LUDUS & PRAGMA

45. Mendung Dalam Hati



45. Mendung Dalam Hati

0Mobil silver milik Adam Liandra Kin melaju sedang membelah jalanan padat Kota Jakarta. Musik bergenre rock sengaja diputar untuk memecah keheningan sesuai dengan perintah sang tuan putri—Davira Faranisa— Katanya, gadis berambut sebahu itu bosan dengan musik ballad yang ritmenya itu-itu saja.     
0

"Kin." Davira memanggil Adam lirih. Masih dalam fokusnya, yang dipanggil hanya mengerang ringan sembari mengangguk-angguk mengikuti irama lagu rock dari dari barat yang ia putar.     

"Kapten Kin," ulang Davira kini sedikit menambah volume suaranya. Adam menoleh. Sejenak tersenyum ringan kemudian kembali menatap jalanan senggang yang ada di depannya.     

"Ada apa?" tanya Adam mulai merespon. Menatap sejenak Davira yang terdiam membisu. Raut wajah gadis itu berubah. Sayu sedikit sendu seakan sesuatu baru saja terjadi.     

Bukan sebab Adam yang pasti, mengingat saat mereka keluar dari rumah dan berpamit dengan kedua orang tua Adam juga sang adik semata wayang semuanya bisa dikatakan sangat baik-baik saja. Tak ada masalah juga perilaku tak mengenakkan yang diterima oleh Davira Faranisa.     

"Ini pertama kalinya aku bertemu papa kamu." Davira menimpali. Tersenyum kecut dibagian akhir penutup kalimat singkatnya itu. Sukses mencuri perhatian Adam yang menoleh padanya.     

"Ini juga kali pertamanya papa bisa ikut acara keluarga." Adam menyahut. Nada bicaranya terdengar ringan dan halus. Tak seperti seseorang sedang kecewa dan bersedih saat ini.     

"Keluarga kamu terlihat lebih harmonis sekarang. Aku bahagia melihatnya," papar gadis yang ada di sisinya sembari tersenyum ramah. Mengusap pundak kekasih yang hanya mengangguk-anggukkan kepalanya setuju.     

Ada satu rahasia yang disimpannya dari sang kekasih, bahwa yang dilihat Davira tak sepenuhnya benar dan sesuai dugaan. Ada beberapa fakta yang dilewatkannya saat ini. Akan tetapi Adam tak ingin merusak kebahagiaan Davira dengan mengira semua sudah baik-baik saja. Selama itu tak merugikan sang kekasih, maka Adam akan melakukannya. Bahkan untuk berbohong sekalipun.     

°°°°°°°°° LudusPragmaVol2 °°°°°°°°°°     

Tatapannya mengudara. Menatap bangunan besar yang ada di depannya saat ini. Sepi, bahkan beberapa kali ia membunyikan bel rumah tak ada yang merespon dirinya. Seakan tempat yang disambanginya petang ini sudah kosong sebelum ia sampai dan menginjakkan kakinya tepat di depan gerbang hitam yang tertutup rapat.     

Matanya kini tegas menelisik. Mencoba mencari celah dengan harapan bahwa ia bisa mendapatkan kabar baik. Datangnya kemari tak sia-sia saja, misalnya.     

Rena Rahmawati, gadis yang memutuskan datang berkunjung ke rumah Davira beberapa menit yang lalu itu masih saja kokoh menekan bel rumah dengan harapan yang sama. Davira atau mamanya mau membukakan pintu gerbang dan menyambutnya datang bertamu. Namun, entah sial nasibnya atau memang dirinya saja yang sembrono dengan datang tak memberi kabar terlebih dahulu, Davira tak ada di rumahnya. Sang mama pun juga begitu. Kiranya belum pulang dari kantor atau sedang menyelesaikan urusan lain.     

"Lo bakalan berdiri di situ sampai kapan?" Seseorang menyela diamnya. Menarik perhatian Rena yang kini menoleh sembari memusatkan tatapannya mengarah tepat pada remaja yang berdiri di sisi tiang lampu jalan.     

Rena berjalan mendekat. Menelisik penampilan Arka yang terkesan biasa saja. Celana panjang kain yang dipadukan Hoodie tebal berwarna pekat membalut rapi tubuh jangkungnya. Sepasang sandal jepit terbuat dari kulit rapi membungkus dan menyejajarkan jari jemari kaki milik remaja itu. Ada satu kantong keresek putih yang dibawanya di tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya penuh dengan jajanan pinggir jalan yang baru dibelinya beberapa waktu lalu sebelum mampir ke kawasan rumah Davira.     

