LUDUS & PRAGMA

139. Perpisahan Untuk Kita



139. Perpisahan Untuk Kita

0Adam mengulum berat salivanya kala netra tajamnya mulai memotret rekam gambar yang menampilkan kemesraannya dengan Davina. Semua di sekolah ini tahu, bahwa kekasih Adam Liandra Kin adalah Davira Faranisa bukan Davina Fradella Putri.     
0

Kini bisik mulai masuk ke dalam pendengarannya. Kembali mata Adam menyapu setiap bagian ruangan untuk kembali mencari keberadaan Davina. Gadis itu sudah pergi, ya tentu. Siapa yang akan kokoh di tempatnya kalau rasa malu sudah datang menguasai dirinya. Tatapan tajam kini mengarah padanya. Benar, Adam akan dicap sebagai si tukang selingkuh yang tega mengkhianati kekasih baik seperti Davira Faranisa.     

Remaja itu kini menghela napasnya. Tidak, ia tak bisa membiarkan semuanya terus berjalan. Video itu harus segera dihentikan. Sigap remaja jangkung itu mengambil langkah pertama. Memanggil nama Candra yang masih diam mematung di tempatnya sembari ikut menjadi penonton bisu kali ini. Adam dipermalukan. Entah benar oleh sang kekasih atau ini adalah ulah dari Kayla Jovanka dan Arka Aditya. Yang terpenting ia harus menghentikannya sekarang juga!     

"Candra suruh siapapun yang memutar videonya untuk—" Adam menghentikan kalimatnya kala yang diajak berbicara menahan langkah kakinya. Candra menarik lengan Adam yang baru saja ingin pergi ke belakang layar. Menyuruh anggota timnya untuk segera menghentikan tontonan yang mempermalukan dirinya juga Davina Fradella Putri.     

"Kenapa?" tanya Candra melirih. Tersenyum seringai pada Adam yang menatapnya tajam.     

"Kenapa?!" Adam mengulang. Menelisik arti tatap mata dan senyum yang diberikan Candra untuknya. Dari semuanya, Adam bisa menyimpulkan satu hal ... bahwa Candra ikut terlibat dalam rencana konyol ini!     

"Lo terlibat?" Suara Adam semakin lirih. Tak kuasa untuk berteriak sekarang ini. Tatapan tajam Candra memblokir segala pergerakannya.     

"Semua orang terlibat." Candra tertawa. Melepaskan kasar cengkramannya dari lengan berotot milik Adam Liandra Kin.     

Amarah mulai memuncak. Remaja itu menarik kerah baju milik Candra Gilang. Meremasnya kuat sembari intens menatap kedua manik mata remaja berponi tipis itu.     

"Ini ulah Arka?!" tanya Adam mempertegas. Candra diam. Tak kunjung memberi jawaban, remaja itu hanya terus menatap ke arah lawan bicaranya.     

"Kenapa? Lo takut?"     

Kasar Candra melepas cengkraman kuat milik Adam Liandra Kin. Mendorong kasar tubuh jangkung miliknya. "Lo orang brengsek, Dam. Lo pantas dapat semua ini!" Candra mulai melawan. Baru saja ia ingin mendekat ke arah lawan bicaranya itu, Adam sudah mendorong kasar tubuhnya. Berjalan cepat untuk pergi ke belakang layar. Pertengkaran dirinya dengan Candra tak akan membuahkan hasil apapun. Ia hanya akan terus merugi kalau meladeni remaja sialan yang sudah mengkhianatinya.     

Ia terengah-engah. Berjalan cepat dengan amarah yang menggebu-gebu sungguh banyak menyita energi dan tenaganya kali ini. Langkah kaki Adam kembali terhenti kala tak percaya dengan remaja jangkung yang berdiri di sisi laptop tempat kendali video berada.     

Raffardhan Mahariputra Kin. Sungguh, ia tak bisa mempercayai semua yang sedang terjadi. Baiklah, Candra mengkhianati dirinya itu tak terlalu menjadi masalah sebab ia dan Candra hanya sebatas teman dekat satu tim. Kalau masa sekolah menengah atas berakhir, tak ada yang bisa menjamin Adam dan Candra akan tetap menjadi teman baik yang saling berkabar. Akan tetapi, untuk Raffa? Bahkan wajah yang dilukiskan oleh semesta di atas paras remaja yang sedikit lebih pendek darinya itu sangat mirip dengannya. Bagaimana bisa ia membuat sang kakak kandung malu setengah mati seperti ini?     

