegas ke atas geladak.     

"Hati-hati, Dorian…" gumam Helena, matanya berkabut.     

"Aku tidak ingin kehilanganmu…"     

"Aku bahkan belum sempat mengajakmu berkencan…" Suaranya berbisik samar ketika dia sepenuhnya berbaring, menutup matanya ketika ketidaksadaran menyapu sekali lagi, tubuhnya kembali ke keadaan penyembuhan, kepercayaannya pada Dorian mutlak.     

.. .. .. .. .. .. .. ..      

"Pahlawan Hebat telah tiba!"     

"Yang Mulia Inigo!"     

"Tuan Inigo!"     

Semburan suara memberikan pujian pada Dorian saat dia muncul di geladak, wajahnya seperti topeng kemarahan.     

Fabian tersenyum dan mengepalkan tinjunya saat dia menatap Raja Inigo. Wajah Bayangan itu adalah topeng kegeraman dan kemarahan orang benar. Fabian bisa merasakan kemarahan yang dimiliki Bayangan itu untuk penyerang mereka, hatinya menghangat saat dia melihat ini. Raja Inigo benar-benar adalah seorang Bayangan yang merawat saudara-saudaranya.     

"Yang Mulia! Penyerangnya ada di sana!" Tubuh Fabian ditutupi oleh Aura Kekuatan yang beriak saat dia mempertahankan Hukum Kekuatan-nya untuk meningkatkan kekuatan fisiknya. Dia saat ini berdiri di garis depan kapal, membelokkan petiran energi hitam.     

Di sebelahnya adalah dua sosok tua lainnya. Artis Bela Diri Mistis Kelas Raja Ayra dan Horbold, prajurit-prajurit tangguh yang telah bergabung dengan pasukan Dorian, keduanya di Kelas Raja Awal.     

Mereka bertiga mempraktikkan Hukum Kekuatan, Hukum yang umum digunakan oleh Artis Bela Diri fisik.     

DUAR     

DUAR     

DUAR     

Tiga ledakan lagi terdengar ketika petiran energi hitam membanting ke arah kapal itu dan dibelokkan, tidak dapat merusak Artefak Terbang itu karena pertahanan para Bayangan yang kuat.     

Sekitar seratus meter jauhnya, seorang bayangan samar bisa terlihat, mengambang di udara dan melemparkan serangan-serangan ini. Beberapa Majus dalam pasukan Dorian saat ini melemparkan Mantra padanya, sebagian besar dari serangan itu berdasar api atau bumi. Beberapa prajurit jarak jauh menembakkan energi melalui panah atau melempar lembing, mencoba mengalahkan bayangan itu, semuanya sia-sia.     

Sosok bayangan itu tampaknya mengelak dari segala sesuatu yang dihadapkan padanya.     

'Ausra, bisakah kau mengidentifikasinya?' Dorian bertanya, pikirannya berpacu.     

'Tidak.' Ausra merespons, jawabannya singkat dan ringkas.     

"Semua orang sudah terbangun, termasuk anggota awak! Nyalakan kapal ini dan keluarkan kita dari sini!" Suara Dorian mengguncang udara dengan otoritas saat dia memberi perintah.     

"Ya tuan!"     

"Segera!"     

Beberapa Artis Bela Diri di geladak itu bergegas ke bawah atau ke arah anggota awak, mencoba membantu dan mendorong mereka ke depan. Sementara itu, Pemandu Mimpi Walter bergegas ke Dorian, penampilannya berantakan.     

"Yang Mulia!" Pria itu tergagap, menarik napas saat dia menunjuk bayangan yang samar-samar itu.     

"Kita harus segera pergi! Bayangan itu adalah bagian dari legenda yang Aku tahu tentang batang-batang Ballian, legenda yang dikatakan sebagai sisa dari pasukan Mentor Mimpi yang perkasa itu sendiri! Aku belum pernah melihat bayangan itu secara pribadi, tetapi telah mendengar cerita tentang dia dari orang-orang lain yang tidak beruntung. " Walter menjelaskan dengan cepat, suaranya terburu-buru.     

"Jika kita bisa melewati portal Jembatan Dunia, akan mustahil bagi bayangan itu untuk mengikuti atau membahayakan kita! Kita hanya perlu pindah ke sana!" Walter menunjuk ke atas, ke tempat dimana Jembatan Dunia terhubung ke Ruang Kekacauan.     

Mata Dorian menyala ketika dia mendengar dan melihat ini,     

"Cepat, cepat!"     

.. .. .. .. .. .. .. ..      

Kvoth, Murid Ketiga dari Mentor Mimpi, mengerutkan kening ketika dia melihat kapal yang sedang kesulitan itu. Perlahan, dengan sangat lambat, Artefak Terbang itu mulai bergerak, mengikuti Jembatan Dunia untuk melarikan diri.     

"Sialan! Aku hanya berhasil mengendalikan 40% dari Zona Tahun Hidup Mimpi ini! Bagaimana mungkin mereka bisa lolos dari Hidup Mimpi?!" Dia tergagap, amarah dan kejengkelannya selalu tinggi.     

