LUDUS & PRAGMA

62. Rahasia Di balik Rahasia



62. Rahasia Di balik Rahasia

0Semburat awan jingga memenuhi cakrawala. Mengiringi redupnya cahaya sang surya sebab waktu purna sudah tiba. Langit memang belum benar menggelap, masih ada sisa cahaya di atas sana. Seakan siang belum benar mau pergi, namun malam sudah tergesa-gesa datang ingin mengganti. Di sudut ruangan kafe dengan cahaya lampu terang yang menyaingi sinar senja inilah Rena berada. Menunggu kehadiran seorang remaja sebaya yang mengiriminya pesan untuk meminta datang dan bertemu bersama menjemput senja indah penutup hari yang lelah. Remaja itu dengan santun meminta Rena untuk memilih tempat, sebab ia menang dalam pertandingan dengan skor yang memuaskan ia berjanji akan menjajakan semu uang sakunya untuk membalas kebaikan Rena yang sudah mau menyempatkan waktu untuk datang berkunjung.     
0

Di ujung meja kasir ia melihat perawakan tubuh Arka Aditya sedang membayar segala pesanan mereka sore ini. Sepersekian detik berlalu, tubuh jangkung berperawakan kekar itu berputar. Sejenak menerawang keadaan untuk menemukan dimana kiranya Rena berada. Bingo! Gadis itu suka memojok. Memilih tempat paling ujung yang jarang dijangkau orang lain. Dua tahun bersama Rena membuat Arka hapal benar apa-apa saja yang disukai dan tak disukai oleh gadis itu. Hal kecil dan besar yang menjadi kebiasaan Rena, Arka mulai hapal satu persatu.     

Remaja itu melangkah untuk menghampiri gadis yang sudah menunggunya dengan dua gelas minuman dingin yang dipesannya untuk dirinya sendiri juga Rena. Ringan langkahnya seringan dan seramah senyum yang ia berikan untuk Rena. Gadis itu membalas. Ikut tersenyum sembari memberi tatapan teduh pada sahabatnya itu.     

"Makanannya menyusul." Arka mulai membuka suaranya. Sembari meletakkan satu persatu gelas yang ada di dalam genggamannya ia melirik Rena. Gadis itu masih kokoh dalam diamnya. Hanya tersenyum ringan sembari mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, seakan semua yang dikatakan oleh Arka Aditya tak pantas mendapat sanggahan dan penolakan.     

"Gue ganggu waktu lo?" Arka menimpali. Bertanya sembari meletakkan pantatnya di atas kursi. Posisi yang diambil olehnya adalah saling berhadap dengan Rena. Tepat berada di depan gadis berwajah cantik yang terlihat begitu anggun dengan penampilan sederhana nya sore ini.     

Rambut panjang nan lurus pekat yang biasa tergerai di belakang punggungnya itu kali ini diikat rapi membentuk mirip seperti ekor kuda. Dengan beberapa helai poni panjang yang terjun di kedua sisi wajah cantiknya. Rena belajar bersolek dan berias dari Davira Faranisa, jadi caranya memadu-madankan warna eye shadow terkesan mirip dengan Davira. Gaya yang sederhana, cantik, dan elegan.     

"Sedikit," ucap gadis itu menghirup napasnya dalam-dalam. Kemudian mengembuskannya perlahan seakan ingin segala beban yang ada di dalam hatinya pergi begitu saja. Baru beberap jam berlalu, ia bertemu dengan Davira. Menghabiskan sedikit waktu di akhir pekan dengan obrolan berat dan menyita segala fokusnya. Perihal Adam yang ternyata berselingkuh dengan Davina Fradella Putri. Fakta yang mengejutkan untuknya. Dalam harap, jikalau memang benar Adam berselingkuh setidaknya bukan dengan orang terdekat Davira Faranisa.     

"Kenapa lo telepon gue bukannya Davira?" tanyanya melirih. Menarik gelas yang ada di depannya kemudian mengaduk-aduknya dengan kecepatan ringan. Sesekali ia menghela napasnya. Rena bukan tipe gadis yang pandai menyembunyikan perasaan kalut dan khawatir yang ada di dalam hatinya. Jika hanya pasal marah dan senang, ia masih bisa menyimpan rasa itu apik di dalam hati. Akan tetapi kalau sudah menyangkut perasaan aneh itu, Rena menyerah.     

