LUDUS & PRAGMA

62. Sebelum Kisah Berubah



62. Sebelum Kisah Berubah

0"Tumben kamu diem aja?" Davira menyela keheningan yang ada di antara keduanya. Ada yang sedikit aneh, saat Adam hanya diam tak memecah keheningan yang ada di antara mereka berdua. Adam biasanya akan bertanya ini itu, berbicara banyak tanpa arah tujuan pembicaraan yang jelas. Adam suka berbasa-basi untuk mengakrabkan suasana di antara mereka berdua selama di dalam mobil, akan tetapi kali ini ia diam memilih bungkam tak berucap sepatah katapun.     
0

"Ada yang salah hari ini?" Davira kembali berucap. Sejenak ia melirik Adam kemudian kembali memusatkan tatapannya jauh ke depan. Jalanan adalah fokus utama Davira Faranisa sekarang ini.     

"Aku hanya gugup," ucap Adam beralasan.     

Gadis yang ada di sisinya tersenyum ringan. Meraih penggung tangan laki-laki yang ada di sisinya kemudian mengusapnya perlahan. Davira ingin memberi semangat padanya, sebab ini adalah bagian dari perjanjian yang sudah disetujui dengan Raffardhan Mahariputra Kin. Meskipun apa yang ia lakukan sekarang ini tidak sepenuhnya berasal dari dorongan untuk memenuhi perjanjian, hatinya juga menginginkan hal ini.     

"Boleh aku tanya sesuatu, Davira?" Adam kembali membuka mulutnya. Menatap gadis yang sama sekali tak menoleh padanya. Davira hanya mengerang ringan. Tersenyum tipis lalu memudar seiring dengan belokan stir mobil yang ada di dalam genggamannya sekarang ini.     

"Siapa itu Joe?"     

Sukses! Kalimat itu sukses menarik perhatian Davira untuk memelankan laju mobilnya. Ia menatap Adam cukup lama. Memutuskan untuk diam membungkam mulutnya sendiri. Adam pasti mendengar nama itu kala ia memulai pembicaraan dengan Dokter Bima. Pria itu lah yang membuat Adam bisa menyebut nama Joe sekarang ini. Tak ada yang salah, ia hanya cukup mengatakan bahwa Joe adalah teman dekatnya di sana, namun akankah Adam percaya dengan itu?     

"Tak apa kalau tak mau—"     

"Dia teman laki-laki pertama yang aku temui di sana. Dia adalah orang baik," ucap Davira menyela.     

Adam menundukkan sejenak pandangannya. Menatap jari jemarinya yang mulai bermain untuk menghilangkan kegundahan di dalam hatinya sekarang ini. Ada satu kalimat yang tertanam di dalam ingatannya sekarang. Sang adik mengatakan bahwa masih ada rasa di antara Davira juga sang kakak, itu sebabnya ia ingin membatalkan kontrak kerja sama dengan Davira Faranisa.     

--dan sekarang ini Adam ingin memastikan hal itu.     

"Kenapa memangnya?" tanya Davira melirih kala Adam kembali diam dalam sepersekian detik berjalan.     

"Antara Joe dan Arka, mana yang lebih berharga?" tanya Adam memastikan. Nada bicaranya tak sebaik pertama kali ia berbicara. Terdengar berat penuh dengan beban kegelisahan.     

"Arka." Gadis itu menjawab dengan tegas. Tak ada keraguan di dalam hatinya sekarang ini. Adam lega! Sangat lega untuk jawaban itu. Jika seseorang tak lebih berharga dari si sahabat yang sialan itu, maka ia tidak pernah masuk ke dalam hati dan kehidupan seorang Davira Faranisa.     

"Ada apa memangnya?" tanya Davira kembali mengulang. Adam sudah mendapatkan jawabannya, sedangkan ia belum puas dengan apa yang dikatakan oleh Adam.     

"Hanya ingin bertanya saja," ucapnya membalas.     

Aneh, sedikit aneh tingkah Adam kali ini.     

"Ngomong-ngomong tentang janji kita, kamu ingin meminta hadiah apa nanti?" tanya Davira mengubah arah pembicaraan mereka.     

"Rahasia! Aku akan memberi tahu nanti kalau sudah waktunya. Katamu aku hanya perlu fokus dengan kakiku." Adam menyahut. Tersenyum ringan membalas kalimat dari gadis yang ada di sisinya.     

