LUDUS & PRAGMA

71. Kejutan!



71. Kejutan!

"Karena lo berurusan dengan Davira."     

Gadis itu tersenyum seringai. Mengambil satu langkah untuk lebih mendekat pada lawan bicaranya. Davina terdiam sesaat. Menatap dengan penuh penghayatan remaja jangkung di depannya.     

"Lo mengancam gue?" tanya Davina memudarkan senyum yang ada di atas paras cantiknya. Jujur saja ia tak ingin membuat masalah dengan Arka Aditya lagi. Dua tahun menghindar dan membatasi interaksi dengan remaja jangkung itu tentu memberi dampak positif pada dirinya. Davina tahu bahwa dengan usaha apapun tak akan mampu memperbaiki hubungan pertemanannya dengan remaja jangkung itu. Untuk itu ia tak akan melakukan apapun sekarang ini. Cukup menghindar dan menjauh darinya adalah usaha terbaik untuk membuat hidup Davina tenang. Namun, Arka kembali memulai perselisihan itu dengannya. Seakan tak pernah jera, remaja itu terus saja mengejar Davina dan mencoba masuk ke dalam urusan pribadi Davina.     

"Gue cuma memperingatkan." Arka berjalan mundur. Menjauh dari gadis yang baru saja ingin berposisi intim dalam berbicara dengannya.     

"Apa yang akan dilakukan oleh Davira memangnya? Dia akan mengancam dan mengeluh seperti layaknya si sahabat yang terlihat bak pecundang begini?" kekehnya tertawa kecil.     

Davina kembali melangkah maju. Seakan kokoh dalam pendirian untuk semakin kuat memojokkan remaja jangkung di depannya itu, Davina tak mau kalah. "Gue seharusnya ngomong ini lebih awal. Tapi gue memilih diam." Gadis itu memulai berbicara. Kini mempertajam tatapan sembari menarik satu sisi bibirnya untuk tersenyum seringai.     

"Berhenti untuk mencampuri urusan gue ... karena gue bukan gadis lemah seperti yang lo pikirkan," katanya memberi penekanan. Remaja jangkung yang ada di depannya menyipitkan perlahan matanya. Ikut tersenyum aneh mengimbangi kalimat yang ia dengar masuk ke dalam kedua lubang telinganya.     

"Kalau gue menolak?" tanyanya berkelit.     

Davina perlahan mendekatkan bibirnya tepat di telinga kiri remaja jangkung yang ada di depannya. Dalam sepersekian detik hening membentang. Untuk Arka, diam membisu sebab ia ingin mendengar kalimat bualan macam apa yang akan dikatakan oleh gadis sialan di depannya itu. Sedangkan untuk Davina ia menunggu, menunggu saat yang tepat untuk membuat hati remaja tampan itu goyah dan panas.     

"Gue akan menghancurkan Davira lebih dari sekarang ini," bisiknya berucap. Kembali menarik wajah dan tersenyum tajam.     

Arka tertawa kecil nan singkat. Sukses membuat Davina kini mengernyitkan dahinya samar. Tak mengerti! Sungguh, dirinya tak mengerti bagaimana sistem dinamika pemikiran remaja jangkung yang ada di depannya itu sekarang ini.     

Dalam kepercayaan yang dipegang teguh olehnya, Arka mencintai Davira lebih dari seorang sahabat yang ingin melindungi sahabatnya. Rasa cinta itu dianggap olehnya sebagai kelemahan seorang laki-laki terhadap lingkungannya. Memberi ancaman dengan menyangkut-pautkan gadis yang sedang mendiami perasaan di dalam hatinya tentu adalah senjata paling ampuh dan mematikan untuk menggoyahkan pendirian sang lelaki, namun dugaannya salah besar! Arka tertawa dengan ancaman yang melibatkan gadis kesayangannya.     

Remaja itu melangkah. Berdiri di sisi gadis yang kini memiringkan pandangannya untuk menatap Arka Aditya. Perlahan tangannya terulur. Menepuk pundak gadis yang kini jelas menunggu kalimat pernyataan dari remaja jangkung itu. "Davira ... lebih kejam dari seekor singa yang kelaparan di tengah gurun Sahara," pungkasnya menutup kalimat. Menyelesaikan tawa bersama dengan perusahan raut wajah yang menajam. Arka berlalu pergi selepas menyelesaikan kalimat singkat darinya itu. Meninggalkan Davina di tempatnya saat ini. Masuk ke dalam kantor guru dan menghilang selepas pintu ditutup dengan rapat.     

