Cinta yang salah

Part 23



Part 23

0  "Jangan remehkan aku paman, aku Rania ingat aku Rania, si gadis pintar nan henat."    
0

  Seketika tawa kami pecah karena kelakuan kami satu sama lain.    

  Sekilas bayangan wajah kak Verra melintas di mataku, teringat canda tawanya, teringat senyumnya dan teringat suka dan duka bersamanya.    

  "Ran?" Panggil kak Nur.    

  "Hah... Iya kak, ada apa?" Tanyaku.    

  "Kamu mikirin apa?"     

  "Gak ada kak, ayo pergi kak aku sudah lapar." Ujarku sambil menarik tangan kak Nur menuju parkiran.    

  "Jangan sembunyikan sesuatu dariku. Harusnya kamu bagi bebanmu padaku."     

  "Ayo cepat, kita naik motornya." Ujarku.    

  "Berhenti bersembunyi seperti ini Ran."    

  "Kak... Aku lapar." Ujarku.    

  "Yasudah ayo."    

  'Maafkan aku kak.' gumamku.    

  Selama perjalanan menuju mini market aku dan kak Nur hanya terdiam tanpa berkata apa-apa.    

  Aku asik melihat suasana malam ini.    

  "Sudah sampai." Ujar kak Nur.    

  "Hah!? Iya kak."     

  "Ayo, sampai kapan kamu mau duduk di atas motor?" Tanya kak Nur.    

  "Ha,, iya. Kakak mau makan pop mie rasa apa?" Tanyaku sambil memilih varian rasa pop mie.    

  "Terserah kamu aja Ran. Aku mau nyari minuman sekalian buah." Ujarnya.    

  "Kak. Aku cocacola titip sosis bakar ya kak." Ujarku.    

  "Iya, tolong sedukan pop mie punya ku." Ujarnya.    

  "Oke makasih kakak ku sayang." Ujarku dengan nada manja.    

  Aku sedang asik membuka bungkusan tutup pop mie dan mulai mengeluarkan bumbunya.    

  Ku dengar suara yang sangat ku kenal.    

  Suara yang sangat-sangat ku rindukan, suara orang yang ku cari selama ini.    

  "Kak Verra." Ujarku berbalik badan mencari sumber suara tersebut.    

  Aku berjalan menyusuri setiap lorong mini market, aku terus berjalan.     

  Tiba-tiba...    

  "Rania?" Panggil kak Nur.    

  "Kak..." Aku terdiam melihat kak Nur yang kini berdiri di belakangku.    

  "Kenapa? Ada apa?" Tanya kak Nur.    

  "Gak apa-apa, temani aku kak. Aku takut." Ujarku.    

  "Takut?"    

  "Apa yang membuat si sengklek ketakutan." Ujarnya merangkul bahuku.    

  "Kak... Aku takut."    

  "Apa yang membuatmu takut?" Tanya kak Nur.    

  Tanpa sadar, aku meneteskan air mata.    

  Rasa rindu ku pada kak Verra benar-benar tak terbendung lagi.    

  "Kamu kenapa?" Ujar kak Nur dengan raut wajah khawatir.    

  "Maafin aku kak." Ujarku menitihkan air mata.    

  "Jangan memangis, kita sekarang sedang di mini market. Apa kata orang nanti." ujar kak Nur.    

  "Iya, aku tau. Maaf kak." ujarku menyisihkan air mataku.    

  "Sudah, ayo kita seduh pop mie. Lalu duduk di depan." ujar kak Nur.    

  Aku hanya menatap ke arah kak Nur yang sedang menyeduh pop mie.    

  Aku benar-benar merasa bersalah, aku telah membuat kak Nur terluka.    

  Aku hanya menyakitinya, aku berpura-pura melupakan kak Verra. Padahal aku sangat merindukan kak Verra.    

  "Ayo." ujar kak Nur sambil memberikan bungkusan minuman dan sosis bakar ku.    

  "Oh iya kak." ujarku.    

  Aku mengikuti kak Nur dari belakang, aku terus memperhatikan kak Nur.    

  "Ayo duduk." ujar kak Nur menarik tanganku yang terus menatap ke arahnya.    

  "Berhenti melamun, apa yang kau lamunkan?"    

  "Jika kamu merindukan Verra, katakan. Biar kakak bantu cari." ujarnya pasrah.    

  "Gak kok." ujarku.    

  Aku mulai membuka tutup pop mie dan mulai mengaduk pop mie.    

  Perlahan aku ambil mie dengan garpu dan mulai menuipnya.    

  "Apa yang kamu pikirkan?" Tanya kak Nur serius.    

  "Gak ada kak." Ujarku.    

  "Terus saja berbohong padaku." Ujarnya dengan nada kesal.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.