"Lo mau bertamu ke rumah Davira juga?"     

Arka menggeleng. "Gue baru dari mini market di depan sana. Terus mampir jajan dan mau pulang. Rumah gue bisa lewat jalan ini," paparnya menerangkan singkat.     

Rena terdiam. Menganggukkan kepalanya mengerti kemudian tegas melirik jajanan yang ada di genggaman tangan kiri Arka Aditya.     

"Lo mau?" tanya Arka sembari menyodorkan plastik bening berisi beberapa potong sosis daging dengan saus sambal dan mayonaise.     

"Gue diet." Rena menyela. Memalingkan wajahnya untuk kembali menatap masuk ke dalam rumah Davira.     

"Kenapa harus diet?"     

"Kira-kira kemana Davira pergi ya?" Gadis itu mengabaikan pertanyaan dari Arka. Masih dengan fokusnya menatap bangunan mewah yang terlihat minimalis dan sederhana. Namun siapa sangka, kalau di dalam rumah Davira memiliki keindahan arsitektur yang memanjakan mata siapapun yang melihatnya.     

"Ke rumah Adam. Hari ini ulang tahun adiknya." Arka menyahut. Mulai memakan sosis yang tadinya ia tawarkan pada Rena.     

"Itu artinya dia akan pulang malam." Rena mendesah di bagian akhir kalimatnya. Kini mulai memutar langkah dan berjalan menjauh dari Arka Aditya.     

Remaja jangkung itu merespon. Ikut berjalan serirama dengan gadis berambut panjang yang begitu terlihat anggun dengan penampilannya saat ini.     

Tahun mengubah sosok Rena Rahmawati. Tak lagi tomboi dengan penampilan yang terkesan acak adul dan apa adanya. Rena kini mulai memperhatikan caranya berpakaian. Tak lagi 'compang camping' bak gembel tak beruang, Rena bisa dibilang cukup mengerti pasal mode berpakaian. Membuatnya terlihat lebih cantik dan lebih anggun lagi.     

"Lo mau pulang?" tanya Arka berbasa-basi. Melirik Rena yang kini mengerang tanda untuk mengiyakan kalimat dari Arka Aditya.     

"Gak mau mampir ke rumah gue?" imbuhnya menambahkan. Kalau dipikir dan ditelisik mundur ke ke belakang, Rena tak pernah sekalipun datang dan menyambangi rumah Arka Aditya. Meskipun remaja itu selalu datang dan berkunjung ke rumahnya. Dalam pembelaan Rena, ia akan melakukan itu --berkunjung ke rumah Arka-- kalau waktu memberikan kelonggaran dan niat ada untuk melaksakannya. Toh juga, ia tak akan tujuan yang pasti untuk datang ke rumah Arka bukan?     

"Lain kali," sahutnya lirih.     

"Gue beli banyak camilan dan jajanan tadi. Lo bisa makan semua," paparnya memohon. Dari nada bicaranya, Arka seakan benar-benar ingin Rena datang ke rumahnya petang ini. Jikalau tak bisa lama setidaknya beberapa menit pun tak apa.     

"Gue diet," jawab Rena dengan nada malas.     

"Kenapa harus diet?"     

"Karena gue pengen—"     

"Lo cantik dengan fisik seperti itu." Arka menyela. Memotong kalimat gadis yang baru saja ingin memutar bola matanya malas. Ia tak ingin bertemu Arka sebenarnya sore ini. Alasannya karena ia hanya ingin berbicara dengan Davira perihal masalah yang sedang dihadapinya sore ini. Hanya dengan Davira, tanpa Arka apalagi Adam Liandra Kin.     

"Gue bilang lo cantik dengan penampilan seperti itu." Arka mengulangi kala Rena hanya diam bungkam tak bersuara apapun. Memberi tatapan tak percaya kepadanya. Ia tak menyangka, akhirnya Arka Aditya mau memujinya seperti ini.     

"Gak usah kepedean. Lo mau mampir atau enggak?" imbuhnya menambahkan. Membuat fokus dan diam Rena kini buyar.     

Gadis itu memberi respon. Menggelengkan kepala kemudian kembali melangkah dengan tegas.     

"Lo harus ke rumah gue." Arka kembali menghentikan langkah Rena. Sukses membuat gadis itu mengernyitkan dahinya samar.     

"Kenapa gue harus—"     

"Karena tatapan lo yang meminta untuk ditemani."     

... To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.