"Adam ...." Davira kembali memanggil. Sejenak menoleh untuk menatap wajah tampan milik Adam Liandra Kin.     

"Ini adalah hari terakhir aku bisa menghantar kamu ke rumah sakit."     

Laki-laki dengan balutan kemeja putih bersih itu menoleh. Tepat mengarahkan pandangannya untuk sang gadis. Davira akan pergi secepat ini? Tidak! Bahkan kakinya saja belum bisa berjalan. Janji mereka masih berlaku hingga dua bulan ke depan.     

"K—kenapa? Kamu gak nyaman dengan—"     

"Aku harus mulai berkerja di kantor. Jadi aku tak bisa menghantar tapi mungkin dengan menjemput, aku masih bisa melakukannya." Davira mempersingkat. Mencoba untuk membuat Adam mengerti dengan situasinya sekarang ini.     

"Kamu akan mulai sibuk sekarang?" Adam kembali menimpali dengan nada lirih. Kecewa? Sedikit. Ia masih ingin bersama dengan Davira lebih lama lagi. Akan tetapi mau bagaimana lagi? Ia tak bisa melarang Davira untuk kembali pada kehidupannya.     

"Aku sudah menyewakan supir kepercayaan aku untuk menghantar dan menunggu kamu di sana. Jadi jangan khawatir," imbuhnya pada Adam.     

Adam terdiam sejenak. Menatap gadis yang kembali menyorotkan netranya untuk fokus kembali ke jalanan.     

"Kenapa kamu melakukan hal sebanyak itu? Aku hanya laki-laki bodoh yang sudah mengecewakan kamu." Adam menimpali. Meskipun ia sudah tahu tujuan asli Davira melakukan ini semua, namun tetap saja Adam ingin mendengar semua dari celah bibir Davira sendiri.     

"Karena ...."     

"Karena aku ingin melakukan itu," pungkasnya menutu kalimat.     

*** LudusPragmaVol3 ***     

Perusahan ini akan menjadi milik gadis bernama Davira Faranisa, begitulah kabar yang tersebar sekarang. Pelantikan jabatan sudah dilaksanakan. Semua yang datang adalah orang-orang penting di dunia saham dan bisnis. Mulai saat ini Davira akan bersaing juga berkeja sama dengan orang-orang yang selalu berjalan dengan gagah dan memakai balutan jas mahal dan tebal dengan bahan kain yang berkualitas. Davira kini menjadi seorang pemimpin perusahaan ternama di Jakarta.     

Semua menghormati pemimpin baru mereka. Gadis muda putri kandung dari bos lama yang paling disukai sebab ramah dan bersahabat pada semua pegawainya, Davira diharapkan mampu bersikap demikian.     

"Selamat, Nona Davira." Seseorang mengulurkan tangannya. Mewakili seluruh pegawai yang kini tersenyum ramah menyambut kehadiran bos baru mereka.     

"Terimakasih, Tuan Raka. Tolong bantu aku untuk mengolah seluruh perusahaan ini." Davira membalas dengan senyum manis dan nada bicara yang sopan.     

"Tentu, aku akan membantu semua yang aku bisa."     

Davira mengangguk-anggukkan kepalanya. Mulai menatap semua yang ada di sekitarnya sekarang ini. Mulai detik ini sistem kehidupannya akan berubah. Davira bukan lagi asisten bos utama yang menjalankan perintah dan mempelajari banyak hal. Ia bukan lagi gadis penggangguran yang akan datang menjemput sang mantan kekasih untuk datang ke rumah sakit. Davira tak bisa lagi labil dalam memilih, ia harus mulai dewasa dan pandai memisahkan antara rasa dan logika. Ia harus mampu memilah mana yang pantas dibawa saat bekerja dan mana yang tak pantas untuk ia bawa.     

Ia hanya perlu dua bulan untuk menjalani hidup dengan bertemu mantan kekasihnya. Ia hanya perlu menepati janjinya di akhir nanti. Selepas itu semua, sistem hidupnya akan benar-benar berubah. Ketakutan yang ada di dalam dirinya akan segera sirna. Davira mampu mengatasi semua masalah. Ia mampu menghadapi keadaaan kala kembali ke Idnonesia. Kini ia hanya perlu berjalan mengikuti alur yang ada.     

... To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.