LUDUS & PRAGMA

81. Alur Senja



81. Alur Senja

0Wajahnya memerah. Masam tanda tak suka akan kehadiran Kayla yang semakin kuat memberi pengaruh buruk padanya. Davira bangkit, menunjuk jauh ke luar pintu kamar yang sedikit terbuka untuk membiarkan celah cahaya lampu ruangan luar masuk ke dalam kamarnya. Gadis yang diusir masih kokoh di tempatnya. Menyilangkan kaki rapi sembari tersenyum seakan hati sedang berseri-seri.     
0

"Gue bilang keluar." Davira mengulang. Kali ini mempertegas kalimatnya namun dengan volume rendah seakan tak berminat untuk kembali membentak gadis di sialan yang ada di depannya itu.     

"Lo pasti mulai goyah 'kan?" Kayla memancing. Tak puas dengan rentetan kalimat yang sebelumnya ia lontarkan pada Davira, kini gadis itu mencoba hal baru yang lebih 'asik' lagi.     

"Gue gak akan bekerjasama dengan gadis sialan yang ceroboh. Gue gak akan membiarkan Adam hancur hanya karena orang seperti lo."     

Gadis bermata kucing itu bangkit. Ditatapnya sepasang lensa indah yang menajam sembari sesekali membulat sempurna. Telinganya memerah. Memendam amarah ingin menampar pipi tirus milik Kayla Jovanka malam ini. Seharunya, Davira sudah mengusir gadis sialan itu beberapa menit yang lalu. Tak menerimanya datang dan berkunjung sebagai tamu jikalau seperti ini akhirnya.     

Davira tak ingin banyak menaruh rasa curiga pada sang kekasih, meskipun dalam diam ia merasakannya. Kayla benar, Davira mempertanyakan banyak hal sekarang ini. Apa yang dilakukan oleh sang kekasih? Benar nyatakah adegan yang dilihatnya tadi sore? Bagaimana jikalau selepas itu, Adam kembali pergi menemui Davina dan meminta maaf? Ya! Semua pertanyaan gila itu memang sedang memenuhi di dalam kepalanya. Akan tetapi, Davira adalah Davira. Gadis kokoh yang tak akan pernah remuk hanya sebab hal seperti ini.     

"Pergi selagi gue masih meminta dengan baik. Jika gue teriak dan mama datang, lo akan dalam masalah besar," ucapnya memberi peringat.     

Kayla menganggukkan kepalanya ringan. Kini benar berdiri dan merapikan apapun yang terlihat aneh di dalam dirinya. Sekilas mata memandang wajah kesal itu. Davira benar-benar gadis bertemperamen buruk yang suka mengacau. Bukankah hal yang bagus ketika menerima tawaran darinya? Davira bisa memperoleh informasi perihal Davina dan Adam dari Kayla seperti sore ini. Pesan masuk yang ada di dalam ponsel Adam, tertangkap oleh sepasang lensa milik Kayla. Melaporkannya pada Davira adalah langkah selanjutnya yang memicu reaksi dan pertemuan di lorong sekolah antara dua remaja bodoh itu, toh juga kadang kala ... dirinya berkerja sama dengan Arka Aditya.     

"Jaga Adam dengan baik, karena gue pasti akan menghancurkannya." Kayla menutup kalimat. Tersenyum aneh kemudian memutar pandangan bersama tubuh tinggi nan ramping miliknya. Ia akan pergi, sebab baginya tak akan ada lagi yang bisa dibicarakan dengan Davira malam ini. Gadis itu sudah terbawa suasana. Amarah yang menggebu-gebu akan menjadi bom waktu untuk Kayla Jovanka jikalau tetap memilih ada di tempat ini.     

"Soal Arka!" Davira mencegah. Menghentikan langkah kaki Kayla yang baru saja ingin mendekat ke ambang pintu     

Gadis itu menoleh. Tersenyum aneh kala nama Arka disebut. Benar, ia belum membahasnya.     

"Mumpung lo ada di sini, gue ingin tanya sesuatu." Davira berjalan mendekat. Terhenti tepat kala posisi dirasa cukup untuk mendekati Kayla Jovanka dan berbicara lebih intim dan rahasia.     

