Cinta yang salah

Part 17



Part 17

0  Tiba-tiba ada sosok yang mendekati ku.    
0

  "Kamu Rania kan?" tanya sosok itu.    

  "Iya... aku Rania kamu siapa ya?"    

  "Oh iya kenalin aku Velin." ujarnya sambil mengulurkan tangan ke arahku.    

  Aku pun meraih tangannya.    

  "Aku lihat kamu deket banget ya sama senior kita." ujarnya.    

  "Oh kak Nur."    

  "Iya, padahal kata temen-temennya dia gak pernah mau dan perduli sama juniornya."    

  "Aku pun gak tau kenapa Kak Nur bisa begitu akrab denganku." jawabku.    

  "Ah.. sudahlah, eh iya kamu duduk sendirian kan? boleh aku temani?"     

  "Silahkan." ujarku sambil mengambil tasku yang sedang berada di bangku kosong sebelahku.    

  "Makasih ya, kita sekarang teman kan?" tanya Velin.    

  "Tentu saja." Ujarku dengan senyuman yang merekah.    

  'Apa ini suruhan kak Nur agar aku gak sendirian lagi ya? tapi bukankah kak Nur gak perduli sama juniornya.' gumamku    

  "Hari ini terakhir kita MOS loh.." ujar Velin membuyarkan pikiranku.    

  "Iya kah? berarti besok kita sudah mulai sekolah ya..." jawabku penuh semangat.    

  "bukannya MOS juga bagian dari sekolah ya?" tanya Velin.    

  "Maksudku belajarnya Velin."     

  "Gak langsung Belajar Ran, kan belum dapat buku paket pelajarannya." ujar Velin menatap ku dengan wajar heran.    

  "Oh iya..." ujarku sambil menepuk jidatku.    

  "Stttt... senior udah mau masuk kelas nanti kita kena hukum lagi." Ujar Velin.    

  "Selamat pagi Adek-adek yang kakak cintai." sapa Kak Lino(satu-satunya cowok tapi tampilan cewek)     

  "Selamat pagi kak." jawab kami serentak.    

  "Hari ini adalah hari terakhir kalian MOS. Seperti biasa dan sudah teradat disekolah ini, setiap hari terakhir MOS kalian harus bikin sebuah puisi untuk pembimbing MOS kalian." jelas kak Rossa.    

  "Sebagus dan semenarik mungkin. Karena jika kalian bisa membuat kami senang, kami bakal memberi hadiah pada salah satu dari kalian." Ujar kak Nur jutek.    

  'Aih... beneran beda sama kak Nur yang tadi jemput aku.' gumamku.    

  "Kalau kalian gak mengerjakan atau hanya asal-asalan bikin. Akan dapat hukuman." Lanjut kak Nur tegas.    

  *Ih.. serem ya kakak itu, padahal tadi ketawa-ketawa sama si Rania.* bisik Siswi yang duduk di depanku.    

  "Ehhemmm.." Tegur kak Nur mengagetkan mereka.    

  "Aku dengar apa yang kalian katakan." ujarnya datar.    

  "Nur... Bisakah lebih halus pada junior?" tegur kak Rossa.    

  "Terserahlah." Ujarnya belalu meninggalkan kelas.    

  "Baiklah kerjakan tugas kalian ya. Kak Nur gak perlu kalian perdulikan, dia memang begitu kalau gak minum obatnya." canda kak Lino.    

  "Aku dengar itu Lino. mau ku pukul kamu?" ujar kak Nur di depan pintu kelas.    

  "Mati aku..." ujar kak Lino membuat kami tertawa terbahak melihat kelakuannya yang panik karena perkataan kak Nur.    

  'Aku jadi pernasaran sama kamu kak Nur.' Gumamku.    

  "Kamu kenapa senyum-senyum, Ran?" Tanya Velin.    

  "Gak kok, yok kerjain."     

  15 Menit kemudian...    

  "Waktu kalian habis." Ujar kak Nur lantang.    

  "Maju dan bacakan puisi buatan kalian, dimulai dari meja paling kanan dan terus berjalan berurutan." ujarnya tegas.    

  Satu persatu siswa dan siswi maju membacakan puisinya.    

  Kini akhirnya giliranku, aku sangat gugup dengan langkah ragu ku langkagkan kakiku menuju depan kelas dan mulai membaca puisiku dan aku adalah urutan terkahir pembaca puisi.    

  "Kalian boleh ke kantin dulu, setelah istirahat kami akan umumkan siapa yang menjadi pemenangnya." jelas kak Rossa.    

  "Baik kak." ujar kami serentak.    

  Aku pun berjalan meninggalkan kelas menuju kantin.    

  "Ran." panggil Velin.    

  Akupun berhenti dan memalingkan wajah ke arah Velin.    

  "Ada apa Vel?" tanyaku.    

  "bareng aja yok." ajaknya.    

  "yaudah ayo." ujarku sambil mengikutinya.    

  "Cepet dong, lambat banget sih." ujar Velin sambil meraih tanganku dan menarikku.    

  "Vel, pelan-pelan saja, nanti jatuh malu tau..." ujarku.    

  "Aku udah laper banget Ran, kamu lambat sih." ujar Velin melepaskan pegangan tangannya.    

  "Aku gak suka hal yang terburu-buru, suka hasilnya mengecewakan." ujarku.    

  "Ciee malah curhat." ejeknya.    

  "Sudahlah, jangan mengejekku sana pesan makanan katamu lapar." ujarku sambil mendekati softcase berisi minuman dingin.    

  "Tunggu ya, kita belum kelar." ujar Velin.    

  "Iya bawel, sana pesan." ujarku.    

  Setelah mengambil minuman aku berjalan menuju kasir dan membayar minumanku.    

  Ya... aku memang jarang makan di kantin karena aku sering membawa bekal.    

  Dan sialnya hari ini bekalku ketinggalan di kostan.    

  "Pasti basi." Rutukku.    

  "Apanya yang basi?" tanya seseorang mengagetkanku.    

  "Bekalku ketinggalan di kostan." ujarku sambil menoleh ke sumber suara, ternyata kak Nur.    

  "Kok bisa?"     

  "Ya bisalah, namanya juga lupa." jawabku ketus.    

  "Ishh... Kenapa gerangan si gesrek jadi ketus. Pastu gara-gara kamu." ujar kak Nur mengagetkan Velin.    

  "Gak kak... Bukan aku." ujar Velin ketakutan.    

  "Becanda kok " ujar nya dengan senyum manisnya.    

  "Kok beda sama yang di kelas, kalian kembar kah?" tanya Velin pada kak Nur.    

  "Kembar matamu." ujar ketus kak Nur.    

  "Nah ini baru sama." ujar Velin sambil melahap mie gorengnya.    

  "Kamu gak makan?" Tanya kak Nur.    

  "Gak, aku lagi penghematan kak." ujarku.    

  "Pesanin kakak bakso bisa?" tanya kak Nur.    

  "Kenapa gak pesan sendiri?"    

  "Yaudah sih. " ujar kak Nur beranjak dari tempat duduknya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.