LUDUS & PRAGMA

46. Ragaku (Sedang Ingin) Bersamamu.



46. Ragaku (Sedang Ingin) Bersamamu.

0Alunan musik jazz menjadi melodi indah yang mengiringi setiap aktivitas yang terjadi di dalam kafe bergaya ala-ala luar dengan segala menu yang tak lagi melokal adalah lokasi yang menjadi tempat singgah terakhir remaja berponi belah tengah dengan tatapan mata tajam penuh kharisma ketampanan dan kewibawaan sebagai seorang remaja laki-laki yang patut digilai oleh seluruh kaum hawa yang ada di dunia. Menyandang sebagai 'playboy' di usia yang belum benar menginjak masa dewasa itu membuat Adam Liandra Kin tak pernah ragu untuk menjemput gadis-gadis cantik yang diinginkan untuk menemaninya dalam menghabiskan hari di akhir pekan. Seperti Kayla Jovanka misalnya. Gadis yang sama yang menelepon Adam dan memberi tawaran untuk menghabiskan minggu siang ini hanya sekadar berbicang ringan juga berjalan-jalan menyusuri padatnya Kota Jakarta sembari berwisata kuliner untuk mengenyangkan perut mereka. Sebenarnya sih, Adam ingin menolaknya. Sebab, rencananya hari ini tak lain tak bukan adalah mengacau hidup Davira dengan menyambangi rumah Arka dan mampir untuk sekadar mengopi bersama sembari bergurau ringan tak berjeda juga tidak ada selanya. Akan tetapi, Adam mengurungkan niatnya kala Kayla merengek bak bocah minta permen pada orang tuanya. Menaruh harapan penuh pada Adam agar mau memenuhi permintaannya kali ini atas dasar kerinduan yang mengebu dirasakan oleh Kayla teruntuk Adam Liandra Kin.     
0

Setelah menjemput gadis bermata sipit dengan wajah oriental itu, Adam memang tak langsung membawanya kemari. Mereka singgah di beberapa tempat untuk hanya bersua foto sesuai dengan keinginan Kayla juga sekadar mencicipi jajanan pedagang kaki lima di tepi jalanan. Setelah semua selesai dilaksanakan, barulah Adam yang menentukan mau kemana mereka selepas ini. Bukan mall besar nan mewah yang menjadi keputusannya mengakhir siang bersama gadis yang pertama kali mencuri perhatiannya saat masa orientasi siswa dilaksanakan itu, namun sebuah kafe kecil dengan menu utama steak daging yang kata orang-orang makanan di sini tak akan pernah mengecewakan lidah juga tak akan menguras kantong banyak-banyak hingga membuatmu dinyatakan sebagai gelandangan miskin tak beruang setelah mengajak pasangan mengisi perut dan memanjakan lidah di sini. Sebab di tempat ini, rasa adalah yang paling utama.     

Adam terus menatap gadis yang masih fokus dengan layar ponsel di depannya. Entah apa yang sukses mencuri perhatian seorang Kayla Jovanka hingga tega mengabaikan sejenak remaja tampan yang hampir setengah hari menemaninya bersuka cita menyambut hari libur di akhir pekan itu. Jika dibandingkan sih, paras Adam tentu lebih menarik ketimbang benda pipih dengan layar datar yang entah apa isi di dalamnya itu. Toh juga, yang bisa membahagiakan Kayla adalah kehadiran Adam bukan kehadiran ponsel sialan yang sudah membuat harga diri seorang Adam Liandra Kin terjun bebas sebab ia merasakan pahitnya diabaikan oleh gadis yang sudah memaksanya untuk datang kemari.     

"Ada yang lebih menarik dari gue?" tanya Adam menyela kekehan kecil yang baru saja diciptakan oleh bibir tipis berbentuk gelombang milik Kayla Jovanka.     

Gadis yang duduk rapi sembari menyandarkan punggungnya ke belakang itu kini mendongak. Sekilas menatap Adam kemudian kembali memusatkan tatapannya pada layar ponsel yang ada dalam genggamannya.     

Adam mendengus. "Lo lagi liatin abs oppa-oppa korea lagi?" imbuhnya sembari menopang dagu sebab berat hati juga berat kepalanya kalau sudah menyingung pasal 'oppa' dari negara gingseng itu. Sedikit sulit memang kalau punya teman istimewa penyuka 'dunia korea' seperti Kayla ini. Sebab kalau sedang merajuk, ia selalu saja membandingkan paras tampan milik Adam Liandra Kin dengan oppa kebanggaannya yang tentunya visual dan fisiknya lebih sempurna dari milik remaja berhidung lancip itu. Parahnya, Kayla selalu saja mengabaikan Adam kalau-kalau ada sesuatu yang baru di dalam dunia 'per-korea-annya'.     

"Enggak, gue baru lihat ini." Kayla kini menyodorkan layar ponselnya ke arah Adam. Membuat remaja yang tadinya hanya berekspresi datar itu kini merubah ekspresi miliknya. Sejenak menatap apa yang ada di dalam layar ponsel kemudian melirik Kayla yang masih tersenyum kuda memamerkan rentetan gigi rapi nan bersih miliknya itu.     

"Lo mau itu?" tanya Adam menunjuk ke arah ponsel. Kayla mengangguk samar. Kembali menarik ponselnya kemudian lagi-lagi memfokuskan tatapannya ke dalam layar. Mengabaikan Adam yang diam sembari mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.     

