LUDUS & PRAGMA

65. Dewasa Yang Tak Dewasa



65. Dewasa Yang Tak Dewasa

0Tatapannya setajam elang yang membidik mangsa dari atas udara. Langkahnya tegas menggema bak seorang prajurit muda yang berjalan. Ekspresi wajahnya kaku. Terus menatap ke depan mengabaikan hiruk-pikuk suara yang sesekali menyambar fokusnya untuk teralih. Adam adalah idola sekolahan. Setiap langkah dan gerak geriknya adalah pusat perhatian yang akan mencuri perhatian seluruh kaum hawa. Jadi jangan heran jikalau suara terus saja bersautan memanggil namanya sekarang ini. Namun Adam tak peduli. Yang diinginkannya adalah bertemu dengan sang kekasih, Davira Faranisa.     
0

Rasa khawatir menyelimuti dalam diri. Bersama ketakutan terbesar yang mulai menguasai mengalahkan segala pikiran baik yang ada di dalan otaknya saat ini. Kado yang diterima olehnya dari sang kekasih adalah benda yang diberikan Adam untuk Davina beberapa minggu yang lalu. Parahnya, ia mendapatkan benda itu kembali dengan sebuah fakta bahwa Davira mengetahui perselingkuhan yang ia lakukan bersama Davina Fradella Putri.     

Adam tak tahu, bahkan ia tak pernah menyangka ini akan terjadi. Selama ini Adam selalu bermain rapi di belakang Davira. Tak ingin kekasihnya tahu sebab hubungannya dengan Davina hanya untuk bersenang-senang saja. Adam mencintai kekasihnya itu. Terlebih dari apapun ia hanya ingin mempertahankan hubungannya dengan Davira Faranisa.     

Adam kini memelankan langkahnya. Dari kejauhan seseorang memperhatikan dirinya. Seakan menunggu langkah Adam untuk terus mendekat dan menghampiri posisi berdirinya sekarang ini. Bukan Davira, sebab jikalau yang dilihat adalah sang kekasih, maka Adam akan langsung berlari dan memeluknya. Perawakan tubuh jangkung yang mengganggu pandangannya itu adalah Arka Aditya. Remaja sialan yang perlahan mengembangkan senyum seringai di atas bibir merah mudanya.     

Adam kembali berjalan. Langkahnya lebih cepat dari sebelum ini. Tepat saat posisi yang dirasa cukup untuk merengkuh kerah baju remaja itu, Adam melakukannya. Dicengkeram kuat oleh jari jemari panjang remaja jangkung itu kerah baju Arka Aditya. Kasar mendorong tubuh lawan mainnya untuk menepi ke sisi lorong yang sedikit sepi. Ini adalah jam pembelajaran. Hanya ada beberapa yang berlalu lalang di lorong utama. Namun selepas Adam memilih untuk menepi, tak ada lagi yang mampu menjangkau tubuh keduanya. Dalam kalimat singkat, mereka sedang berdua saja.     

Adam memberi tatapan tajam. Semakin kuat mencengkram kerah baju olahraga yang digunakan oleh Arka Aditya. Pembelajaran hampir usai, dalam bayangan Arka pasti Davira sedang mengganti bajunya. Hadirnya ia di sini adalah untuk mengulur waktu. Memberi kesempatan sang sahabat untuk mempersiapkan diri dari segala kemungkinan buruk yang terjadi nantinya.     

"Lo 'kan dalang dibalik semua ini?" tanya Adam berapi-api. Matanya melotot. Jari jemarinya kuat menggenggam untuk segera melayangkan tinju pada Arka jikalau remaja itu menjawab dengan kalimat singkat tanda benar apa yang ditanyakan oleh Adam.     

"Soal apa?" Arka berbasa-basi. Mengulurkan tangannya untuk perlahan melepas cengkraman kuat dari seorang Adam Liandra Kin.     

Adam tak akan meloloskan mangsanya itu begitu saja. Dalam tebakannya, tak mungkin Arka tak turun tangan untuk semua masalah yang terjadi.     

"Lo yang memberi tahu Davira bukan?" imbuhnya semakin mempertegas cengkraman kuat yang membatasi segala gerak Arka Aditya.     

Remaja itu tertawa kecil nan singkat. Sejenak memalingkan wajahnya dan menghela napasnya kasar. Kembali menatap Adam yang menyipitkan matanya tanda tak mengerti, di mana letak kelucuannya?     