Dia belum pernah mengalami pengalaman yang seburuk ini. Sungguh konyol keberuntungan yang dimiliki Bayangan-Bayangan terkutuk ini.     

"Aku tidak akan bisa mengambil mereka semuanya, tidak kalau seperti ini…" Dia bergumam, menatap targetnya. Dia menelurkan beberapa Petir Hitam dari Racun Mimpi, melemparkannya ke kapal itu saat dia menghindari beberapa serangan yang dilemparkan ke arahnya.     

Dia tidak memiliki sesuatu yang benar-benar kuat yang bisa dia gunakan untuk menyerang, tidak bisa melewati tiga pakar Kelas Raja yang bertahan itu. Serangan-Serangan itu jelas tidak bisa menyakitinya juga, tetapi itu tidak banyak membantunya.     

Dia mengangkat bahu, melepaskan amarahnya saat dia fokus pada tujuannya yang lebih besar.     

Menyelesaikan mimpinya tentang kebangkitan.     

"Aku hanya akan mengambil beberapa dari kalian." Dia berpikir, matanya menyipit ke para pembela Kelas Raja itu.     

"Aku seharusnya bisa menangani kalian berdua." Dia menggenggam tangannya, Racun Mimpi di udara berputar dan bergetar ketika dia memerintahkannya untuk mengikuti kemauannya.     

"Zona Tahun Hidup Mimpi , aktifkan sepenuhnya! Penjara Seumur Hidup, pergi!"     

WUSSSS     

.. .. .. .. .. .. .. ..      

Apa yang dia lakukan?" Dorian bergumam ketika dia melihat Racun Mimpi di latar belakang memelintir dan berputar, gemetar dan bergetar.     

Pemandu Mimpi di sisinya tiba-tiba bergetar juga, matanya melebar ketakutan saat pencerahan datang kepadanya.     

"Yang Mulia! Aku tahu di mana kita berada dan apa yang menyerang kita! Itu adalah sebuah Zona Mimpi yang pernah kudengar sebelumnya, Zona Tahun Hidup Mimpi! Itulah sebabnya kita terjebak dalam ingatan kita, semuanya masuk akal!" Walter dengan cepat menjelaskan, pengetahuannya yang luas tentang Dunia Eksotis Ballian berguna.     

"Sebuah kapal sebelumnya berhasil melarikan diri dari Zona Mimpi ini setelah kehilangan lebih dari 9/10 awak dan penumpangnya, bertahun-tahun yang lalu. Namun, mereka menggambarkan Zona Mimpi ini memiliki satu tahap lain, yang menyebabkan mereka yang berhasil selamat dari tahap keputusasaan yang pertama. Para anggota hidup hanya lolos melalui keberuntungan belaka ketika kapal mereka bergerak sendiri, menarik mereka keluar dari itu!" Suara Walter penuh kepanikan.     

WUSSSS     

Racun Mimpi yang berputar itu tiba-tiba membeku.     

"Tidak!"     

"Apa?!"     

Pada saat itu, ketika racun itu membeku, dua dari Artis Bela Diri Kelas Raja yang membantu Fabian melindungi kapal itu tiba-tiba naik ke udara. Gerakan itu sangat cepat sehingga tidak ada yang punya kesempatan untuk meraih atau menyelamatkan mereka ketika mereka terlempar ke atas.     

Satu milidetik kemudian, sebuah bola kabut besar berputar dan cahaya muncul, menghisap kedua prajurit itu. Bola cahaya ini bercahaya dan berkilauan, meraung-raung meluncur dalam hiruk-pikuk horor seperti yang dimiliki Racun Mimpi itu.     

"... Dan tahap kedua, terakhir, Yang Mulia, adalah itu…" Walter menunjuk ke atas, lengannya bergetar.     

"Sebuah perangkap besar yang terbuat dari Racun dan cahaya, di mana seseorang akan terjebak untuk selamanya kecuali mereka melarikan diri. Perangkap di mana kau tidak dapat menggunakan energi atau Sihir, di mana Hukum tidak berguna dan kau tidak memiliki apapun kecuali jiwamu." Walter selesai, suaranya kecil.     

"Pemandu Mimpi! Bagaimana kita bisa membantu mereka?!" Suara Fabian panik ketika dia bergegas, menghentikan pertahanannya sekarang karena sosok bayangan itu berhenti menyerang. Beberapa Artis Bela Diri Mistis lainnya bergegas ke depan juga, tubuh mereka berdenyut dengan energi.     

"Kita tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja di sini!"     

"Kami sangat dekat!"     

"Tidak ada Bayangan yang tertinggal!"     

Gelombang suara-suara yang kuat berdenyut-denyut di udara saat para Bayangan yang lain setuju, menatap bola yang berputar itu dengan horor dan ketakutan.     