"Apa yang lo lakukan ke Arka? Lo juga mempengaruhi dia seperti ini?" tanyanya menyipitkan mata. Mencoba menerka perubahan ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh Kayla.     

Ia tersenyum. Merekahkan lengkungan indah di atas bibir merah muda tipis dengan polesan lip gloss yang membuatnya terkesan manis dan elegan. Kayla berjalan mendekat. Berhenti kala ujung sepatu mereka saling bersentuhan. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga kiri Davira. Membuat gadis itu menunggu kala embusan napas mulai tegas menerpa permukaan kulit telinganya.     

"Dia bukan Arka yang lo kenal seperti dulu lagi," bisiknya berucap. Davira menoleh cepat. Menatap sepasang lensa yang berbinar seakan menyiratkan kepuasan selepas mata gadis yang menjadi lawan bicaranya tegas membulat. Tak paham juga mampu mengerti mengapa gadis bermata kucing itu terkesan begitu pandai dan luwes dalam bermain kata-kata.     

"Dia yang mendatangi gue hari itu dan meminta gue melakukannya. Sepertinya Arka mulai menyerah untuk menyimpan perasaannya sendirian lagi."     

Gadis itu menarik pandangannya. Berdiri tepat di depan Davira yang masih memilih diam bungkam tak mampu bersuara apapun selepas kalimat mengejutkan itu keluar dari celah bibir seorang Kayla Jovanka. Meskipun Davira paham benar bahwa apapun yang diucapkan oleh Kayla adalah sebuah kebusukan yang ada di dalam hatinya, namun entah mengapa ia selaku saja kalah dalam menyimpan keraguan.     

"Sekali saja jadilah wanita baik untuknya," pungkas Kayla tersenyum ringan. Menepuk pundak gadis yang ada di depannya kemudian kembali memutar langkah kakinya. Berjalan menuju ke arah pintu dan menarik gagangnya. Keluar dari dalam pribadi milik Davira tanpa mau mengucapkan sepatah katapun lagi.     

Bagi Kayla semuanya sudah cukup. Davira menolak tangan kerja sama darinya, namun ia sukses membuat hati gadis itu benar-benar goyah malam ini. Bukan hanya terhadap Adam, namun mungkin juga terhadap sang sahabat Arka Aditya.     

Davira menurunkan pandangannya. Menatap ujung jari jemari kaki yang indah berjajar dengan warna merah tua yang menghiasi. Sesekali gadis itu menghela napasnya ringan. Mencoba untuk menenangkan pikirannya juga hatinya yang tiba-tiba saja gundah dan resah seperti ini. Jikalau dirinya begitu lemah dan payah dalam menyikapi semua yang ada dan terjadi sekarang, mengapa semesta memberi dirinya sebuah pilihan untuk tetap bersama Adam dan meneruskan semuanya? Mengapa Sang Pemberi Rasa memberikan kemantapan pada dirinya untuk tetap berada di sisi sang kekasih? Bukankah pilihan untuk pergi meninggalkan dan hidup bahagia dengan prioritas baru adalah hal yang paling melegakan sekarang ini?     

Apa kiranya yang ingin ditunjukkan semesta untuknya sekarang? Davira pernah hancur, sangat hancur! Bahagianya pernah dipatahkan lebih kejam dari ini. Akan tetapi, berat untuk meninggalkan semua adalah alasannya tetap berdiri seorang diri tanpa mau mengejar langkah Kayla dan memastikan bahwa kerja sama dimulai malam ini.     

Benar, memang benar bahwa Davira ingin menghancurkan gadis yang sudah merebut kebahagiaan dirinya, seperti saat Davira menghancurkan perasaan sang ayahanda bersama istri barunya. Akan tetapi, Adam bukan targetnya. Remaja itu ... Davira ingin tetap bersamanya apapun yang terjadi. Dari sekian banyak hal buruk yang terjadi padanya belakangan ini, hanya satu yang paling ia takutnya untuk terjadi. Adam pergi meninggalkan dirinya. Davira sendirian lagi. Memulai semuanya dari awal hanya dengan sang sahabat. Tidak! Ia telanjur berdiri di posisi seperti ini sebagai seorang Davira Faranisa yang baru, pergi dan lari tak akan menyelesaikan apapun dan melegakan hatinya.     

... To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.