LUDUS & PRAGMA

145. Akhir Romansa ( Ending Vol. 1)



145. Akhir Romansa ( Ending Vol. 1)

0Last Chapter : Vol 1. The Meeting Of 'LUDUS & PRAGMA'     
0

Remaja di depannya menatap dengan tajam bak seekor elang yang sedang membidik mangsanya dari atas udara. Tak ingin lolos sedikitpun perihal perubahan ekspresi yang ada di atas paras tampan milik Adam Liandra Kin.     

"Kita sepakat untuk saling percaya dan terbuka sebagai seorang sahabat. Davira akan lebih mengerti gue begitu juga sebaliknya. Keadaan yang sekarang adalah masa peralihan untuk kita berdua." Arka mulai melanjutkan. Sukses membuat remaja yang ada di depannya mengernyitkan dahinya samar.     

"Hanya itu?"     

"Itu intinya. Lo mau gue reka adegan di sini dengan menggunakan suara cewek sebagai ganti Davira?" gerutu Arka padanya.     

"Dia juga pengen kita berdamai. Sebab bertengkar seperti ini, hanya akan membebani Davira. Ia akan merasa bersalah sama lo juga sama gue." Arka mengimbuhkan. Menaruh segelas air putih dingin yang ada di depannya. Melirik sejenak Adam yang baru saja melunakkan ekspresi wajahnya.     

"Puas?" selanya kala beberapa teguk air putih dingin dengan es batu yang menemani itu masuk ke dalam tenggorokannya.     

"Apa jawaban lo? Maksud gue, tentang permintaan Davira untuk kita berdamai."     

"Lo berharap kita beneran berdamai sekarang?" kekeh remaja jangkung itu sembari meletakkan gelas yang ada di dalam genggamannya.     

Adam mendesah ringan. Memalingkan wajahnya sebab ia benar-benar tak suka cara Arka Aditya berbicara saat ini. Terkesan santai dan meremehkan keseriusan yang ada di dalam diri Adam Liandra Kin.     

"Gue menolak. Karena kita udah janji gak akan membohongi satu sama lain dan saling terbuka. Gue bilang kalau gue dan lo memang gak ditakdirkan untuk berteman. Jadi gue minta dia untuk berhenti merasa bersalah." Arka memungkaskan kalimatnya dengan senyum kaku. Mendorong gelas kosong di depannya untuk menjauh dari hadapan Arka.     

"Jadi apa tujuan lo bawa gue datang ke sini?"     

Adam diam sejenak. Menghirup napasnya dalam-dalam kemudian tegas menatap remaja yang ada di depannya. "Gue ijinkan lo untuk jatuh cinta sama Davira. Membuatnya bahagia di beberapa sela waktu kala gue gak ada. Jangan jauhi dia atau menganggap bahwa dia berubah hanya sebab Davira menerima perasaan gue. Dia berhak bahagia dan memilih 'kan?"     

"Kalau Davira beneran jatuh cinta sama gue nanti. Lo akan menyesal dengan keputusan ini?" tanya Arka menyela. Menatap remaja yang sejenak diam kemudian menggelengkan kepalanya ringan.     

"Davira berhak memilih dan memutuskan," tukasnya dengan nada ringan. Mengembangkan senyum ringan untuk mengakhiri obrolannya dengan Arka malam ini.     

"Hanya itu?" tanya Arka menyahut. Kini dengan nada lain sedikit serius.     

Adam menganggukkan kepalanya. "Hanya itu."     

"Untuk mendapat informasi itu gue harus membayar semua ini?" tanyanya lagi. Menunjuk apa-apa saja yang menjadi menu untuk menemani pertemuan mereka malam ini.     

"Gue pergi kalau gitu. Gak baik kalau dilihat orang nanti." Arka bangkit sejenak menatap Adam yang baru saja mendongakkan kepalanya kemudian sigap meraih jaket yang baru saja dilepasnya setengah jam lalu. Ikut bangkit dan berdiri untuk menyamai tinggi milik Arka Aditya.     

"Lo mau pergi juga?"     

Adam menganggukkan kepalanya. "Gue gak ada tujuan lain sekarang. Jadi gue mau pulang juga."     

Arka berdecak. Menatap sejenak remaja sialan yang sedikit mengganggu kali ini. Kemudian berbalik badan dan memulai melangkah keluar dari kafe. Diikuti oleh langkah jenjang milik Adam Liandra Kin yang mengekori. Keluar dari dalam kafe lalu berjalan beriringan untuk menuju parkiran motor yang ada di sisi bangunan kafe.     

"Lo ngikutin gue?"     

"Motor gue juga di parkir di sana!" gerutu Adam tak terima. Melirik remaja yang kini berjalan seirama dengan langkah kaki jenjang miliknya.     

"Adam! Arka!" Seseorang menyela. Tiba-tiba saja datang dan berdiri di sela-sela dua remaja yang terkejut sebab aksi sang gadis yang tiba-tiba saja merangkul tangan mereka bersamaan.     

