Cinta yang salah

Part 11



Part 11

0  Tak terasa, beberapa hari lagi kelulusan kak Verra.    
0

  Aku benar benar sedih dengan ini.    

  Kak Verra meminta izin untuk melanjutkan pendidikannya di surabaya.    

  Aku tak mampu melarangnya dan tak mau di tinggalkan.    

  Kak Verra berkata akan terus menemuiku ke sini sebulan sekali, jika dia tak sibuk.    

  "Apakah ujianmu hati ini sukses Ran?" Sapa kak Verra.    

  "Iya kak." Jawabku.    

  "Jangan murung gadisku, aku takkan melupakanmu." Hibur kak Verra.    

  Aku hanya tersenyum dan setiap malam memikirkan apa yang terjadi ke depannya.    

  Setelah ini aku akan masuk SMA dan kak Verra kuliah.    

  Apa harus berkakhir sampai disini saja.    

  Aku tak sanggup jika harus menjalani hubungan jarak jauh.    

  Aku tak mau kak Verra tinggalkan.    

  Hari hari berlalu dengan lambat, aku sadar waktu semakin lama semakin mendekatkan ku dengan perpisahan.    

  Baiklah aku sudah memutuskan apa yang harus aku ambil.    

  Di sore hari sesudah pengumuman kelulusan, aku memutuskan untuk mengajak kak Verra keluar.    

  "Mau kemana sayang?" Tanya kak Verra.    

  "Ke taman saja kak, ada yang inginku bicarakan." Jawabku.    

  "Baiklah kakak ambil mobil dulu ya sayang." Ujar kak Verra.    

  Tak lama kemudian muncul mobil kesayangan kak Verra.    

  "Ayo Ran naik." Ajak kak Verra.    

  Aku masuk mobil tanpa bicara sepatah kaya pun.    

  Aku sulit mengatakan ini.    

  Tapi aku harus mengatakannya, maaf kan aku kak.    

  Sesampainya di taman, kami duduk di bangku taman biasa kami duduk.    

  Aku dan kak Verra hanya duduk terdiam disini.    

  Aku sibuk mengumpulkan keberanian untuk menyampaikan keputusanku.    

  Dan entahlah apa yang di pikirkan kak Verra.    

  Kurasa dia tau apa yang akan terjadi sekarang.    

  Nampak wajah sedih yang sedang di tutup kak Verra dengan senyum palsunya.    

  "Kak." Ucapanku memecah keheningan.    

  "Iya sayang." Jawab kak Verra dengan senyum khasnya.    

  "Maafkan aku kak." Ujarku melemah.    

  "Maaf kenapa Ran? Rania tak melakukan kesalahan kok." Jawab kak Verra polos.    

  "Kak." Panggilku lagi.    

  "Ada apa sayangku?" Tanya nya.    

  "Aku mau kita putus." Ujarku sambil meneteskan bulir bening dari mataku.    

  "Apa?" Ujar kak Verra kaget dengan apa yang ia dengar.    

  "Maafkan aku kak."     

  "Aku tak mau menjadi beban kakak, kakak harus fokus kuliah." Ujarku mendahan sesak di dada.    

  "Kenapa Ran? Apa rasa itu sudah bukan milikku?" Tanya kak Verra.    

  "Rasa ini hanya untukmu kak." Ujarku.    

  "Lalu mengapa ingin pisah Ran?" Tanta kak Verra lagi.    

  "Aku hanya ingin kakak fokus mengejar cita cita kakak, kalau kakak masih bersamaku, kakak akan sulit membagi waktu dan itu akan menyusahkan kakak." Jelasku.    

  "Gak Ran, gak akan mungkin Ran."    

  "Kakak tak mau kita berpisah, kakak menyayangimu Ran." Tangi kak Verra kini pecah.    

  "Maaf kak, kakak jangan menangis." Ujarku sambil menghapus air matanya.    

  "Jangan minta putus Ran. Kakak mohon." Pinta kak Verra padaku.    

  Aku masih teguh dengan keputusanku.    

  Aku tetap akan meminta pisah dengan kak Verra.    

  Aku tak mau kak Verra terbebani dengan hubungan jarak jauh ini.    

  "Kak aku mohon, aku ingin putus." Ujarku.    

  "Tolong Ran, jangan. Jika Rania benar benar mau putus dari kakak."    

  "Coba katakan, alasan yang bisa kakak terima dan bisa melepaskanmu Ran." Ujar kak Verra.    

  "Aku di jodohkan orang tuaku kak."    

  "Liburan ini aku pulang dan akan menjalankan pertunangan dengannya." Ujarku berbohong pada kak Verra.    

  Aku lihat air mata kak Verra mengalir deras di pipinya.    

  Aku tau benar apa yang dia rasakan saat ini.    

  Aku menghancurkan hati wanitaku.    

  Aku menyakitinya, tapi aku harus lakukan ini demi masa depan yang lebih baik untuknya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.