Bunga Cinta di Sebuah Desa ( TAMAT)

Buah Cinta.



Buah Cinta.

0  Alma memberikan putranya pada Bayu, Bayu mengumandangkan azan di telinga kanan putranya dengan haru, buah cinta yang mereka nantikan akhirnya lahir juga setelah hampir dua tahun mereka berumah tangga. Orang tua Bayu yang dari tadi menunggu di luar pun akhirnya di izinkan masuk,setelah Claudia selesai ditangani.     
0

  Mereka amat gembira menyambut cucu pertama mereka, maklum.. Bayu anak semata wayang.     

  Dan beberapa saat kemudian berulah dia dipindahkan keruangannya.     

  Danar juga menyempatkan waktu datang ke sana, dia memberikan ucapan selamat pada Bayu dan Claudia atas kelahiran putra mereka.     

  " Sebentar lagi kau juga akan menjadi seorang ayah kan? " Kata Bayu lagi.     

  "Insha Allah.. enam bulan lagi.. ". kata Danar gembira, dia membelai perut Alma yang masih belum kelihatan.     

  " Apa kamu tidak malu? " Celetuk Alma.     

  "Nggak" Jawab Danar cuek.     

  Melihat Alma yang cemberut karna ulah suaminya, mereka tak bisa menahan tawa     

  ......    

  Beberapa jam kemudian, akhirnya orang tua Claudia datang juga, mamanya berjalan tergesa-gesa seolah-olah beliau akan mengejar jadwal pemberangkatan, padahal Claudy nggak akan kemana-mana dalam beberapa hari ini.     

  Sesampai di tempat Claudia, beliau amat senang melihat cucu laki-laki nya itu, putra Bayu dan Claudy pun cucu laki-laki pertama mereka, soalnya kedua kakak Claudia mempunyai anak cewek. Kemarahan yang di pending tadi karna telat kasih kabar, akhirnya di delate. Lupa... karna amat gembira..     

  Sedang asyik-asyiknya berbicara, tiba-tiba saja Claudia merasa kedinginan yang amat sangat, tubuhnya menggigil, Bayu menjadi panik melihat Istrinya tiba-tiba seperti itu. Untung saja Ibu Bayu pernah mengalami hal yang sama saat beliau melahirkan Bayu dulu. Ibu Bayu menyuruh Bayu untuk memeluk dan mengusap usap punggung dan lengan Claudia, karna itu merupakan obatnya,     

  "Kamu jangan khawatir... itu kadang biasa terjadi pada perempuan yang melahirkan anak pertama laki-laki, dulu ibu juga gitu, cukup di peluk dan di kasih minum air hangat, bentar lagi juga hilang.. Nah kamu peluk aja Claudy sekarang" Saran ibunya.     

  Bayu terlihat malu-malu, dan memandang kepada ke dua mertuanya. Papa Claudia tertawa dan berkata.     

  "Nggak usah malu-malu.. kami nggak akan marah kok" Mendengar itu Bayu malah tertawa.     

  dengan malu-malu kucing, akhirnya Bayu memeluk istrinya itu.. lalu Ibu Bayu mengambilkan air hangat untuk menantunya itu.     

  Setelah tiga hari di Rumah Sakit itu, akhirnya mereka boleh pulang, mama Claudia nggak mau balik ke Jakarta, hal ini membuat papanya gusar, karna terlalu lama meninggalkan Rumah Sakit mereka, tapi demi anak dan cucu, beliau rela, Papanya nggak berani ninggalin Istri tercinta di desa ini, takut kalau nantinya mama Claudia menjadi betah, dan nggak mau balik ke rumah mereka lagi.     

  " Pa.. pulangnya nanti aja ya... kalau pusarnya dah copot " Kata mamanya nyari alasan, dan berharap pusarnya cucunya copot lamaan dikit.     

  Si papa terpaksa nurutin kehendak Istrinya, untung aja istrinya nggak minta nunggu sampai cucu mereka bisa tengkurap atau numbuh gigi.. kan repot..     

  Sesampai Claudy di rumahnya, berita itu tersebar dengan cepat. Penduduk desa tak henti-hentinya datang melihat putra kades dan dokter tercinta mereka. Orang tua Claudy nggak menyangka anak dan menantunya setenar ini, mulai dari bocah yang belum tumbuh gigi.. sampai manula yang kehabisan gigi penasaran ingin melihat anak kades dan bu dokter itu.     

  "Pantesan kamu nggak mau pindah ke tempat kita, ternyata kamu punya banyak penggemar di sini ya! "Kata mamanya. Claudia hanya tersenyum mendengar perkataan Mamanya itu.     

  Dan ternyata.. kedua kakak dan kakak iparnya yang tinggal di Singapur pun.. datang ke desa itu.. Claudy amat gembira. Terlebih dia belum sempat melihat anak kakak keduanya Angga, karna waktu anak kakaknya lahir.. dia masih hamil muda dan tak bisa ikut ke sana . dan ternyata anak kakak sulungnya telah menjadi gadis kecil yang amat lincah, dia terakhir melihat ponakannya ini waktu dia menikah, gadis jecil itu waktu itu masih seorang bayi.     

   .....    

  Akhirnya... apa yang di tunggu papa nya Claudia datang juga, pusar cucunya copot..... mama claudi malah cemberut... berharap pusar itu nempel lebih lama lagi.. padahal udah sembilan hari.     

  " Mama... nanti kita ke sini lagi.. udah terlalu lama ninggalin kerjaan.. nggak baik juga" Kata papanya membujuk.     

  Akhirnya... dengan perasaan berat... mamanya kembali ke rumah Merek, dan begitu juga dengan kedua kakaknya sekeluarga..     

  "Sepi lagi deh.. " Kata Claudia sedih.     

  "Kan ada kami.. " Hibur bayu sambil membelai rambut Claudia    

  .......    

  Beberapa hari kemudian..     

  Said dan Tuti telah nongol di rumah Claudia, dua sejoli ini telah mendengar kabar tentang kelahiran anak Bayu dan Claudia.     

  " Apa kalian sudah liburan semester? " Tanya Bayu.     

  "Udah kak.. kami udah selesai ujian semesteran. tinggal nunggu LHS (Lembar Hasil Study) keluar, baru nanti ngisi KRS, Aku mau ngambil mata kuliah lokal Tuti.. biar bisa satu lokal ma dia, aku udah konfirmasi ma PA, beliau dah ijin. " terang Said, padahal Bayu nggak nanya sampai situ.     

  Lalu Said mendekati ponakannya dan bertanya.     

  "Namanya siapa kak? "    

  "Rasyid.. " Jawab Bayu.     

  "Nama yang bagus.. " Kata Said.     

  " Oh ya sayang...Anak kita nanti jika cowok, kita kasih nama Irsyad ya.. " Kata Said pada Tuti tanpa rasa malu di depan kakaknya.    

  "Jadi pengen punya anak" Katanya santai.. Mendengar itu Tuti melotot karna kaget.     

  "Kau masih belum bisa waras juga ya? sebentar lagi kau akan jadi seorang guru, apa jadinya muridmu jika kau masih kayak ini? Bisa hancur generasi muda desa ini. " Kata Bayu kesal. Mendengar itu Tuti manggut manggut tanda setuju, sebab kekasihnya ini memang sangat usil, kadang sangat menjengkelkan, tapi entah kenapa.. itu yang membuat dia mencintai cowok ini.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.