LUDUS & PRAGMA

122. Pungkasan Terbaik



122. Pungkasan Terbaik

0"Sayangnya ... lo adalah gadis bodoh di sini, bukan Davira." Arka menutup tawanya. Menepuk pundak gadis yang ada di sisinya kemudian mulai melangkah jauh. Meninggalkan gadis yang masih memutuskan diam untuk sejenak.     
0

"Bagaimana jika kesempatan ini tak bisa datang lagi? Lo akan terus menyimpan rasa bodoh itu?" Davina kembali menyela langkah Arka. Menarik tatapan serta gerak kaki jenjang milik remaja itu untuk terdiam dan kembali menatap dirinya.     

Arka menghirup napasnya dalam-dalam. Membuangnya perlahan sembari mulai berjalan kembali pada posisi awalnya. Ia menatap dengan benar, gadis cantik yang tak menggunakan kecantikan dengan benar. Wajahnya memang ayu, fisiknya sempurna dan senyumannya menawan hati, namun sayang hatinya sangat busuk. Iblis ada dan hidup di dalam jiwanya sekarang ini. Hanya sebab dibutakan oleh cinta, dirinya bisa mengkhianati persahabatan yang dimulainya dua tahun silam.     

"Pertama gue mengatakan ini karena kita pernah berteman baik. Davina ... berhentilah," ucapnya memulai kalimat.     

"Kedua, lo adalah orang yang paling bodoh sekarang ini. Lo pikir Adam akan memilih lo nanti?" Arka menghembuskan napasnya lagi. Berat jikalau dirasa dengan benar. Davina terlalu bodoh dengan keputusannya sekarang ini. Bersama Adam tak akan pernah bisa membuatnya benar-benar bahagia. Ia memang bisa memiliki raga seorang Adam Liandra Kin, namun tidak dengan hatinya.     

"Adam mengawali hubungan kalian dengan kebohongan, lo pikir dia akan mengakhirinya dengan apa?" Remaja jangkung itu kembali berucap. Skakmat! Ia ingin membuat Davina sedikit mengerti sekarang. Apapun langkah yang diambil olehnya gadis itu sekarang ini, tak akan pernah membuat dirinya bahagia dan lega.     

"Jangan mengurusi apa yang akan terjadi dengan gue di masa depan. Tapi pikirkan masa depan lo juga," ucapannya menutup kalimat. Kini Arka kembali memutar tubuhnya. Memulai untuk berjalan pergi meninggalkan Davina di sana. Gadis itu tak tinggal diam. Baginya, percakapan dengan Arka belum usai sebelum ia benar mendapatkan kepuasan.     

"Lo pikir Davira akan memaafkan Adam?" Davina kini melangkah. Mendahului Arka dan kembali menghadang langkah kaki remaja itu. Ditatapnya dengan benar dan penuh keseriusan wajah Arka. Tampan memang, namun sangat menyebalkan. Membuat Davina ingin meludah tepat ke arahnya.     

"Davira akan memutuskan Adam dan lo pikir ke mana Adam akan pergi?" tangannya meraih pundak remaja jangkung yang ada di depannya. Mengusapnya perlahan sembari terus tersenyum manis. Kalah dalam berbicara bukan cara Davina untuk menghadapi musuhnya.     

"Dia akan datang ke gue," ucapnya penuh penekanan. Kembali bibirnya melengkung indah. Tersenyum manis untuk mengakhiri percakapan mereka berdua saat ini.     

"Lo yakin itu?" ucap Arka menyela. Kali ini ia yang sukses menghentikan langkah Davina. Membuat gadis itu kembali terhenti dan memutar tubuhnya cepat.     

Sangat menyebalkan!     

"Adam berselingkuh dengan gadis yang sabar dan penyayang seperti Davira, lo yakin dia gak akan pernah berselingkuh dengan gadis lain?"     

"Davina, hal yang paling bodoh dilakukan oleh seorang gadis cantik seperti lo adalah mempercayai bahwa seorang laki-laki itu setia." Remaja itu mengimbuhkan. Memungkaskan kalimatnya untuk terakhir kali. Ia tak ingin berhenti lagi. Tak ingin terlibat percakapan dengan gadis sialan nan menyebalkan itu. Jadi, Arka Aditya mempercepat langkahnya.     

Remaja itu melakukan ini bukan sebab ingin melindungi Davira. Ia percaya bahwa gadis itu bisa melindungi dirinya sendiri selepas semua yang terjadi padanya. Arka melakukan ini dan mengikuti kemana Adam serta Davina pergi juga memulai perdebatan dengan gadis itu sebab ia ingin melindungi dirinya sendiri. Jikalau Davira terluka lagi, maka dirinya yang akan merasakan rasa sakit yang luar biasa sakitnya.     

