LUDUS & PRAGMA

78. Wajah Asli Dari Si Cantik



78. Wajah Asli Dari Si Cantik

0Sepi sesuai dugaan Adam. Hanya ada satu gadis yang masih sibuk mengemasi barang-barang di atas meja. Memasukkannya ke dalam tas punggung pribadinya. Adam berjalan mendekat. Tak menyapa sebab barisan meja tempatnya duduk sedikit jauh dengan gadis bermata kucing yang tak meliriknya sama sekali. Entah sedang berusaha mengabaikan atau ia memang tak tahu perihal kedatangan Adam yang berjalan tanpa menimbulkan suara yang berarti. Akan tetapi, untuk alasan yang kedua Adam rasa bukan itu. Sebab derap langkah kaki terdengar jelas menggema di ruang kelas.     
0

Adam menarik tas punggung miliknya. Sekali ia melirik Kayla yang juga melakukan aktivitas yang sama. Berjalan selepas memastikan bahwa tak ada yang tertinggal di dalam loker mejanya. Langkah kaki gadis itu tegas. Tanpa ada keraguan dengan harap Adam menghentikan langkah kakinya sekarang ini. Jika tidak untuk berbincang setidaknya untuk menyapa dan mengajak keluar kelas bersama. Jikalau ditelisik dengan baik, lama Adam tak berbicara ringan dengan mantan teman dekatnya itu. Selepas hubungannya dengan Davira terpublikasi di mata umum, Kayla seakan menyingkir. Menunjukkan pada dunia bahwa Kayla bukan lagi gadis baik yang selalu ada di sisi Adam Liandra Kin.     

Remaja itu melihat gantungan tas yang diberikannya untuk Kayla ada di dalam tong sampah depan sekolah. Bukan mengecek dan mengobrak-abrik isi tong sampah, namun Adam melihat Kayla melepas dan membuangnya begitu saja. Seakan ingin menegaskan begitu cara Adam membuang Kayla dari kehidupannya.     

"Kay," panggilnya kemudian. Memutuskan untuk tak menyesali apapun jikalau gadis itu benar pergi menjauh dari dirinya sekarang ini, Adam memutuskan untuk memanggil dan menghentikan langkah kaki Kayla Jovanka.     

"Lo manggil gue?" Kayla menunjuk tepat ke arahnya sendiri. Memastikan bahwa yang baru saja didengar samar oleh lubang telinganya adalah sebuah kebenaran.     

"Hm. Hanya ada kita di sini." Adam menyahut. Canggung mulai terasa bersama sepi yang datang dalam sepersekian detik menyela. Seakan tak ada yang ingin dikatakan oleh gadis itu teruntuk remaja yang pernah begitu dicintainya.     

"Gak jadi ngomong? Kalau gitu gue pergi." Kayla kembali berucap. Menyela kala diam yang membosankan dipilih Adam sesaat selepas sukses menghentikan langkah kaki gadis bermata kucing itu.     

"Gue mau minta maaf." Adam menarik ujung tas punggung milik Kayla. Membuat henti langkah kembali diambil olehnya. Gadis itu menoleh. Melirik genggaman tangan Adam yang kuat mencengkram ujung tas miliknya. Genggaman Adam mulai melunak. Menghela napasnya kala sadar bahwa Kayla tak menyukai aksi itu. Alih-alih menggenggam pergelangan tangannya dengan sopan untuk menginterupsi, Adam lebih memilih untuk menahannya dengan cara begitu.     

"Minta maaf untuk apa?"     

Remaja jangkung itu melipat bibirnya. Kembali mengembuskan napas untuk mencoba tetap dalam kondisi tenang tanpa memperlihatkan rasa canggung dan atmosfer aneh yang baru saja menyelimutinya bersama si lawan bicara.     

"Semuanya. Tentang perpisahan yang gak—"     

"Apa yang dilakukan Davira sore ini ... adalah ulah gue." Kayla menyela. Memotong kalimat remaja jangkung yang kini tegas memberi tatapan padanya. Adam masih dalam diamnya, sebab belum mengerti apa maksud dari kalimat milik Kayla barusan itu?     

"Soal Davira yang memeriksa ponsel lo secara tiba-tiba. Memergoki kalian berdua dan mengendalikan pertemuan lo sama Davina, itu semua ulah gue." Kayla mempersingkat. Tak ingin menjelaskan panjang lebar hanya untuk berbasa-basi dengan Adam.     

