LUDUS & PRAGMA

82. Akhir Untuk Kita (Ending)



82. Akhir Untuk Kita (Ending)

0Fajar datang menyapa bersama riangnya sinar mentari yang turun menyorot menghantam permukaan bumi. Cahayanya mulai merambah masuk ke dalam ruang kabar dengan tirai jendela yang sedikit terbuka. Memicu sebuah reaksi dari gadis cantik yang ada di atas ranjang. Ia menggeliat ringan. Sesekali menghela napasnya kasar sebab lelah dirasa dengan sekujur tubuh yang terasa sedikit lengket sebab keringat baru saja surut dari atas tubuhnya.     
0

Pagi datang. Menyisakan sebuah memori indah malam kemarin. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Mencoba untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netra indahnya pagi ini. Davira menatap ke arah jendela. Tepat di sana pemandangan indah mengintip dari balik tirai yang sedikit terbuka. Gadis itu tersenyum manis. Menghela napasnya ringan dan mulai benar-benar membuka matanya kali ini. Samar ia merasakan sesuatu di belakang punggungnya. Seseorang tidur dengan satu tangan yang ada di bawah kepalanya sekarang ini.     

Sial, ingatannya kembali! Kemarin malam sangat melelahkan untuknya. Ia bermain bersama sang kekasih. Bergulat di atas ranjang empuk dengan saling menghajar satu sama lain. Aroma tubuh Adam Liandra Kin masih melekat jelas di dalam ingatannya. Bentuk perut kotak-kotak dan dada bidang itu adalah miliknya seutuhnya. Bukan hanya Adam yang menikmatinya dengan kepuasaan penuh, akan tetapi juga Davira Faranisa. Gadis itu bermain dengan sangat bagus! Tak mengecewakan juga tak meninggalkan kekesalan sebab puas tak dirasa.     

Davira melirik bagian tubuhnya. Sigap jari jemarinya mulai menarik selimut untuk lebih tinggi lagi dalam menutup tubuhnya pagi ini.     

Davira telanjang bulat! Hanya selimut tebal yang membungkus tubuhnya bersama sang kekasih sekarang ini. Baju tidur, celana dalam dan baju dalam semua tercecer di atas lantai sisi kamar tidurnya. Ia melirik ke belakang. Menatap pria dengan keadaan yang sama dengannya. Telanjang tak berbusa sehelai kain pun.     

"Ck, sial." Davira mengumpat lirih. Mengembalikan pandangannya untuk menatap jendela besar yang ada di depannya sekarang ini. Ia berusaha bergerak dengan hati-hati. Tak ingin membuat Adam terbangun dan melihatnya dalam keadaan telanjang bulat seperti ini. Ia hanya perlu menarik handuk di ujung kamarnya sana. Masuk ke dalam kamar mandi dan hilang sejenak untuk membasuh diri. Masa bodoh tentang Adam yang ada di atas ranjangnya dengan keadaan telanjang seperti ini. Yang paling penting adalah dirinya sendiri.     

"Mau kemana?" lirih suara itu menyelanya. Menghentikan gerak Davira yang baru saja ingin bangkit dari atas ranjangnya.     

--Adam terbangun!     

Ia menoleh. Memutar tubuhnya perlahan sembari menjaga selimut agar tetap menutup dadanya hingga tepat di atas lehernya.     

"M--mandi," ucap Davira terbata-bata. Mencoba sedikit menjauh dari wajah tampan pria yang terasa begitu dekat dengannya. Adam bukan pria baik pagi ini, ia tak akan melepaskan Davira begitu saja.     

Sigap tangan dengan lengan berotot itu menarik tubuh gadis yang ada di sisinya. Membawa tubuh Davira kembali mendekat dengan posisi intim tak ada jarak yang berarti. Davira terdiam. Matanya sejenak membulat selepas ia merasakan embusan napas Adam membelai lembut permukaan wajah cantiknya.     

"Kenapa wajah kamu memerah?" tanya Adam berbasa-basi. Netranya tajam memblokir seluruh fokus gadis yang ada di dalam dekapannya.     

Davira masih kokoh dalam diamnya. Perlahan netra itu turun tak lagi menatap wajah tampan milik Adam Liandra Kin. Ia bersalah! Tidak, dirinya telah memutuskan sebuah kebodohan! Tidak, ah sudahlah! Davira tak tahu harus melakukan apa sekarang ini. Tubuhnya telanjang bulat dengan pria dalam keadaan serupa. Menarik selimut hanya akan membuatnya melihat sesuatu yang mengejutkan. Namun, membiarkan Adam yang pergi duluan, tentu akan membuat Davira merugi.     

"Kenapa?" tanya Adam lagi. Memastikan ekspresi wajah gadis yang ada di sisinya itu.     

"Kamu menyesal?" Pria itu kembali mengimbuhkan. Menarik dagu gadis yang kini mulai kembali menempatkan manik matanya untuk Adam.     

"Kamu menyesal kemarin malam?"     

