LUDUS & PRAGMA

1. Alas Kata



1. Alas Kata

0Selamat datang di Kisah "LUDUS & PRAGMA Vol. 2 The Secret of Destiny"     
0

Dalam volume kedua dari kisah LUDUS & PRAGMA mungkin akan terdapat beberapa adegan yang tergolong dewasa.     

Harap bijak dalam memilih bacaan dan menanggapi bacaan yang ada!     

LUDUS & PRAGMA Vol. 2 "The Secret of Destiny"     

19+     

Happy Reading!     

Mari menari bersama semesta, menikmati hujan dan berlari di atas genangan air. Bercermin pada air kotor yang sama memantulkan samar bayangan kita. Jangan mengutuk! Sederas apapun hujan hari ini, kita harus tetap bersyukur. Bukan sebab hanya sedang duka atau ingin saja, semesta pasti punya alasan untuk membuat mendung adalah cuaca yang menyelimuti bumi hari ini.     

Mari tertawa. Merentangkan tangan selebar-lebarnya sembari berteriak sekencang-kencangnya. Menikmati hujan mungkin akan terulang besok kalau air kembali turun menghantam bumi di sela gumpalan awan mendung, namun bersamamu menghadapi suasana seperti ini mungkin hanya sekali dalam seumur hidup.     

Bukan menantikan pelangi indah datang selepas hujan turun menghantam tanah bumi pijakan manusia. Bukan menyukai air yang turun dari luasnya bentangan cakrawala. Bukan mengaguminya suasana dingin dan membenci sinar sang surya. Aku begini karena mencintaimu.     

Hujan di Januari sudah biasa, sebab itu adalah siklusnya. Hujan di Februari pun juga begitu. Yang membuat tak biasa adalah kini aku bersamamu. Menari bersama di bawah duka semesta adalah hal yang amat sangat menyenangkan. Terdengar jahat memang. Akan tetapi siapa yang peduli! Duka semesta membawa kebahagiaan untuk manusia yang menyukai hujan. Menantikan pelangi dan suasana sunyi nan dingin berembun dengan aroma khas yang menenangkan. Aku menggila di bawah air mata semesta. Berlari bersamamu sembari saling menautkan jari satu sama lain dengan tegas tertawa menantang semesta. Ku teriakan kalimat begini. "Hei semesta! Aku adalah gadis paling beruntung dan bahagia sekarang! Tak ada yang bisa menandingi bahagia dan tak ada yang bisa mengambil bahagia yang kumiliki tanpa seijin dariku!"     

Semesta tak menjawabnya saat itu. Tiada badai juga sambaran petir yang menggelegar. Langit hanya diam. Masih dengan mendung merata berwarna abu gelap dengan derasnya air yang dimuntahkannya sore itu. Hingga aku berpikir bahwa semesta mengaku kalah. Membiarkan aku bahagia dengan lelaki yang amat kucintai ada di dalam pelukanku. Akan tetapi tak kusangka-sangka, ia sedang mempersiapkan kejutan yang amat sangat 'istimewa'.     

Semesta melayangkan bendera perang padaku setelah itu!     

°°°°°LudusPragmaVol.2°°°°°     

--Jakarta, Awal April 2019. Kenangan terindah dan terburuk dimulai!--     

Dua tahun berlalu. Mengukirkan berbagai macam kisah suka, duka, sedih, dan bahagia. Gadis itu masih sama dalam bersikap. Fisiknya sedikit berubah. Tubuhnya meninggi dalam kurun waktu dua tahun lamanya. Rambutnya lebih panjang meskipun ia memangkasnya dua kali dalam satu tahun terakhir. Ujung rambut pekat yang tergerai sepunggung itu dibuatnya ikal bergelombang. Poni tipis kini ada mirip milik si teman dekat dulu. Parasnya masih sangat cantik. Pandai bersolek dan memadu-madankan warna make up membuatnya terlihat begitu anggun dan cantik setiap datang ke sekolah.     

Cara berpakaiannya pun tak sama lagi. Sedikit bisa dibilang dewasa namun dalam konteks yang sopan. Tatapan matanya menajam. Lebih suka diam dan tak banyak bersuara pada lawan bicaranya. Caranya bersikap semakin dingin pada lingkungan luar. Bukan tanpa alasan, namun sebab Adam Liandra Kin sang kekasih lah yang membuatnya begitu.     

