LUDUS & PRAGMA

60. Lelucon Semesta



60. Lelucon Semesta

0Luas cakrawala membentang. Indah gumpalan awan putih bergerak seirama. Seakan mengikuti langkah kaki gadis yang kini tegas menyusuri trotoar jalanan. Tatapannya kosong. Pandangannya lurus ke depan tak tertuju pada apapun. Entah sejak kapan semesta bermain di atas takdir baik yang dimiliki oleh Davira. Mengubahnya menjadi takdir buruk yang menyayat hati. Ia terlihat begitu menyedihkan sekarang ini. Ingin menangis dan berteriak, namun fakta yang didapatnya tak bisa benar menjadi alasan untuk dirinya terlihat lemah dan payah. Jujur saja, Davira membenci fakta bahwa Adam berselingkuh. Tak ingin banyak mencari tahu dan membuktikan apapun sekarang ini. Adam masih bersamanya. Ada di sisi Davira kala ia membutuhkan seorang teman, partner, juga seorang laki-laki yang penuh kasih sayang. Adam masih bersamanya! Tak pernah pergi meskipun terkadang hilang dalam sejenak waktu. Perilakunya memang kadang lain dan terkesan menghindari Davira, namun itu tak menjadi masalah yang berarti untuk dirinya sekarang.     
0

Kadangkala perasaan manusia memang mampu berubah. Terkadang baik, lalu menjadi buruk. Terkadang bahagia lalu menjadi duka. Bahkan orang yang baru saja tertawa terbahak-bahak saja mampu menangis terisak hanya sebab satu hal. Davira tak ingin serakah dengan meminta Adam selalu sama dan selalu ada di sisinya setiap waktu. Ia hanya meminta semesta untuk terus menjadikan dirinya sebagai gadis beruntung satu-satunya yang mampu memiliki perasaan seorang Adam Liandra Kin. Bagi Davira berbagi makanan kesukaan saja sudah sangat menjengkelkan, bagaimana ia bisa berbagi kekasih dan perasaan kepada gadis lain?     

Ponselnya berdering. Menyita segala fokus gadis yang kini sejenak menghentikan langkahnya. Merogoh ponsel yang ada di dalam tas selempang kecil yang menggantung di atas pundak kanannya. Seseorang mengirimi Davira sebuah pesan singkat. Menanyakan kabar dan aktivitas apa yang dilakukannya di akhir pekan ini? Hari masih cerah, jadi dalam penutup pesan singkat seseorang mengajaknya bertemu. Bukan Adam Liandra Kin, sang kekasih. Namun gadis cantik nan baik yang menjadi sahabat terdekatnya dua tahun terakhir ini. Rena Rahmawati.     

Davira mulai menggerakkan jari jemari miliknya. Menuliskan kalimat persetujuan untuk menemui Rena di kafe biasa tempat mereka suka bersua dan berbincang ringan kalau sedang ada waktu senggang. Davira meminta Rena menunggu dirinya sepuluh menit lagi.     

°°°°°°°°°° LudusPragmaVol2 °°°°°°°°°     

Langkah ia percepat selepas turun dari bus yang membawa dirinya untuk sampai tepat di depan kafe bergaya modern ala-ala anak milenial. Bagunan depan didominasi kaca tebal dengan tulisan nama kafe yang diperbesar. Ada satu lonceng kecil yang akan berbunyi kalau seseorang mendorong pintu. Seiring dengan suara lonceng yang nyaring berbunyi, sapaan khas yang menyambut kedatangan pelanggan dengan penuh sopan santun mengiringi. Hal yang paling disukai Davira dari tempat ini adalah tata bangunan, musik klasik yang masih enak didengar di jaman modern seperti ini, dan aroma kue yang baru keluar dari oven. Manis dan elengan. Menggunggah minat dan membangkitkan rasa nikmat yang ada di dalam diri.     

"Rena!" Davira menyapa. Mencoba tersenyum di tengah suasana hati yang sedang kalut. Gadis yang dipanggil menoleh. Ikut tersenyum, namun dengan senyuman manis yang tulus datang dari dalam hatinya.     

"Udah lama nunggu?" Davira mengimbuhkan. Menatap Rena dengan teduh penuh makna. Gadis itu menggelengkan kepalanya samar. Masih dengan senyum yang tak pernah memudar dari atas paras cantiknya.     

