LUDUS & PRAGMA

75. Kecewa, Perasaan Aneh yang Mengganggu.



75. Kecewa, Perasaan Aneh yang Mengganggu.

0Arka menatap gadis yang baru saja meletakkan kepala dan menutup matanya untuk sejenak terlelap sebab jam pembelajaran sudah usai. Istirahat kedua di tengah hari lebih panjang durasinya. Itu sebabnya, Davira memilih sejenak melonggarkan waktu untuk terlelap sebab kantuk yang dirasa tak bisa dilawan olehnya lagi. Arka ikut meletakkan perlahan kepalanya. Sesekali mengembuskan napasnya sebab gundah dirasanya sekarang ini, jikalau hanya sebab Adam Davira bebar-benar menjadi gadis jahat yang dengan mudahnya menyakiti perasaan orang lain, maka Arka akan merasa begitu kecewa.     
0

Dalam diamnya terus berada di sisi Davira sebab ia ingin gadis itu berubah menjadi gadis yang baik. Tak pernah berburuk sangka atau berlaku jahat dengan orang-orang yang sudah menyakiti hatinya. Arka ingin melindungi Davira dengan caranya sendiri. Tak harus menjadi orang pertama yang dicinta, namun sebatas sahabat yang memberi kenyamanan sudah sangat berharga. Jujur saja jikalau ditanya apa rasa yang tepat untuk mendefinisikan perasaannya terhadap Davira, maka ia akan menjawab dengan tegas bahwa dirinya iba! Bukan rasa kasihan ingin memberi namun rasa kasihan ingin melindungi.     

Ia paham benar bagaimana rasa cinta yang diberikan oleh Davira untuk kekasihnya. Tulus, murni, dan suci. Tak meminta imbalan lain selain rasa setia dan segenap perjuangan yang berimbas baik di masa depan. Davira bukan gadis 'matre' yang mengincar uang dan kekayaan. Bukan gadis memandang fisik yang melihat ketampanan dan perawakan semata. Arka mengenal Davira dengan baik. Ketika ia sudah mencintai, maka ia akan memberi segala yang dipunyainya untuk orang yang sedang mencuri hatinya sekarang ini. Adam Liandra Kin.     

Perlahan jari jemari Arka mulai bergerak. Mengusap helai demi helai rambut panjang milik gadis yang ada di sisinya. Menata agar tak mengganggu pernapasan gadis itu sekarang ini. Tatapan matanya tertuju tepat pada lukis wajah ayu milik Davira Faranisa. Serakah memang dirinya, sebab tak hanya posisi sahabat namun Arka ingin menjadi pengganti Adam Liandra Kin. Dusta jikalau ia tak berharap Davira mengakhiri hubungannya selepas perselingkuhan didapati oleh gadis itu. Akan tetapi mau bagaimana lagi, rasa cinta Davira terlalu besar hingga membuat gadis itu menjadi bodoh dan tak berdaya.     

"Segitu cantiknya wajah gue?" Davira mulai berucap. Lirih nada bicaranya, namun sukses menyela aktivitas Arka yang baru saja ingin kembali menatap helai rambutnya yang turun menutupi paras cantik milik Davira.     

Arka menarik tangannya. Mengerang ringan sembari tersenyum dalam posisi tak nyaman begini. "Sangat cantik." Jujur! Kalimat itu memang terlalu jujur untuk orang awam yang tak mengenal hubungan baik Arka Aditya juga Davira Faranisa. Namun untuk gadis itu, hal yang terdengar sudah sangat biasa untuknya.     

Davira kini membuka perlahan matanya. Menatap wajah tampan sang sahabat yang tepat berada di sisinya dengan posisi sama. Saling tatap dalam diam sebelum akhirnya menghela napasnya berat.     

"Lo pasti kecewa sama gue 'kan?" tanyannya melunak.     

Arka tersenyum. "Lo udah tanya itu kemarin."     

"Jawab dengan jujur, lo pasti kecewa sama gue 'kan?" Davira mengulang. Benar, memang benar. Dirinya sudah mempertanyakan itu kemarin malam. Saat hujan bersama Arka merenungi keadaan. Namun gadis itu belum puas. Sebab ia belum mendengar jawaban jujur dari hati Arka yang paling dalam.     

Remaja yang ada di sisinya kini menarik wajahnya. Kembali duduk dengan posisi tegap dan menyandarkan tubuhnya ke belakang. Tak mau mengikuti Davira hanya memutar arah tatapannya.     