Dua tahun berlalu, Davira Faranisa adalah kekasih Adam Liandra Kin. Masih dalam hubungan yang 'naik turun' sebab sikap brengsek Adam tak pernah berubah. Hanya sedikit lain, tak suka berkencan dengan gadis lain remaja itu masih suka menggoda bahkan menanggapi 'fans gila' yang mengaku mengidolakan fisik juga paras milik Adam Liandra Kin. Dua tahun bukan waktu yang singkat. Pertumbuhan dan perkembangan yang ada di dalam diri Adam baik secara fisik maupun tidak, terbilang cukup memukau. Fisiknya semakin kekar saja. Dada bidang yang menggoda serta tinggi menjulang yang tak tergapai oleh Davira Faranisa. Parasnya? Ehm! Katakan saja terlalu matang! Garis rahang yang makin tegas dengan pipi tirus yang berlesung. Senyum manis, hidung mancung dan lengkung mata yang tajam. Davira tak ingin banyak mendeskripsikan Adam sekarang ini. Sebab kata 'sempurna' sudah cukup untuk mewakilkan semua yang ada di dalam diri sang kekasih.     

Arka Aditya? Remaja itu masih saja sialan dengan lelucon receh miliknya. Terus mengatakan bahwa ia menyukai Davira. Arka bukan si 'sad-boy' yang mau memendam perasaan dalam diam. Terus mengatakan bahwa Davira adalah gadis yang masih bersarang di dalam hatinya adalah hal wajar yang sering didengar oleh gadis itu. Mereka masih bersahabat, Davira dan Arka maksudnya. Mulai mampu menyesuaikan situasi baru dengan memberi segala kepercayaan pada diri masing-masing berjanji tak akan ada yang meninggalkan atau ditinggalkan.     

Rena Rahmawati. Gadis itu kini berambut panjang. Hitam lurus nan halus. Berkilau kalau sinar sang Surya menerpa dengan poni belah tengah yang memukau. Gadis itu masih sama. Tak ada yang berubah dengan cara berbicara maupun cara berpikirnya. Menghadapi masalah tetap dalam suasana tenang dan santai.     

Davina? Ia terlalu sibuk dengan urusan dunianya. Official basket dan les privat. Membuat Davina kini jarang terlihat bersama si teman dekat, Davira Faranisa. Mereka hanya bertemu dan berbicara kalau sama-sama memiliki waktu yang senggang. Menjemput senja dengan segelas kopi yang mengepul.     

Terakhir ... Kayla! Tak banyak yang bisa dikatakan, gadis itu masih saja sialan. Saling mendiamkan antara dirinya dengan Davira Faranisa membuat siapapun kini mulai terbiasa dengan fakta bahwa Davira Faranisa dan Kayla Jovanka saling membenci satu sama lain.     

Dunia tak semuanya berubah, meskipun dua tahun adalah waktu yang tak bisa dikatakan sebentar. Kini Davira dan Adam menjadi senior tertua di sekolah mereka. Satu tahun masa jabatan sebelum akhirnya kapten basket itu akan purna tugas bersama tim terbaiknya.     

Ah, ada satu fakta Mengejutkan! Adam selalu menang. Dalam setiap pertandingan basket yang dijalani oleh timnya, Adam adalah kapten terbaik dengan tingkat kemenangan yang tinggi. Tak pernah mendustai janji pada setiap teriakan janji pada paras gadis yang mendukung dan mengidolakan dirinya, Adam dan timnya akan selalu membawa piala kemenangan yang indah. Juga, Davira kini mempunyai satu panggilan unik untuk kekasihnya, Kapten Kin! Lucu bukan? Davira akan memanggil Adam dengan sebutan itu kalau ingin memanggil kekasihnya. Dengan senyum manis yang menyertai tentunya.     

Kisah mereka kini kembali melukiskan sejarah. Bukan hanya duka dan bahagia bersamanya. Bukan hanya suka dan tangis yang menghiasi. Kisah mereka ada selepas Davira menyadari bahwa semesta tak akan benar menyerah hanya sebab Davira terus berharap padanya di akhir penghujung senja. Menundukkan kepala dan merapatkan mata dengan menyebut harap takdir bahagia ada menyertai. Semesta tak akan dengan mudah memberikan itu padanya sekarang.     

Untuk itu, inilah kisah babak kedua untuk perjalanan cinta masa remaja Davira Faranisa dan Adam Liandra Kin.     

To be Continued ....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.