LUDUS & PRAGMA

102. Gadis Bodoh Tak Tahu Diri



102. Gadis Bodoh Tak Tahu Diri

0Suasana aneh terjadi kala dua musuh bertatap dalam satu titik yang sama. Bertemu di tempat sepi yang mendukung pertengkaran serta suasana yang memberi point penambah untuk segera beradu argumen. Di lorong sekolah inilah Davina menatap tajam lawan mainnya. Gadis bermata kucing dengan wajah oriental dan kulit putih bersih tak ada luka yang menghias di atas paras cantiknya. Gadis itu kini berjalan mendekat selepas langkahnya terhenti sejenak sebab ia tak menyangka akan bertemu Kayla Jovanka selepas keluar dari kamar mandi perempuan di ujung lorong. Gadis itu berniat ingin mengabaikan. Langkahnya ia pertegas untuk bisa melalui posisi berdiri Kayla yang seakan ingin menghadang dirinya di tengah lorong.     
0

Kayla menarik kasa pergelangan Davina kala gadis itu tepat berada di sisinya. Matanya menoleh. Menelisik arti tatapan gadis yang memberi kilatan tajam padanya. Davina jelas tak menyukai adegan ini, permusuhannya dengan Kayla semakin hari semakin pelik saja. Tak pernah ada kata damai menghias di antara keduanya. Saling hindar dalam tatap dan temu adalah cara mereka untuk menjaga kenyamanan. Akan tetapi, semesta memberi keduanya ijin untuk saling beradu tatap juga kalau perlu, beradu kalimat dan argumen di sini.     

"Lepasin." Davina melirih. Tepat memberi tatapan pada gadis yang tersenyum aneh selepas mendengar kalimat darinya. Bukan melunak, Kayla mempertegas cengkraman jari jemarinya untuk menahan Davina tetap berada di posisinya sekarang ini.     

Gadis berambut panjang itu merintih kala merasakan pergelangan tangannya yang panas dan perih. Sesak rasanya sebab kuat Kayla mengcekramnya.     

"Gue bilang lepasin!" sentaknya sigap melepas kasar cengkraman tangan gadis sialan di sisinya itu.     

Kayla tertawa ringan. Memutar tubuhnya serong untuk bisa menatap dengan benar lawan bicaranya kali ini. Ia tak tahu, jikalau kalimat yang terucap dari mulut sialan Davina dua tahun lalu dengan menegaskan bahwa dirinya akan mengambil semuanya dengan cara yang lebih elegan adalah dengan mempertaruhkan harga dirinya sebagai seorang perempuan. Menjadi selingkuhan Adam? Dirinya terlihat sangat kotor sekarang ini.     

"Lo tertawa?" Davina mengenaskan. Matanya menyipit sembari sesekali berdecak ringan. Entah mengapa ia sangat membenci Kayla.     

"Jadi ini maksud kalimat bahwa lo akan bertindak dengan cara yang lebih elegan dari pada gue?" Kayla bertanya dengan nada ringan. Ia tertawa lepas kala yang diajak berbincang hanya diam tak menyahut. Terus ditatapnya si lawan bicaranya yang terkesan sangat kurang ajar siang ini. Kayla sedang menghina Davina? Tentu! Memangnya apa lagi arti dari tawa dan tatapan meremehkan itu?     

"Hei, Davina Fradella Putri! Please, wake up!" Gadis bermata kucing itu menepuk-nepuk kasar pundak gadis setara tinggi dengannya. Masih dengan tawa yang sama ia ingin menunjukkan betapa menyedihkannya Davina sekarang ini.     

"Cara lo ... Lebih kotor dari serangga pengurai sampah dan kotoran di atas tanah," tuturnya penuh penekanan.     

Kayla kini melangkahkan kakinya. Lebih dekat dan intim lagi pada gadis yang masih kokoh dalam diamnya kali ini. Tak ada yang ingin banyak dikatakan oleh Davina, sebab ia menunggu Kayla untuk melepaskan segala kalimat yang ada di dalam kepalanya sekarang ini.     

"Lo cuma jalang sialan yang gak tau malu!" katanya mempertegas setiap kata dan kalimat yang diucap oleh Kayla. Ia kembali tersenyum lebar. Mempertajam tatapan untuk gadis yang ada di depannya.     

"Mati aja—" Plak! Tamparan keras mendarat tepat di atas pipi Kayla. Gadis itu terpelanting sebab tak siap untuk menerima sesuatu yang menghantam kasar tubuh rampingnya.     