Tak rindu? Sangat rindu! Kayla sangat ingin berbincang dengan Adam Liandra Kin. Mendengar suara remaja jangkung itu bercerita pasal harinya, permasalahan yang sedang terjadi, bahkan tentang apa yang dirasakannya hari ini adalah hal sederhana yang amat dirindukan olehnya sekarang ini. Dua tahun, mungkin lebih. Gadis itu tak pernah lagi berbincang ringan dengan Adam.     

Bukankah semesta itu jahat? Ia mengenal Adam terlebih dahulu. Menemani remaja itu dari bawah sebelum ia dikenal sebagai Adam Liandra Kin si kapten basket yang penuh kharisma. Kayla-lah gadis yang selalu ada di sisi Adam dengan setia, namun mengapa dirinya juga lah yang tersingkir pertama kali dengan cara yang menyakitkan dan menyedihkan? Adam meninggalkan dirinya pergi begitu saja, tanpa mau memberi penghargaan atas apa yang sudah dilakukan olehnya sebelum ini.     

"Kamu gak terkejut bahkan gak marah?" tanya Kayla memutar tubuhnya. Tegas ia menatap Adam. Memberi sebuah senyum aneh untuk meragukan bahwa amarah tak ada di dalam diri remaja jangkung itu. Kayla yakin, Adam pasti sedang memendam amarah dan kekesalan sebab dirinya ia harus memutuskan hubungan dengan Davina.     

"Kenapa gue harus marah?" tanya Adam berkelit. Menyahut dengan nada ringan dan lirih seakan benar tak ada beban yang mengganggu di dalam dirinya sekarang.     

Kayla tersenyum miring. "Gak usah pura-pura lagi, Dam. Hanya ada kita di sini. Katakan saja apa yang ingin lo katakan sama gue. Lo takut gue akan ngadu ke Davira?"     

Adam diam. Bungkam membisu untuk terus mengamati gadis yang benar-benar berubah untuk dirinya. Kayla yang dikenal olehnya bukan seperti ini. Memang jahat dan licik, namun bukan untuk dirinya.     

"Cih, Davira gak akan percaya dan mau dengar apapun perkataan dari gue. Jadi jangan khawa—"     

"Tapi tadi dia percaya sama lo." Adam menyela. Sukses membuat Kayla bungkam dan mengunci rapat bibirnya. Benar, Davira tadi mempercayai dirinya.     

"Kenapa lo melakukan itu?" Adam kembali membuka mulutnya. Tak ingin meneruskan pembicaraan yang sebelumnya, Adam mengubah arah topik perbincangan mereka sore ini.     

Kayla memutar tatapannya. Sejenak menatap ke arah lain sembari menghela napasnya kasar. Perlahan tangannya terlipat rapi di atas perut. Kembali menarik perhatian Adam kala senyum seringai terlukis jelas di atas paras cantik oriental miliknya.     

"Lo beneran gak tau?" tanya Kayla berkelit. Remaja yang ada di depannya kini menggeleng samar. Menyipitkan matanya untuk menelisik kiranya apa arti tatapan dan senyum dengan tawa ringan nan singkat yang diberikan Kayla Jovanka untuk dirinya sekarang.     

Dari berbagai macam reaksi dan respon serta mimik wajah gadis itu selama dekat dengan Adam, ada satu yang tak pernah dilihat olehnya, yaitu ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh Kayla sore ini.     

"Karena gue benci sama lo." Kayla menegaskan. Kini semakin tegas mengembang senyum seringai seakan ingin memperingatkan Adam bahwa Kayla bukan lah gadis bodoh yang bisa dipermainkan olehnya lagi seperti dulu. Kayla yang berdiri di depan Adam adalah gadis tangguh yang tak akan segan-segan untuk menghancurkan hidup remaja jangkung itu.     

"Bukankah ini sempurna? Semesta sedang memihak gue sekarang." Gadis itu memajukan langkah kakinya. Membuat Adam semakin tegas memberi tatapan padanya sekarang.     

"Davira ingin membalas Davina dan gue memanfaaatkan itu untuk menghancurkan hidup lo. Game yang menyenangkan bukan? Kalian bertiga ... hanya gerombolan remaja bodoh yang ada di bawah kendali gue sekarang," tuturnya tertawa aneh. Adam menghela napasnya tak percaya. Sejahat itukah Kayla sekarang ini?     

... To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.