Cinta yang salah

Part 33



Part 33

0  Tiba-tiba kak Verra memanggil kak Nur membuatku terkejut bukan main, suasana kini berubah menjadi canggung.    
0

  "Kamu joging?" tanya kak Nur memecah keheningan.    

  "Gak, aku cuma kangen suasana disini." jawab kak Verra dengan senyumnya yang selalu membuatku terpesona.    

  "Ran." panggil kak Verra.    

  "Hmm." aku memalingkan wajah seolah tak mau dan tak sudi menatap wajahnya lagi.    

  Padahal aku sangat-sangat merindukannya meski dia sudah melukaiku dengan caranya yang seperti malam itu.    

  "Aku minta maaf ya." kak Verra menyentuh lembut pucuk kepalaku.    

  Ku tatap wajahnya, tersirat senyuman penuh luka yang dia coba untuk sembunyikan.    

  Tapi, sekarang aku tidak akan begitu memperdulikannya. Dia tak pantas lagi mendapatkan perhatian maupun hatiku.    

  "Gak boleh jadi sosok yang pendendam." kak Nur menyentuh bahuku dan membuatku berlari ke pelukannya.    

  "Dia begitu jahat padaku malam itu kak, malam di saat kakak datang. Sebelum kakak datang dia lebih dahulu mengoyak hatiku kak." aku tersedu di pelukan kak Nur.    

  Dengan lembut kak Nur mengelus pucuk kepalaku.    

  "Setiap orang mempunyai kesalahan, kita sesama manusia harus saling memaafkan. Kakak dan Verra memang tak pernah saling akur. Tapi, kakak berusaha meredam emosi kakak demi kamu dan semuanya bisa kakak lakukan." kak Nur mengecup keningku dan meraih wajahku dengan kedua tangannya yang lembut.    

  "Lihat kakak, apa kamu sangat tersakiti dengan cara Verra waktu itu lalu renungi lagi, apakah tidak sakit dengan apa yang kamu lakukan waktu dulu?"     

  Perkataan kak Nur sontak membuatku terkejut, air mataku perhalan mengalir tak begitu deras namun rasanya bisa membasahi pipiku.    

  Kurasa pipiku akan semakin chubby karenanya.    

  Aku menoleh ke arah kak Verra, senyumnya kembali mengembang saat aku menoleh ke arahnya.    

  "Aku juga minta maaf kak." jawabku lalu melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.    

  Rasa sakit ini tak bisa ku pendam, aku tau. Aku sangat egois tapi seharusnya kak Verra paham keadaanku sekarang.    

  Dia tak perlu menemuiku saat ini, aku sangat-sangat membencinya. Kenapa dia harus melakukan ini.    

  Tiba-tiba tangan ku seperti di tahan seseorang dari belakang, saatku toleh ternyata kak Nur.    

  "Kenapa berlari? Lari gak akan menyelesaikan masalah." Kak Nur mengenggam erat tanganku.    

  Matanya berlinang, nampak jelas sebuah kesedihan yang tertoreh dari tatapannya. Namun aku tak begitu tau bagaimana dan harus apa aku agar air matanya berubah menjadi senyum.    

  "Kak." aku menangis sejadi-jadinya di hadapan kak Nur.    

  "Maafin kakak." jawab kak Nur.    

  Kak Nur menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Rasanya sangat nyaman semua kesedihanku terasa hilang dengan sekejap.    

  Ku dongakkan kepalaku, ku tatap mata kak Nur dengan lekat, ku sentuh bibir kak Nur dengan jari-jariku.    

  Aku seakan tak memperdulikan keadaan sekitar, apa tanggapan orang-orang yang melihatku aku sama sekali tidak perduli itu semua.    

  "Ran?" panggil kak Nur mengejutkan ku membuat pelukan kami terlerai.    

  "Ada apa kak." tanya ku.    

  "Kamu kenapa?" tanya kak Nur.    

  Aku jadi salah tingkah di buatnya, rasanya sangat malu. Kenapa aku selalu begini saat dekat kak Nur.    

  "Kamu gak apa-apa 'kan?" tanya kak Nur lagi.    

  "Gak apa-apa kok." aku mengembangkan senyumku.    

  "Dasar." kak Nur mengacak-acak lembut rambutku.    

  Sentuhan sedikit saja dari kak Nur membuatku meleleh, aku pun heran kenapa ini terjadi setiap sentuhan kak Nur.    

  "Kak, ayo pulang." ajakku.    

  "kita beda arah Rania." jawab kak Nur sambil memahan tawanya.    

  "Ohh iya, aku lupa." jawabku sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.