"Lo berharap gue menjawab kalau gue kecewa sama lo?" kekeh Arka tertawa ringan. Senyumnya memang manis, akan tetapi Davira paham benar bahwa semua senyum dan tawa kecil itu palsu!     

"Setidaknya gue butuh alasan untuk menyesal suatu saat nanti." Davira ikut tersenyum aneh. Mengakhiri kalimat dengan nada bicara yang aneh pula.     

"Kenapa harus menyesal kalau ini adalah pilihan hati lo?"     

"Karena lo kecewa sama pilihan gue," sahut Davira berkata tegas. Kini ikut menarik wajahnya dan duduk setara posisi dengan remaja yang menjadi lawan bicaranya saat ini. Entah mengapa, Arka terlihat dan terkesan terlalu banyak menyimpan duka sekarang ini.     

Membahagiakan Davira dengan kalimat palsu namun tatapan berkata jujur? Itu tak akan berlaku untuk Davira Faranisa. Seperti halnya Arka yang mengenal Davira, maka Davira juga mengenal baik Arka Aditya.     

"Gue hanya ... hanya ingin bertanya satu hal." Arka kini menoleh. Ditatapnya sang sahabat yang baru saja ikut memberi sorot lensa ke arahnya. Davira menungggu, sebab inilah yang diharapkan olehnya. Arka bertanya perihal mengapa dirinya memilih jalan ini?     

"Kenapa tak mempertemukan Adam dan Davina lalu mengatakan semuanya di depan mereka berdua?"     

Meleset! Arka tak bertanya seperti dalam dugaannya. Remaja itu seakan tak peduli mengapa Davira memilih untuk memaafkan Adam Liandra Kin.     

Tidak! Bukannya Arka tak peduli, namun remaja itu sudah paham benar apa yang menjadi alasannya. Davira mencintai Adam. Davira tak ingin kehilangan remaja itu. Davira mentoleransi satu kesalahan pertama! Ya, gadis itu pasti akan menjawab demikian.     

"Kenapa gue harus melakukan itu? Lagian ini—"     

"Kesalahan pertama dan peringatan untuk Adam?" Arka memotong. Menebak apa yang kiranya ada di dalam pikiran sang sahabat.     

Davira mengangguk sembari menghela napasnya ringan. "Salahkah gue memaafkan orang di kesalahan pertamanya?"     

Remaja jangkung yang duduk di sisinya menoleh. Membuang tatapan dengan embusan napas berat nan kasar. Benar, apapun pertanyaannya dan kemanapun perginya percakapan ini alasannya hanya akan kembali pada tiga kalimat yang sama. Davira mencintai Adam. Davira takut kehilangan Adam. Davira akan mentoleransi satu kesalahan pertama sang kekasih.     

"Setelah perselingkuhan ini, berapa persenkah kepercayaan yang bisa lo berikan untuk Adam?"     

Davira diam sejenak. Kalimat itu sama dengan pertanyaan yang diberikan oleh Raffa sebelum kabar perselingkuhan itu dibenarkan adanya. Dalam jawaban yang diberikan dengan tegas Davira mengatakan bahwa ia akan terus berusaha percaya dengan sang kekasih apapun keadaannya. Akan tetapi sekarang, untuk mengatakan satu persen saja terasa begitu berat dan sulit.     

"Setidaknya gue mencoba untuk kembali percaya."     

"Apa yang sedang lo rencanakan sekarang?" Arka kembali menyahut. Tetap berada di dalam ranah pembicaraan pertama tak akan membuahkan hasil apapun. Jadi ia mengubahnya.     

"Menurut lo?" kelit gadis itu memutar balikkan pertanyaannya.     

"Lo ingin menghancurkan hubungan Adam dan Davina dengan menempatkan Davina sebagai tersangka tak bersalah?"     

Davira tersenyum ringan. "Itu terlalu kejam," tuturnya memalingkan wajah. Arka terdiam. Tatapannya kini berubah. Senyum itu ... Arka mengenalnya dengan baik. Tebakan yang baru saja dilontarkan olehnya ternyata benar adanya. Davira mengubah haluan cara bermainnya. Menjadikan status korban yang ada di dalam dirinya sebagai seorang calon tersangka yang akan menyakiti para korbannya. Entah tujuannya ia berikan pada Davina sepenuhnya atau separuh diberikan pada sang kekasih, Adam Liandra Kin.     

... To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.