"Gue udah pesenin." Rena mengimbuhkan. Melipat rapi tangannya di atas meja sembari terus menatap segala aktivitas yang diciptakan oleh Davira. Paras cantik milik si sahabat berubah selepas ia menarik kursi dan duduk di atasnya. Mengabaikan kalimat dari Rena yang terkesan singkat namun langsung pergi pada point-nya.     

"Davira ..." Rena memanggil. Mencoba untuk kembali menarik perhatian gadis yang kini menelusuri setiap keramaian yang ada di dalam kafe. Cara menatapnya aneh. Tak seperti Davira yang biasanya. Ada rasa khawatir bercampur dengan kesedihan di dalam tatap mata indahnya sekarang ini.     

"Ada apa?" jawab Davira cepat. Memalingkan wajahnya menatap Rena. Tersenyum kaku terkesan sangat dipaksakan.     

"Gue udah pesenin buat lo, sesuai dengan kesukaan lo." Ia kembali menegaskan. Nada bicara Rena kini melirih. Masih mencoba untuk menerka apa kiranya yang sedang mengganggu pikiran gadis cantik di depannya itu.     

"Makasih." Davira berucap. Ia tak perlu mengkhawatirkan perihal menu yang dipilih Rena untuknya. Di dalam kafe ini hanya ada satu minuman dan makanan kesukaan Davira. Jadi Rena pasti memesankan itu untuknya.     

"Lo lagi ada masalah?" tanyanya penuh pengertian. Rena menyerah jikalau disuruh menebak apa kiranya yang mengganggu hati seorang Davira Faranisa. Sebab jikalau sudah menyinggung pasal masalah yang sedang dihadapi, Davira adalah gadis yang tertutup.     

"Soal Adam?" ucapnya mengimbuhkan kala Davira hanya diam bungkam tak bersuara apapun sekarang ini.     

Davira kini mengangguk. Berusaha untuk menabahkan hatinya dan mulai berbicara tanpa ada air mata yang mengiringi. Namun niatnya terhenti kala pelayan kafe menyela keduanya. Tersenyum ramah dan menghantarkan semua pesanan yang dituliskan Rena beberapa menit lalu.     

"Sepertinya ... Adam benar-benar selingkuh." Davira kini membuka mulutnya kala pelayan yang baru saja datang menyela sudah pergi kembali pada kesibukannya di belakang layar.     

Rena yang baru saja ingin mengaduk mie pedas dengan telur mata sapi setengah matang itu terhenti. Menatap Davira yang baru saja melontarkan pernyataan mengejutkan. Bukan pasal Adam yang selingkuh, sebab Rena sudah mendengar berita itu dari Arka. Ia hanya diam tak ingin membahasnya dengan Davira sebab gadis itu tak sedang membahasnya. Namun sekarang, Davira mengatakan itu dengan mulutnya sendiri.     

"Lo yakin?" tanya Rena melirih.     

"Sejuah ini gue masih meyakinkan diri gue sendiri. Gue gak ingin tanya sama Adam karena pasti dia akan sakit hati kalau mengetahui kekasihnya tak percaya lagi dengannya."     

"Lo sendiri? Gimana perasaan lo sekarang?" Rena menyahut. Sediki menambah volume bicaranya agar bisa didengar tegas oleh Davira.     

"Kenapa lo masih memikirkan perasaan Adam sekarang ini?" Rena mulai terpancing. Sudah lama dirinya memendam segala rasa perihal kabar miring yang menyangkut pautkan nama kekasih dari si sahabat dekatnya dan sekarang lah, saat yang tepat untuk mengungkapkan semuanya.     

"Davira ...."     

"Gue hanya takut kalau Adam pergi dan memilih gadis itu." Davira menyela. Matanya berkaca-kaca sekarang ini. Tak kuasa untuk lagi menyembunyikan rasa sakit di dalam hatinya.     

"Tak bisakah gue berpura-pura untuk tidak mengetahui dan mendengar apapun sekarang ini? Tak bisakah kalian berpura-pura untuk tak tahu—"     

"Kenapa harus takut kehilangan satu orang di saat lo punya banyak orang yang lebih sayang sama lo. Ada gue, ada Arka, ada Dav—"     

"Gadis itu adalah Davina." Davira memotong kalimat Rena. Sukses membuat gadis itu mengernyitkan dahinya samar.     

"Gadis yang berselingkuh dengan Adam adalah Davina."     

... To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.