Ya, sejauh ini Arka hanya ingin melindungi dirinya sendiri.     

°°°°°°°°°° LudusPragmaVol2 °°°°°°°°°°     

Adam berlari. Tepat menaiki satu persatu anak tangga untuk menghantarnya menuju rooftop bangunan sekolah. Di sana ia melihat tubuh sang kekasih yang duduk sendirian sembari meminum sekotak susu kesukaannya. Remaja itu mulai menghela napasnya kasar. Mencoba mengatur napasnya yang tersengal-sengal sembari terus berjalan ringan mendekati Davira. Gadis itu nampak tenang, tak terganggu bahkan tak bangkit dari posisinya duduk selepas melirik kedatangan Adam yang berlari cepat untuk menjangkau posisinya sekarang ini.     

Adam terdiam. Tepat berdiri di sisi sang kekasih yang duduk rapi di atas bangku panjang sudut rooftop sekolah.     

"Tumben kamu ke sini?" tanya Adam menelisik. Benar, sangat asing melihat Davira duduk sendirian dengan buku tebal yang ada di atas pangkuannya.     

Gadis itu tersenyum. Menepuk sisi bangku panjang untuk memberi isyarat pada sang kekasih agar duduk di sisinya. Adam mengikuti. Duduk rapi dengan terus melirik sang kekasih yang terlihat biasa saja sekarang ini. Dalam dugaannya, Davira kembali tahu pasal perselingkuhan yang kedua kali dirinya lakukan. Akan tetapi, melihat ketenangan yang ada di atas paras cantiknya Adam menutup semua praduga itu. Davira belum tahu apapun.     

"Mau susunya? Ambi aja." Davira menawarkan satu kotak susu yang belum dibuka bungkusnya.     

Adam mengangguk ringan. Tersenyum ringan kemudian meraih tangan kiri Davira dan menggenggamnya erat. "Kenapa duduk sendirian di sini? Ada masalah?" tanyanya melirih. Nada bicaranya sangat hangat dan meluluhkan. Seakan ingin mencoba menenangkan hati Davira yang mungkin saja sedang kalut sekarang.     

"Gak papa, lagian minggu depan tempat ini akan ramai sebab semua orang akan datang untuk belajar. Ini adalah tempat terbaik untuk belajar bukan?" tutur Davira tersenyum ringan. Selepas sang kekasih menelepon dirinya dan menanyakan keberadaan gadis itu beberapa menit yang lalu, Davira mengusir Kayla pergi dari sini. Cepat ia turun ke bawah untuk mengambil buku dan membeli dua susu untuk memperkuat alibinya. Sebab dalam alasan Davira, ia sedang berada di rooftop bangunan gedung kedua untuk menyisihkan diri dari keramaian dan mulai belajar sebab ujian sudah dekat.     

"Kenapa gak ajak aku?" Adam kembali membuka suaranya. Kini menggeser tubuh agar lebih intim dengan sang kekasih. Remaja itu menarik dagu Davira. Membuat gadis itu mau tak mau harus menatap sang kekasih dengan tegas.     

"Aku kangen kamu," ucapnya mengimbuhkan.     

Davira tersenyum manis. Menganggukkan kepalanya tanda mengerti apa yang dikatakan oleh kekasih sekarang ini. Perlahan wajah Adam mendekat. Tepat mengarahkan bibir merah mudanya untuk kembali mengecup bibir mungil milik sang kekasih. Davira diam, tak berkutik atau menolak dengan memalingkan wajahnya sekarang ini.     

Perlahan aroma tubuh Adam mulai tercium jelas oleh lubang hidungnya. Davira menyukai aroma tubuh sang kekasih. Juga Davira menyukai embusan napas ringan yang kini menerpa permukaan pipinya secara konstan.     

Ia merasakannya. Kecupan manis yang berakhir dengan lumatan kecil dari pergerakan bibir sang kekasih. Nyaman, sangat nyaman. Bahkan dengan perasaan seperti ini saja, Davira sangat nyaman! Ia tak ingin melepas kecupan itu. Rasanya seperti semua dunia memihak padanya sekarang. Membuatnya lupa bahwa Adam tak seutuhnya milik Davira, namun secara tak sengaja ia membagi Adam pada Davina Fradella Putri.     

Rasanya sangat menyesakkan.     

... To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.