LUDUS & PRAGMA

80. Diskusi Dua Gadis Gila



80. Diskusi Dua Gadis Gila

0"Mau jadi partner gue untuk menghancurkan mereka? Adam dan Davina?" Kalimat itu masih melekat jelas di dalam kepala gadis berambut panjang yang diikat ala kadarnya. Menatap lawan bicara yang kini menyeruput kasar susu hangat buatan sang mama. Kayla terus menatap ke luar jendela kamarnya. Seakan tak ingin acuh pada gadis yang sudah diganggu oleh dirinya malam ini. Kalimat penutup percakapan sebelum sang mama masuk dan menyela itu sukses mendiamkan Davira selama beberapa menit. Seakan tak ada jawaban pasti yang bisa dikatakan olehnya sekarang ini.     
0

Davira ingin menghancurkan siapapun yang sudah menyakiti dan mengkhianati dirinya. Namun, Adam berada di dalam nama pengecualian untuk Davira sekarang ini. Target buruannya hanya si gadis sialan Davina Fradella Putri. Orang yang ada di dalam genggamannya untuk dihancurkan perlahan oleh Davira Faranisa.     

Kayla ingin membantunya? Tidak, itu tidak mungkin. Gadis itu adalah nama pertama yang akan disebut oleh Davira ketika seseorang mempertanyakan siapa gerangan manusia di muka bumi yang paling dibenci olehnya sekarang ini? Maka Kayla Jovanka adalah jawaban dari pertanyaan itu. Davira yakin bahwa Kayla juga merasakan hal yang sama. Kebencian yang menggebu-gebu di dalam diri teruntuk Davira Faranisa.     

Mengajaknya untuk ber-partner? Tertawa! Adalah respon pertama yang diberikan oleh Davira jikalau itu benar terjadi. Gadis bermata kucing itu tak mungkin menginginkan hal semacam itu.     

"Kenapa ngeliatin gue kayak gitu?" Kayla menyela kala tak sengaja tatap mata indahnya menangkap perubahan ekspresi wajah Davira yang aneh dan menyebalkan. Dirinya menjamin bahwa Kayla masuk dan duduk di sini sebagai seorang tamu yang layak dihormati, bukan sebagai seorang pencuri yang ingin mengambil barang rumah curiannya.     

"Jelaskan." Davira menjawab. Kalimat singkat yang sukses membuat Kayla menyipitkan matanya. Mencoba menerka apa kiranya yang dimaksud oleh Davira dengan perintah singkatnya itu? Apa yang harus dijelaskan? Bukankah kehadiran Kayla sudah dikatakan maksud dan tujuannya tadi?     

"Kalimat tentang menghancurkan Adam dan Davina."     

Kayla kini tersenyum seringai. Meletakkan gelas yang ada di dalam genggamannya kemudian menatap lawan bicaranya. Ia tak menyangka kalau Davira akan tertarik dengan tawaran bodohnya. Berkerja sama? Tidak! Kayla hanya ingin mencari bala bantuan terbaik untuk sementara waktu sebelum ia bisa melakukannya sendirian. Menghancurkan Adam!     

"Gue pengen menghancurkan nama baik Adam di muka umum. Gue muak dengan berita, kata-kata, dan pujian bahwa Adam adalah laki-laki idaman yang pantas dijadikan seorang kekasih." Kayla mulai menjelaskan. Menarik piring berisi kue kering dengan olesan susu putih di atasnya.     

"Gue muak mendengar semua mengelu-elukan nama Adam. Dia tampan, dia berbakat, dan dia setia pada pasangannya. Mereka juga bilang bahwa Adam Liandra Kin seorang anak baik yang mencintai keluarganya. Mencintai adik dan—"     

"Lo muak karena lo gak bisa berteriak dan menyanggah kalimat itu?" tanya Davira menyeringai. Memotong kalimat yang baru saja ingin dilanjutkan oleh Kayla.     

Gadis yang kini mulai menggigit kue kering dan mengunyahnya kasar itu mengangguk ringan. Mengerang seakan menyetujui kalimat pintar yang diucapkan oleh Davira. Tepat dugaan, kalau gadis sialan itu adalah gadis yang peka terhadap lingkungannya, meskipun banyak yang mengatakan bahwa Adam-lah yang lebih peka terhadap hubungan mereka berdua.     