Raffa mengkhianati dirinya dan berkerjasama dengan Arka juga Kayla? Sialan!     

"K--kenapa kamu—"     

"Surprise!" katanya sembari merentangkan kedua tangan. Seakan memberi sambutan istimewa akan kehadiran sang kakak kali ini.     

"Hanya itu yang ingin kamu katakan sekarang?" Adam memincingkan matanya tak percaya. Berjalan mendekat menghampiri sang adik kandung.     

"Itu kata Kak Davira tadi," ucapnya tersenyum tipis.     

"Davira?" Adam mengulang. Memastikan bahwa apa yang diucap olehnya sesuai dengan apa yang didengarnya barusan.     

"Ini hadiah dari Kak Davira atas kerja keras kakak selama ini." Raffa meneruskan kalimatnya. Ikut mendekati sang kakak yang kini mematung sembari terus mencoba untuk memahami situasi yang sedang terjadi.     

"Kerja keras kakak untuk menipu Kak Davira," susulnya kala Adam hanya diam seakan memberi celah ruang pada Raffa untuk banyak berbicara.     

"Maksud kamu ... ini semua ulah Davira?!" pekiknya meninggikan nada bicara. Sungguh, hati Adam sangat hancur! Mendengar nama sang kekasih sekarang ini membuat dirinya benar-benar mati rasa. Bagaimana bisa Davira menipunya dan melakukan semua ini? Bagaimana bisa ... ia menyimpan semua kepalsuan itu sendirian?     

--jadi selama ini Davira tahu perselingkuhan dirinya dengan Davina untuk kedua kalinya? Bodoh! Mengapa Adam tak kunjung menyadarinya.     

"Di mana Davira sekarang?" tanya Adam melirih. Sejenak ia menundukkan kepalanya. Menghela napas kasar kemudian mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.     

Raffa diam. Terus menatap perubahan ekspresi sang kakak sekarang ini. Ia mengenal betul bagaimana Adam Liandra Kin. Bukan hanya marah, sang kakak mulai gelisah dan resah.     

"Di mana Davira sekarang?" Adam mengulang kala sang adik tak kunjung menjawabnya.     

"Raffa! Jawab kakak!" Adam menyentak. Mencoba untuk membuat sang adik berbicara, namun Raffa tetap dalam pendiriannya. Diam membisu tak mau berucap sepatah kata pun.     

"Jawab kakak!"     

"Memangnya kakak mau apa sekarang?! Mengejar Kak Davira?!" Raffa menyahut. Ikut meninggikan nada bicaranya untuk sang sang kakak. Adam membisu sejenak. Tatapan mata adiknya bukan main, ganas penuh amarah.     

"Aku sudah pernah bilang bahwa aku menyukai Kak Davira! Meskipun kakak adalah pacarnya, tapi kalau kakak menyakiti dia seperti ini aku akan mengambil Kak Davira dari kakak!"     

"Aku akan mengambil Kak Davira dari—" BUGH! Sebelum remaja itu menyelesaikan kalimatnya, satu tinju tepat melayang di pipi kirinya. Raffa ambruk. Jatuh tersungkur ke atas lantai. Candra yang melihat itu tak hanya diam. Ia kini datang menarik tubuh Adam untuk membuatnya menjauh dari sang adik.     

"Di mana Davira?" ulang Adam kalut. Ia mengabaikan darah yang menetes dari sisi bibir sang adik. Terus menggebu dalam memberi pertanyaan yang sama. Adam belum puas kalau ia belum mendapat jawaban yang pasti sekarang ini.     

"Cukup Adam!" Candra menarik tubuhnya. Melempar sebuah pukulan keras mengenai dada bidang remaja jangkung itu.     

"Lepaskan Davira dan hidup dengan ke-brengsekan lo sekarang ini," ucap Candra melirih.     

Adam tersenyum miring. "Lo tau apa!"     

"Gue tahu apa yang dirasakan oleh Davira sekarang ini, Dam!"     

"Ia memilih pergi sebab ia menyayangi lo. Lo gak paham itu juga?" tanya Candra mengimbuhkan.     

"Davira pergi?" Remaja jangkung itu membulatkan matanya. Sigap kembali jari jemarinya menarik kerah baju milik Candra. Sial, bagaimana bisa semua orang menipu dirinya begini?     

"Arka menghantarnya satu jam lalu," ucap Candra menutup kalimat.     

... To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.