Davira menghela napasnya. Tersenyum manis sembari menggelengkan kepalanya samar. "Aku hanya ... hanya merasa sangat bahagia pagi ini. Kita bangun di atas ranjang yang sama."     

Adam terkekeh kecil. Meraih tubuh Davira untuk semakin mendekat padanya. "Mau mandi bersama juga?"     

Gadis itu membulatkan matanya. "Kamu gila? Ada mama, ah tidak ... mama pulang nanti sore. Ada Ana dan Alia. Kamu harus segera pulang."     

Pria itu tak bergeming. Terus menatap paras cantik gadis yang berada di bawah selimut yang sama dengannya itu. Perlahan bibirnya merekah. Senyum manis mulai terlukis jelas di atas paras tampan milik Adam Liandra Kin. "Kita janji berlibur hari ini."     

"Benar!" Davira berusaha untuk bangkit. Melepas pelukan Adam yang masih kokoh menghangatkan tubuhnya.     

"Tapi aku ingin menundanya." Adam melanjutkan. Sukses menarik fokus Davira untuk kembali menatapnya dengan tajam.     

"Tapi kenapa?" tanyanya menggerutu. "Aku bahkan sudah menyiapkan semuanya," tutur Davira memprotes. Mengeluh pada pria yang masih kokoh dalam tawa kecilnya.     

"Karena kita sudah berlibur sekarang ini." Adam kembali menarik tubuh Davira. Gadis itu jatuh tepat di atas dadanya.     

Jari jemari Adam kembali bermain. Membelai helai demi helai rambut pendek milik gadis yang menatapnya dengan lekat. "Aku ingin berlibur seperti kemarin malam lagi, bolehkah?" tanyanya memohon. Kembali lensanya ia berikan pada gadis yang baru saja menundukkan pandangannya. Ia malu! Jujur saja Davira malu berada di dalam keadaan dan situasi macam ini, akan tetapi di sisi lain ia sangat menyukainya.     

"A--aku harus menyiapkan sarapan dan seragam untuk Ana juga Alia."     

Adam tersenyum. Meraih tengkuk leher gadis yang ada di atasnya. "Ini sudah pukul setengah sembilan. Mereka sudah berada di sekolah. Aku sudah mengurus semuanya tadi pagi."     

Sepasang mata Davira membelalak sempurna. Tegas ia menoleh, menatap jam dinding yang ada di sudut kamarnya. Ah, benar! Dirinya pasti terlalu lelah dan nyaman tidur dalam dekapan Adam hingga melupakan fakta bahwa hari mulai siang.     

"Davira ...." Adam memanggil. Menarik cepat dagu gadis yang ada di dalam pelukannya. Kembali bibir mereka bertemu dalam satu titik. Adam kembali melumatnya ringan. Meletakkan jari jemarinya tepat di atas tengkuk leher milik gadis yang mulai ikut bermain bersamanya, lagi dan pagi ini.     

"Bolehkah aku melakukan seperti kemarin lagi?" tanyanya memohon. Melepas ciuman hangatnya dari sang gadis.     

"Bolehkan aku meminta?" tanya Davira menyela. Ia tersenyum hangat. Menatap pria yang kini menganggukkan kepalanya samar.     

"Kamu mau jadi pacar aku lagi?" Davira mengimbuhkan. Suaranya lirih. Namun cukup untuk memberi Adam sebuah interuksi agar tersenyum manis mengimbangi apa yang diberikan Davira untuknya.     

"Aku gak mau."     

Davira terdiam. Menjauhkan wajahnya dari Adam. "W--why?"     

"Davira." Pria itu memanggil.     

"Will you marry me?"     

Davira tersenyum geli. Memalingkan sejenak wajahnya sebelum akhirnya kembali pada pria yang menunggu jawaban pasti darinya. "Kamu sedang melamarku? Sekarang? Di atas ranjang? Dengan keadaan seperti ini?" Cecar pertanyaan itu hanya mendapat anggukan tegas dari Adam. Pria itu semakin erat memeluk gadis yang ada di atasnya.     

"Bagaimana jawabannya?"     

Davira mengangguk. "Hm. Aku mau."     

Adam tersenyum bahagia. Lekat netranya menatap gadis yang baru saja mengecupnya hangat. Kembali ia menarik dagu Davira. Menempelkan bibirnya tepat di atas leher milik gadis yang kini mulai menggeliat ringan. Tubuhnya tak bisa lagi lepas dari Adam. Permainan akan segera dilaksanakan seperti kemarin malam. Sangat menggairahkan dan penuh makna. Menjadi sebuah memori indah yang akan selalu membekas di dalam ingatan keduanya. Adam meleburkan pendirian Davira. Gadis itu memilih untuk kembali membuka hatinya dan memberi satu kesempatan terbaik. Menjadikan Adam sebagai seorang laki-laki yang bisa diandalkan di masa depan.     

Keputusan itu adalah sebuah ... pernikahan.     

... THE END ....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.