Walter tampak kewalahan sementara oleh kehadiran Aura-Aura yang kuat, energi mentah berkilauan di udara, sebelum dia berhasil mengendalikan diri. Dia menggelengkan kepalanya,     

"Tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka. Perangkap ini menjadi lebih kuat dan lebih sulit untuk melarikan diri semakin lama kamu hidup di 30,000 Dunia, kekuatan mistisnya telah membunuh Artis Bela Diri Kelas Raja sebelumnya. Bahkan mencoba membantu mereka adalah tindakan bunuh diri." Walter menjelaskan, menggelengkan kepalanya dengan sedih.     

Semua prajurit mengeluarkan erangan atau gumaman keputusasaan, kesedihan membanjiri mereka.     

Perlahan, Kapal Terbang itu mulai melaju, mulai melarikan diri.     

Namun, ketika semua pejuang lainnya menjadi sedih, salah satu Bayangan menatap bola cahaya dan kabut itu dengan penuh minat.     

"Walter, kau bilang jebakan itu menjadi semakin kuat semakin kau tua?" Suara Dorian memotong selubung kesedihan yang ada di geladak itu seperti pisau melalui mentega, tenang dan terkuasai.     

Pemandu Mimpi itu membungkuk ketika dia berbalik, mengangguk,     

"Ya, Yang Mulia. Perangkap ini terbangun dari lama waktu kau telah hidup di 30.000 Dunia, yang menarik dan dapat menjerat bahkan tokoh-tokoh Kelas Raja. Semakin lama jiwamu hidup di 30.000 Dunia, semakin kuat jebakan itu akan menjadi, menggunakan Hukum Alam Semesta untuk menjadi jauh lebih kuat dari biasanya, ke tingkat gila."     

Dorian mengangguk dengan sungguh-sungguh ketika dia mendengar ini, matanya berkedip dengan pikiran yang tidak diketahui.     

Tiba-tiba, tanpa peringatan, sebuah Aura yang kuat meledak dari Dorian ketika dia menggandakan fokusnya pada Hukum Keberanian. Dia memutar Takdir lebih jauh saat dia menatap bola itu, kekuatan yang kuat berdenyut di sekujur tubuhnya.     

Dia bahkan mengetuk Kemampuan Menyentuh Cahaya, menyebabkan cahaya cahaya literal muncul di sekitarnya.     

"Yang Mulia?"     

"Raja Agung?"     

Semua Bayangan berbalik ke arah komandan mereka, menatapnya dengan bertanya.     

Dorian mulai berjalan maju, ke tepi kapal. Dia kemudian melangkah di tepi, melihat ke arah bola kabut dan cahaya raksasa itu.     

"Tidak! Yang Mulia Inigo kau tidak boleh! Perangkap itu akan menghancurkanmu! Kami tidak bisa kehilanganmu!" Fabian tersentak, matanya melebar ketakutan saat menyadari apa yang akan dilakukan Dorian.     

"Itu benar!"     

"Taja Agung, kami tidak bisa membiarkanmu menyia-nyiakan hidupmu!"     

"Itu bunuh diri!"     

"Kami juga ingin menyelamatkan mereka, tetapi kami tidak bisa membahayakan kau juga!"     

"Mereka tersesat, Pahlawan Besar! Kita semua tahu risikonya ketika kita mendaftar! Mereka sama saja sudah mati!" Para Bayangan di geladak itu berbicara semua, teriakan mereka penuh gairah saat mereka menatap sosok suci Dorian.     

Dorian memandangi mereka semua, Aura Keberanian yang mengelilinginya lebih kuat dari sebelumnya. Dia bergeser sedikit di tepian, hampir seolah dia akan melompat ke bawah.     

"Aku di sini dalam sebuah misi. Untuk menaklukkan Iblis dan menyelamatkan istriku." Dorian mengangguk ketika dia berbicara, seolah semuanya masuk akal.     

Kelegaan memenuhi mata para Majus yang sedang memandang dan para Artis Bela Diri Mistis ketika mereka melihat dan mendengar ini.     

"Tapi…" Dorian menutup matanya sejenak sebelum membukanya,     

"Bagaimana Aku bisa menatap mata istriku dan berkata kepadanya bahwa Aku membiarkan Bayangan yang baik ini menghabiskan hidup mereka sebelum kita tiba di Moria?" Sebuah senyum sedih muncul di wajahnya.     

"Tidak!"     

"Pahlawan Hebat!"     

"Tuan Yang Abadi!"     

"Raja Inigo!"     

Teriakan serak menyapa Dorian ketika dia berbalik ke kapal dan bersiap untuk melompat, bahunya membungkuk seolah-olah dia membawa beban besar.     

Namun, sebelum dia melompat maju, dia menoleh.     

"Namaku Inigo Montoya."     

Kata-katanya mengguncang udara, penuh dengan otoritas yang kuat dan beriak. Setiap kata-katanya keluar seperti guntur, penuh kekuatan dan kepastian.     

Tunggu aku, karena Aku akan kembali."     

Dia melompat.     

"Tidaaaaaak!!"     

"Kita tidak layak!!"     

"Pahlawan hebat!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.