Ia tersenyum. Menoleh pada Arka Aditya kemudian menatap paras tampan milik Adam Liandra Kin. Senyum miliknya sangat manis. Gadis itu adalah Davira Faranisa.     

"Lo kok ada di sini?" tanya Arka menyela.     

"Gue tadi pergi ke rumah Adam. Katanya Raffa, kakaknya pergi ke tempat ini. Untuk menemui kak Arka. Jadi aku menyusul." Davira memungkaskan kalimat dengan senyum yang semakin tegas mengembang. Semakin erat pula merangkul tangan kedua remaja di sisinya itu. Mengabaikan lirik Adam yang tegas mengarah pada jari jemari miliknya yang kuat menggenggam tangan Arka Aditya.     

"Kalian udah baikan?" tanya gadis itu antusias.     

"Udah gue bilang kita gak akan baikan. Apapun alasannya." Arka menyahut.     

"Terus kenapa kalian berjalan bersama sekarang?"     

"Karena kita ingin pulang. Parkiran motor ada di sana." Adam menimpali. Memindah rangkulan tangan Davira dan menggenggam jari jemari milik gadis itu. Memasukkannya di sela-sela jari jemari panjang miliknya dan merapatkannya hangat. Adam lebih suka cara bergandengan seperti ini ketimbang sebelumnya.     

"Kalian baru saja membicarakan sesuatu?" tanya Davira menyela.     

"Hm." Arka mengerang lirih. Mencuri pandangan Davira yang kini mendongak dan menatap dirinya.     

"Apa?"     

"Rahasia," jawab keduanya serempak. Sukses membuat Davira sejenak terdiam kemudian tertawa ringan.     

"Kalian benar ingin pulang sekarang?" tanya Davira melirih. Memaksa Arka juga Adam menoleh bersamaan ke arahnya sekarang.     

"Aku laper. Aku mau—"     

"Aku yang nemenin." Adam menyahut. Dengan nada tegas seakan takut kalau Arka mendahuluinya sekarang.     

"Aku mau kalian berdua yang nemenin." Davira tersenyum ringan. Menarik dua remaja yang ada di sisinya untuk berjalan mengiringi langkahnya malam ini.     

Tujuan Davira datang sekarang bukan untuk menjemput Adam dan meninggalkan Arka atau sebaliknya, tujuan gadis itu datang adalah ingin mengakhiri tahun ini dengan bahagia bersama sang sahabat juga kekasih hati. Tak ingin melepas apapun atau siapapun sekarang ini.     

Davira menyayangi Arka Aditya sebagai sahabat terbaik dalam hidupnya. Tak ingin kehilangan remaja jangkung itu apapun alasan dan bagaimanapun kondisinya.     

Davira juga mencintai Adam Liandra Kin. Remaja yang sudah mampu menarik hati dan meluluhkan segala pendirian gadis berambut pekat itu untuk meletakkan segala percaya dan harapan bahagia bersama Adam.     

Rena? Rena akan tetap menjadi Rena dalam hidup Davira. Gadis tomboi dengan sikap 'kurang ajar' yang membuatnya rindu. Kalimat dewasa selalu lolos dari celah bibir gadis itu yang sukses membantu Davira untuk memantapkan segala keputusan yang ingin diambil olehnya.     

Davina. Gadis itu akan tetap menjadi teman dekat yang selalu ada kala Davira bosan di dalam kelas. Tak ada Rena, maka Davina pun tak apa.     

Kayla Jovanka. Tidak, hubungan Davira dan dirinya tak akan membaik dalam waktu dekat ini. Akan tetapi, Davira yakin kalau semesta tak akan menyisakan musuh kalau ajal menjemputnya nanti.     

Gadis itu kini hanya bisa berharap pada semesta, jangan ambil bahagianya! Ia ingin tetap seperti ini. Menyeimbangkan apa yang ada di dalam hidupnya agar berjalan sebagaimana mestinya. Davira tak ingin berat sebelah. Tak ingin melepaskan siapapun untuk mendapatkan seseorang yang ia tuju.     

Ia ingin ... kisahnya nanti akan berakhir bahagia dengan seluruh tokoh yang ada di dalam hidupnya menjemput 'bahagia' dengan caranya masing-masing.     

... End ...     

Catatan pengarang :     

Terimakasih untuk kalian pembaca baik yang sudah mengikuti 145 bab LUDUS & PRAGMA Vol 1 : Meeting Of "Ludus and Pragma"     

Penulis berharap Vol. 2 dan Vol. 3 nanti mampu menghibur dan memberi sisi positif untuk kalian semua.     

Tetap ikuti kisah Adam Liandra Kin dan Davira Faranisa hingga 'akhir yang sesungguhnya'     

-cheer up and be happy!-     

-Xoxo, Lefkilavanta-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.