"Lo gak muak juga setelah mengetahui fakta yang sebenarnya?" Gadis itu kembali bertanya. Menyipitkan mata sembari sesekali tersenyum aneh. Mencoba untuk mempengaruhi gadis cantik berwajah polos sebab tak ada make up yang menghiasi paras cantiknya sekarang ini.     

"Muak atau enggak itu bukan urusan lo," sahurnya ketus.     

Kayla tertawa ringan. Menghabiskan kue kering yang ada di dalam genggamannya kemudian memalingkan wajah. Entah apa yang ingin ditatapnya sekarang ini, di luar balkon kamar pribadi Davira tak ada yang menarik sama sekali.     

"Melihat lo tertarik dengan tawaran gue, pasti lo mulai muak." Kayla menimpali. Asal menebak untuk kembali memancing Davira masuk ke dalam pembicaraan menarik malam ini.     

Gadis itu menyeringai. "Lo tau benar bagaimana perasaan gue ke Adam, mengatakan bahwa lo berniat untuk menghancurkan Adam di depan gue sama artinya lo sedang melempar diri lo sendiri dalam lubang penuh ular berbisa."     

"Lo benar. Tapi bagaimana jika gue membawa umpan yang lebih menarik?" kelitnya mulai bermain kata.     

Wajahnya tak memiliki ekspresi namun tak kendur. Alisnya tampak diam namun sebenarnya ia sedang mencoba untuk tetap dalam kondisi tenang. Tatapannya tegas seakan sedang mewaspadai sesuatu sekarang ini, seakan bersiap untuk serangan berikutnya yang mungkin lebih baik lagi sama mendiamkan gadis itu.     

"Lo gak menjawab karena lo gak punya jawaban atau karena lo malas untuk menjawab?" Kayla tertawa kecil. Berakhir pada sebuah senyum aneh yang semakin tegas nan jelas terlukis di atas paras cantik oriental milik Kayla Jovanka.     

"Ular lebih tertarik dengan apa yang mengganggunya di awal. Umpan semahal apapun—"     

"Lo menghancurkan Davina lewat gue dan dari itu gue juga akan menghancurkan Adam." Kayla menyela. Memotong kalimat gadis yang baru saja ingin kembali pada permainan kata tak penting untuk mengulur waktu mereka berdua sekarang ini.     

Davira memalingkan wajahnya. Sesekali terlihat senyum seringai ada menghias untuk memberi respon pada gadis sialan yang sudah menerobos masuk ke dalam kamar pribadinya. Tanpa kesopanan ia bahwa membuat Davira terlihat benar-benar bodoh sekarang ini. Menghancurkan Adam? Itu sama dengan ia menghancurkan dirinya sendiri.     

"Gue mencintai Adam, dan gue akan melakukan dengan cara gue sendiri untuk—"     

"Untuk menghancurkan Davina?" Lagi-lagi Kayla menyela. Kini kesan yang tergambar adalah paksa darinya agar Davira mau menjadi bagian dari rencana bodohnya untuk membalas luka yang diberikan Adam teruntuk Kayla Jovanka di masa lalu. Menggunakan kelemahan dan keresahan Davira sebagai tameng terbaik dan senjata paling ampuh yang dimiliki oleh Kayla saat ini.     

"Apa yang akan lo lakukan? Baiklah. Katakan saja sore ini, bagaimana jika Adam tidak bertemu dengan lo tadi di lorong sekolah? Akankah ia memutuskan Davina?"     

Provokasi dengan api yang bagus! Itulah cara Kayla menghancurkan satu persatu musuhnya. Davira bukan targetnya memang, sebab tujuan utama yang diinginkan Kayla adalah Adam mampu merasakan apa yang dirasakan olehnya sekarang ini. Menjadikan rasa sakit yang dirasakan oleh Davira sebagai peluru yang mematikan adalah alasannya datang ke rumah Davira malam ini.     

"Jangan berdusta dengan mengatakan bahwa lo masih mempercayai Adam setelah semua pengkhianatan ini. Lo pasti ragu juga 'kan kalau Adam malam ini enggak—"     

"Pergi." Davira menyela. Memotong kalimat milik Kayla yang baru saja menyentakkan kedua alisnya kompak.     

"Gue bilang pergi!" sentak Davira memerintah. Kali ini ia benar ingin mengusir Kayla. Jika tidak, mungkin saja Davira tak bisa menahannya lagi.     

... To be Continued ....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.