"Lo kalah rupanya," cela Arka sukses menarik emosi yang ada di dalam diri Adam. Tinju melayang tepat mengenai sisi wajah tampan milik Arka Aditya. Membuat remaja itu ambruk jatuh di atas tanah.     

Adam menghela napasnya kasar. Berulang kali dirinya mencoba mengatur emosi yang kini mulai menggebu-gebu. Arka sialan dengan segala peringai pura-pura yang dilakukannya selama ini. Menghancurkan Adam dari belakang adalah rencana apik yang disusun okeh remaja brengsek itu.     

"Apa yang lo katakan sama pacar gue?" Adam kini menarik kembali tubuh Arka. Mencoba untuk membawanya bangkit sebab ia terlalu lama untuk melakukannya sendiri.     

Arka tersenyum seringai. "Gue bilang Davira cantik sangat cantik!"     

Bugh! Satu pukulan kembali mendarat tepat di sisi bibir miliknya. Sukses membuat Arka berdiri dengan langkah sempoyongan. Darah segar mulai mengalir di sisi bibirnya yang terluka.     

"Sinting gila!" umpat Adam menarik punggung remaja yang ada di depannya. Membuat Arka berbalik dengan kasar. Remaja itu tak melawan sedikitpun. Hanya diam menatap betapa emosinya Adam siang ini. Tatapan penuh amarah memenuhi di dalam dirinya. Seakan semua sikap baik dan pendiam yang selama ini dipendamnya dengan menghindari Arka Aditya hilang dan lenyap sudah.     

"Apa yang lo—"     

"Lo lupa apa yang pernah gue katakan dulu?" Arka kini mulai menyela. Melepaskan kasar cengkraman tangan milik Adam. Mendorong tubuh remaja itu untuk menjauh dari dirinya.     

"Gue akan mengambil Davira kalau lo nyakitin dia," ungkapnya melanjutkan.     

Adam kini menghela napasnya kasar. Melangkah cepat kemudian mendaratkan jejakan kakinya tepat di atas dada milik Arka Aditya.     

"Adam!!!" Seseorang berteriak. Menghentikan aktivitas brutalnya siang ini. Remaja jangkung itu menoleh. Ditatapnya gadis berambut panjang yang berlari mendekat ke arahnya.     

"Lo yang sialan!" Rena memberi tamparan keras tepat mengenai pipi kiri Adam.     

"Berani-beraninya lo selingkuh dari Davira yang tulus sama lo, huh?! Persetanan sialan!" Rena mengumpat sejadi-jadinya. Mendorong tubuh kekar remaja itu untuk menjauh dari Arka Aditya.     

"Putuslah dengannya!!!" Gadis itu kini berteriak. Memalingkan wajahnya tak acuh untuk segera membantu Arka berdiri. Rena menatap paras tampan itu. Wajah Arka tak baik! Luka ada di sisi bibir merah muda miliknya. Memar membisu ada di sisi mata kanannya. Pelipisnya berdarah sebab sesuatu sudah membenturnya kala ia terjatuh tadi.     

"L--lo gak papa?" Gadis itu mengulurkan tangannya. Mencoba untuk membantu Arka bangkit dengan sekuat tenaga. Kedua kakinya gemetar. Remaja yang biasa datang dengan senyum manis untuk menghibur kesepian yang ada di dalam dirinya kini ia lihat dengan keadaan menyedihkan seperti ini.     

Perlahan namun pasti, Rena bangkit bersama Arka yang ada di dalam rangkulan tangannya. Mencoba untuk menuntun remaja itu berjalan kembali mendekat pada Adam yang berdiri mematung bak orang gila tak punya perasaan.     

"Lo monster mengerikan," ucap Rena menutup pembicaraan. Matanya berbinar. Bukan ingin menangis sebab sedih, namun ia ingin menangis sebab amarah sudah memenuhi hatinya sekarang ini.     

Adam menghela napasnya. Perlahan jari jemari yang awalnya mengepal kini mulai membuka satu persatu. Menatap kepergiaan Arka bersama Rena. Langkah kaki remaja jangkung itu sedikit pincang. Tangan kanannya merangkul di atas pundak Rena sedangkan tangan kirinya kuat memegangi dadanya yang sesak.     

Adam tau, Arka bisa saja lepas kendali dan melawannya lebih brutal lagi seperti dulu. Akan tetapi, entah sebab apa Arka menahannya. Hanya terus mengikuti alur bermain Adam Liandra Kin yang terus menyiksa tubuhnya dengan segala amarah yang ada. Seakan remaja itu paham, Adam butuh sesuatu untuk melampiaskan isi hatinya sekarang ini.     

.. To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.