"Davira pergi sama Adam, jadi hanya lo harapan terakhir buat nemenin gue sekarang ini." Arka menjelaskan singkat. Tersenyum kecut sembari mulai menyedot minuman dingin yang ada di depannya.     

"Dia pergi sama Adam ...." Rena berkata lirih. Memanjangkan kalimat seakan sesuatu yang aneh sedang terjadi. Bagi Arka, tak ada yang aneh dan tak ada yang salah. Davira lebih memilih pergi dengan sang kekasih ketimbang dengannya adalah hal yang wajar.     

"Ada yang aneh?" tanya remaja itu mengintrogasoi.     

Rena mendongakkan pandangannya. Sejenak menatap Arka yang jelas menunggu jawaban pasti darinya sekarang ini.     

"Davira pasti baru cerita itu sama gue." Ia berkata acak. Sukses membuat Arka mengernyitkan dahinya. Kedua alisnya samar bertaut bersama dengan ujung mata elangnya yang menyipit. Sikap Rena sedikit aneh. Seperti perginya kemarin untuk bertanding membuat dirinya tertinggal banyak hal penting.     

"Adam berselingkuh sama ...."     

"Davina." Remaja itu menyahut. Membuat gadis yang ada di depannya sukses membulatkkan matanya sempurna. Rena tak menyangka, Arka mengetahui semua tanpa Davira menceritakannya.     

"Lo tau itu?" tanyanya memastikan.     

Remaja yang ada di depannya mengangguk ringan. Tersenyum aneh bak seseorang yang baru saja mengungkap rahasia besar. "Semenjak dua bulan lalu mungkin." Arka mengimbuhkan dengan tegas sembari menaikkan kedua sisi bahunya. Memalingkan wajah untuk tak menatap gadis yang ada di depannya.     

"Dan lo pura-pura gak tau apapun?" Rena kembali menyahut. Kali ini dengan nada sedikit memprotes, sebab ternyata hanya dirinyalah yang menganggap bahwa Arka adalah sahabat dekatnya yang akan selalu berbagi apapun perihal kehidupan remaja itu.     

"Bukankah Davira juga meminta itu sama lo?"     

Rena kini menghela napasnya berat. Menarik tubuh rampingnya untuk bersandar pada kursi yang ada di belakangnya saat ini. Dua tahun bersama dan menjadi sahabat seorang Arka Aditya juga Davira Faranisa tak membuat dirinya mampu mengerti segala hal tentang mereka. Bahkan cara berpikir Davir juga Arka pun terkesan aneh dan menyebalkan.     

"Gue udah temenan dari kecil sama Davira, bahkan tanpa gadis itu minta sekalipun gue tau apa yang dia inginkan."     

"Jadi singkatnya selama ini lo hanya berpura-pura tak mengerti apapun di depan Davira?"     

Arka mengangguk. Tersenyum ringan kemudian menarik sedotan yang ada di dalam gelas minumannya. Mengeluarkan benda itu dan meletakkannya di sisi meja. Mulai menyeruput kasar minuman dingin yang dipesan olehnya.     

"Kenapa?" tanya Rena menambahkan.     

Remaja itu kini ber-ah ringan, kala basah adalah kondisi tenggorokannya sekarang ini. Di tatapnya Rena dengan sepenuh hati. Arka tahu ia bersalah. Bukan hanya pada Rena namun juga pada sahabat kecilnya. Akan tetapi mau bagaimana lagi, yang bisa dilakukannya hanya seperti ini. Membantu dengan membujuk Adam untuk berhenti menduakan Davira? Tidak! Ia tak mau melakukan hal bodoh yang akan menimbulkan bencana besar. Arka benar-benar tak pernah mau mencampuri urusan pribadi Davira dengan Adam. Itu sebabnya ia melakukan semua ini. Berbohong dan berpura-pura di depan banyak     

"Karena gue memberi ruang untuk Davira mencari tahu sendiri." Arka merespon. Disusul dengan lengkungan bibir indah menghias di atas paras tampannya.     

"Lo puas dengan semua hasilnya? Maksud gue, Davira sekarang mulai tau bagaimana Adam yang sebenarnya dan gadis mana yang menjadi selingkuhan remaja sialan itu. Lo puas dengan rasa sakit yang dirasakan oleh Davira?"     

Arka terdiam. Lagi-lagi mengembangkan senyum manis sembari mengerang ringan nan lirih. "Hm, gue puas."     

... To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.