Perlahan ia menghela napasnya. Kembali berdiri tegap dengan posisi membelakangi Davina. Kayla mengusap pipinya perlahan. Perih dan pedih. Dalam tebakannya pasti wajahnya sedang memerah sekarang ini. Haruskah ia membalasnya? Memberi tamparan pada gadis yang kini kembali menarik pundaknya dengan kasar.     

Tubuh Kayla berputar dengan cepat. Kembali menghadap Davina yang menatapnya dengan tajam bak seekor singa yang sedang membidik mangsanya.     

"Sekarang giliran gue!" susulnya selepas melayangkan tamparan keras pada lawan bicaranya.     

"Lo melakukan ini sebab sedang menjilat ludah lo sendiri?" tanyanya tersenyum miring. Ia mendorong tubuh Kayla untuk menjauh darinya sekarang. Melirik pipi tirus gadis itu yang mulai memerah. Lorong ini tak terjangkau oleh CCTV sekolah, jadi mereka bebas melakukan apapun asalkan tak menimbulkan kegaduhan yabg menyita seluruh perhatian publik. Bahkan jikalau Davina membunuh Kayla dan membuang mayatnya di dalam gudang sekolah pun, tak akan ada yang datang kemari siang ini.     

"Bagaimana rasanya menjilat ludah sendiri? Enak?" Davina kini berjalan mendekat. Satu langkah membuat Kayla semakin terpojok. Tatapan gadis itu tak melunak sama sekali. Amarah tumbuh di dalam diri keduanya. Tak ingin kalah dan akan mengedepankan ego yang ada, bahkan jikalau ini terus berlanjut Kayla dan Davina mungkin akan saling menghajar satu sama lain.     

"Lo mulai berpihak sama Davira setelah kalah melawan gue?" Gadis itu memberi penekanan. Semakin kuat melangkah untuk memojokkan Kayla tepat di dinding lorong yang ada di belakang punggung gadis bermata kucing itu.     

Bukan Kayla namanya kalau hanya diam selepas mendapat tamparan yang melukai paras cantiknya. Gadis itu membalas! Tangannya sigap mendorong pundak Davina. Membuat tubuh gadis itu mundur dengan kasar tak terkendali. Ia mendesah kasar. Tersenyum seringai kala aksi tiba-tiba Kayla sukses membuat dirinya benar-benar jengkel!     

"Lo—" Davina sigap mengayunkan tangannya. Berniat menarik rambut panjang berkuncir kuda itu untuk membuat Kayla jera. Namun, gadis bermata kucing itu mencegahnya. Ia menepis kasar tangan Davina Fradella Putri. Menghempaskan tubuh sang gadis dengan kasar hingga jatuh tersungkur di atas lantai.     

Davina merintih. Sigap ia segera mendongakkan kepalanya untuk mendapat kedatangan Kayla. Benar-benar iblis tak tahu diri! Bisa-bisanya ia berlaku kasar dilingkungan sekolah?     

Kayla kini tersenyum manis. Ikut berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan gadis yang belum sempat kembali berdiri itu.     

"Gue adalah Kayla Jovanka," ucapnya lirih. Menempatkan ujung jari telunjuknya tepat di atas dahi Dahinya. Ia mendorongnya. Membuat kepala gadis itu mendongak kasar.     

"stupid girl!" Ia menegaskan. Kembali meletakkan jari telunjuknya di atas dahi lawan bicaranya. Kedua kalinya ia mendorong dahi itu. Membuat kepala Davina lagi-lagi mendongak dengan kasar.     

"Damn girl!" susulnya mengumpat.     

"Don't underestimate me!" Ia memungkaskan kalimatnya dengan penuh amarah. Sukses membuat lawan bicaranya bungkam seribu bahasa. Benar, dirinya belum mengenal siapa itu Kayla Jovanka. Davina tak pernah seceroboh ini sebelumnya. Melihat bagaimana lawannya bermain sebelum balik menyerang dirinya adalah cara gadis itu menjalani kehidupan sebelumnya. Namun, baru saja ia melakukan kesalahan.     

"Kalian ngapain di situ?" Seseorang menyela keduanya. Sukses membuat Kayla mendongak dan menatap ke arah sumber suara. Wajah tua itu, Kayla mengenalnya. Si penjaga sekolah yang cerewetnya minta ampun.     

"Astaga! Davina! Hati-hati kalau jalan, gimana bisa jatuh terpeleset seperti ini?" tutur Kayla menambah volume bicaranya. Membuat si penjaga kini berjalan mendekat ke arah keduanya.     

"Bangun," ucap Kayla tersenyum manis sembari mengulurkan tangannya.     

Davina menatap paras gadis itu, persetanan gila nenek sihir ini!     

.... To be Continued ....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.