Tepat dugaannya, Arka tak benar ingin mengajak Davina untuk pergi bersama. Akan ada sela di balik segala rencana yang dikatakan untuknya sebelum ini. Dalam sela itu, Arka akan menunjukkan betapa munafiknya dirinya itu. Berpura-pura menjadi laki-laki baik penuh dengan pengertian dan kehangatan kala ada di sisi sang sahabat. Menjadi orang baik dengan segala peringai terpuji yang membuatnya terlihat lemah dan polos. Namun, Arka tidak seperti itu! Bagi Davina remaja itu sama seperti laki-laki jalang pada umumnya. Munafik dan terlalu banyak tipu daya di dalam dirinya. Arka tak sebaik yang mereka pikirkan. Bukan remaja sopan murah senyum yang akan santun pada siapapun kala berjumpa di tempat umum. Pemikiran dan hatinya sangat busuk! Benar-benar fakta yang mengejutkan jikalau Davina berkata bahwa Arka itu laki-laki jahat yang suka memanfaatkan keadaan untuk membuatnya menang.     

°°°°°°°°°° LudusPragmaVol2 °°°°°°°°°     

Tatapannya seakan ingin mengadu betapa tak baik hatinya saat ini selepas tak sengaja kedua netra indah milik Davira menangkap perawakan tubuh jangkung yang memenuhi ambang pintu kelasnya. Beberapa tatapan tertuju pada paras tampan dengan fisik sempurna yang dimiliki oleh seorang kapten basket di sekolah mereka. Sayang sangat disayangkan, bahwa remaja itu sudah memiliki kekasih hati!     

"Kamu lagi sibuk?" Ia bertanya dengan nada lembut penuh kasih sayang. Sukses meluluhkan segala pandangan kaum hawa yang menatap dengan mata, mendengar dengan telinga dan merasakan dengan hati. Ingin berteriak histeris. Mengelu-elukan betapa tampannya Adam siang ini, namun ada Davira. Gadis yang kini menatap Adam dengan penuh keseriusan tepat di depan mata tajam bak elang yang sedang membidik mangsanya itu.     

"Kalau enggak, aku mau makan siang sama kamu." Adam kembali meneruskan kalimatnya. Tersenyum manis sembari mengulurkan tangan agar sang kekasih datang dan merengkuhnya.     

"Mau?" tanya Adam untuk mengakhiri tawarannya.     

Davira diam. Perlahan senyum itu mengembang. Menganggukkan kepalanya sembari ringan meraih jari jemari sang kekasih. Melangkah untuk berjalan mendekat dan menerima tawaran itu. Setelah sekian lama, akhirnya Adam datang menghampirinya. Menunjukkan betapa sayang dengan penuh kasih yang diberikan teruntuk Davira Faranisa.     

Davira bahagia! Meskipun ia paham apa yang dilakukan sang kekasih hanya akan bertahan hingga beberapa hari ke depan. Selepas itu, Adam pasti akan bersikap seperti biasanya. Terlihat tak acuh kala sedang berada di lingkungan sekolah, namun akan hangat dan 'menggoda' kalau sedang bersamanya di lingkungan luar.     

"Tentu, aku juga ingin menghampiri kamu tadi," tuturnya membalas dengan lembut. Sesekali menundukkan pandangan untuk menatap jari jemari sang kekasih yang mulai masuk ke sela-sela jari jemari miliknya. Genggaman tangan hangat ia rasakan sekarang ini, seakan memberi pertanda bahwa Adam ingin memadukan kasihnya sebanyak mungkin. Menunjukkan betapa ia lebih menyayangi Davira ketimbang gadis sialan tak tahu malu, Davina Fradella Putri.     

"Kalau begitu, kita habiskan hari ini dengan bahagia." Adam kembali menawarkan. Kini mulai menggandeng sang kekasih untuk berjalan keluar dari dalam kelasnya. Berjalan dengan langkah ringan menyusuri lorong sekolah.     

Tatapan mulai terasa mengganggu awalnya. Mengingat bahwa mereka tak pernah melakukan kemesraan di depan teman-temannya. Adam selalu bersikap netral terhadap sang kekasih, tak mau berlebihan dalam mengumbar rasa sebab baginya Davira cukup dikenal sebagai kekasih seorang Adam Liandra Kin. Tak perlu banyak orang yang tau bagaimana kemesraan mereka. Begitu juga untuk Davira. Ia tak ingin terlalu banyak mengumbar hal-hal yang akan menimbulkan desas desus yang mengganggu.     

Langkah keduanya terhenti kala sesosok tubuh ditangkap jelas oleh netra Davira. Dia adalah ... Davina.     

... To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.