Cinta yang salah

Part 4



Part 4

0  Tangan kak Verra mulai menjelajah tubuhku.    
0

  Aku tak menolak atau pun menahannya.    

  Ciuman itu mulai beralih ke telingaku.    

  Suara nafas memburu kak Verra terdengar dan samar samar ku mendengar "Maafkan aku Ran." Ujar kak Verra.    

  Ciumannya kini beralih ke leherku, aku menahan desahku.    

  Aku mengigit bibir bawahku dan reflek memeluknya.    

  "Nikmati ini sayang, kakak takkan menyakitimu." Ujarnya dan kembali melanjutkan aktivitasnya tadi.    

  Kini semakin turun ke Payudaraku.    

  Dia meremasnya dan mulai memainkan put*ng ku.    

  Aku kini benar benar menikmati permainan kak Verra.    

  Rasa takutku kini berubah menjadi desahan Nikmat.    

  Ciumannya turuh ke perut dan dia membuka celana ku.    

  Ketika itu aku tersadar dan tak sengaja menendangnya hingga dia ter duduk di sudut kamar.    

  Aku beranjak mengambil baju dan bra ku.    

  Aku segera mengenakannya dan ingin kabur darinya.    

  Tiba tiba dia bangun dan memelukku dari belakang.    

  "Maafkan kakak, Ran." Ucapnya sambil sedikit ter isak.    

  "Tetap lah disini, kakak janji takkan melakukan itu padamu."    

  "Kakak hanya ingin tidur dan memelukmu." Ucapnya.    

  Aku tak bisa menolak permintaannya.    

  Aku kembali duduk di kasur kak Verra dan merebahkan tubuhku.    

  Ku usap air mata kak Verra.    

  "Sudah aku tak marah kak, jangan menangis."    

  "Aku yang harusnya minta maaf ke kakak." Hiburku padanya.    

  Setelah obrolan singkat itu aku tertidur.    

  Tak terasa malam berganti pagi, aku bangun dan kaget ketika menyadari kalau aku tak berada di kamarku.    

  Aku menatap sekeliling ruangan, aku bertanya dalam hati "kamar siapa ini, kenapa aku disini?"    

  "Sudah bangun Ran?" Ujar kak Verra.    

  'Astaga, aku lupa kalau semalam' gumamku dalam hati.    

  "Eh iya kak, aku kesiangan ya?" Tanyaku.    

  "Enggak kok sayang, ini baru pukul 6 pagi."    

  "Kok cerah sekali kak, nampak sudah pukul 7 lebih." Tanyaku sambil menunjukkan ekspresi bingung.    

  "Sudahlah, apa kamu tak melihat kalau lampu kamar ini yang terang bukan dari luar sayangku." Ucapnya sambil mengacak acak rambutku.    

  "Bangunlah dan mandi, kita harus berisap siap kesekolah." Ujarnya.    

  "Siap kak." Jawabku sambil merapihkan baju dan rambutku.    

  "Aku ke kamarku ya kak, nanti kita ketemu di depan asrama saja." Ucap ku sambil sedikit berlari.    

  "Baik sayang." Jawab kak Verra    

  'Ya tuhan, apakah yang terjadi semalam itu nyata?' tanyaku dalam hati.    

  Aku berjalan menuju kamarku sambil berjalan gontai.    

  Aku masih memikirkan kejadian semalam, apakah itu nyata atau khayalanku saja.    

  Sesampainya aku di kamar, aku segera menyiapkan buku buku yang akan ku bawa nanti dan menyiapkan seragamku.    

  'kenapa aku jadi seperti ini? Kenapa cinta ini sungguh membuatku bingung.' celotehku sambil memasukkan buku ke dalam tas.    

  "Kenapa belum mandi Ran?" Suara itu memecah lamunku dan langsung menoleh kearahnya.    

  "Masih beres beres buku dulu kak." Ujarku cuek.    

  "Kenapa sayang? Apa kamu marah sama kakak?" Tanya kak Verra padaku.    

  "Marah karena apa kak? Jangan sok tau deh." Jawabku.    

  "Marah karena kejadian semalam, maaf sayang kakak sungguh minta maaf." Ucapnya dengan nada memohon.    

  Argghhh....    

  Kenapa aku tak bisa mempertahankan cuekku padanya.    

  Sungguh bodoh kau Rania, kau benar benar di butakan cinta ini.    

  "Sudahlah kak, aku tak marah."    

  "Tunggu sebentar ya, aku mandi dulu." Ucapku sambil berlalu meninggalkannya sendirian di depan laptopku.    

  "Maafkan aku kak" ucapku lirih.    

  Selesai mandi aku kembali kekamar dan segera mengenakan seragam.    

  Ku kira kak Verra akan menyentuhku lagi.    

  Tapi kali ini tidak, dia hanya diam menatapku dengan pandangan yang menyedihkan.    

  'apa dia benar benar menyesal?' tanyaku pada diri sendiri.    

  Sesudah berpakaian aku segera menghampirinya.    

  "Kakak sudah sarapan?" Tanyaku.    

  "Tidak, kakak tidak nafsu makan Ran." Ucapnya lesu.    

  "Ayolah kak jangan seperti ini, aku tak marah pada kakak."    

  "Jadi berhentilah menjadi sosok yang menyedihkan seperti ini." Ucapku sambil agak meninggikan nada bicara.    

  Sebebbarnya aku tak mau membentak wanita tampanku.    

  Aku benar benar lemah jika berhadapan dengannya.    

  Aku tak tau sampai kapan ini akan terjadi.    

  "Mana senyum kakak yang membuatku selalu tenang kak? Berhentilah memelas." Ucapku.    

  "Maafkan kakak, Ran."    

  "Kakak benar benar menyesal karena telah menyentuhmu." Tangis kak Verra mulai pecah ketika dia mengucapkan kalimat itu.    

  Aku semakin lemah, hatiku merasa pedih ketika kulihat bulir bening itu mengalir di pipinya.    

  Aku sakit, apa aku terlalu kasar padanya?


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.