"Gue beliin buat hadiah ulang tahu lo minggu depan," kata Adam dengan tegas. Menatap ke sisi kanan yang menampilkan perawakan tubuh tinggi seorang pria berseragam pelayan membawa nampan besi yang penuh dengan menu yang dipesannya beberapa waktu lalu.     

"Beneran?" tanya Kayla memastikan. Matanya berbinar. Seakan mengharap jawaban iya atau hanya sekadar anggukan kepala dari remaja yang kini membantu si pelayan untuk menurunkan semua menu pesanan mereka.     

"Gue pernah bohong sama lo?" kelit Adam terkekeh kecil.     

Kayla mengangkat kedua sisi bahunya. Setelah mempersilakan si pelayan pergi untuk meninggalkan mereka berdua, gadis itu meraih sumpit besi yang ada di sisi mangkuknya. Alih-alih memesan steak daging yang menjadi menu andalan di sini, Kayla lebih memilih untuk memesan spageti kesukaannya. Menggulung-gulung mie di dalam bangkok itu menggunakan sumpit besi yang ada di sela-sela jari jemari lentik miliknya itu kemudian memasukkannya ke dalam mulut.     

Gadis itu melirik Adam sejenak. Remaja itu kini mulai memakan menu yang dipilihnya. Saling mendiamkan sebab rasa lapar dan nafsu mengebu yang ada di dalam diri untuk segera menyantap hidangan yang ada di depan mereka. Kayla tersenyum. Bahkan saat sedang makan begini, Adam masih saja terlihat tampan dan begitu mempesona!     

"Soal Davira. Lo selalu saja bohong sama gue," turur Kayla di sela aktivitas makan mereka berdua.     

Adam yang baru saja ingin memasukkan sepotong daging ke dalam mulut untuk ke sekian kalinya itu kini terdiam. Menatap gadis yang masih fokus dengan gumpalan mie yang ada di dalam mangkuk di depannya. Adam tersenyum. Benar, ia selalu saja dusta jikalau sudah menyingung pasal Davira Faranisa. Entah mengapa bisa menjadi seperti ini setelah memutuskan untuk memasukkan gadis cantik jelita itu ke dalam list orang-orang yang ingin dikejar hati dan raganya, yang jelas Adam hanya tak ingin menyakiti hati Kayla Jovanka jikalau gadis berwajah oriental itu tahu bahwa dirinya sedang bermain 'kejar mengejar' dengan Davira Faranisa.     

"Kapan gue pernah bohong sama lo?" tanya Adam berbasa-basi. Tentunya tanpa bertanya pun, Adam sendiri sudah bisa menebak kapan waktu ia berdusta pada Kayla perihal apa-apa yang dirasakan dan dilakukannya teruntuk Davira. Sering! Sangat Sering! Remaja brengsek itu sangat sering berdusta hanya untuk terlihat baik dengan dahlil menjaga perasaan Kayla Jovanka yang selalu saja sabar menghadapi peringai iblis penggodanya itu.     

Kayla kini kembali menggulung spageti miliknya. Memasukkannya ke dalam mulut dan mengunyahnya kasar. Sejenak mengabaikan pertanyaan dari remaja yang masih menunggu jawaban darinya dengan enggan memakan daging yang sudah ia tusuk di ujung garpu runcing dalam genggaman jari jemari panjangnya.     

"Kalau cuma soal mandangin Davira dari jauh, semua cowok pasti pernah nglakuin itu. Secara dia 'kan can—"     

"Cantik?" Kayla menyela kala mie yang ada dalam mulutnya sudah turun masuk ke dalam perutnya. Menatap Adam yang sedikit terkejut sebab kalimatnya terpotong oleh suara dingin nan kerus milik Kayla Jovanka.     

"Lo mau bilang dia cantik?" ulang Kayla memastikan. Kini ia memutar bola matanya malas kala anggukan ragu tertangkap jelas oleh sepasang lensa miliknya. Baiklah, ia selalu saja melupakan satu fakta perihal Adam Liandra Kin.     

Remaja jangkung dengan lesung pipi dan mata bulat serta tatapan tajam berkharisma itu adalah seorang remaja brengsek yang menyebalkan! Mengenal Adam memang belum lama, namun Kayla sudah bisa menembak dan menghapali satu demi satu peringai brengsek milik Adam Liandra Kin. Seperti, mulut sialan remaja itu yang selalu saja berucap dengan jujur kalau-kalau disinggung pasal memuji gadis-gadis di luar sana.     

"Lo itu ya!" gerutu Kayla kesal. Melepas kasar sumpit yang ada dalam genggamannya kemudian mengalihkan tatapannya untuk tak lagi menatap remaja yang tersenyum kuda tanpa ada rasa bersalah yang terlukis di atas paras tampannya itu.     

"Semua gadis itu pada dasarnya cantik. Cuma, standar kecantikan mereka berbeda-beda," imbuh Adam beralasan. Kali ini bukan senyum yang menjadi penutup kalimatnya, namun sebuah tawa kecil guna menggoda Kayla yang jelas sedang merajuk sebab remaja brengsek itu baru saja memuji Davira dengan kata cantik yang menyertai di bagian akhir kalimatnya.     

Singkatnya, Kayla Jovanka sedang cemburu saat ini.     

"Lo juga cantik," sambung Adam mencoba kembali menarik perhatian gadis yang kini hanya diam berdecak sembari menarik gelas di sisinya. Meneguk kasar minuman dingin yang dipesannya bersama semangkuk spageti dan benerapa potong keripik kentang guna menjadi peneman kala makanan utama sudah habis disantap dan masuk ke dalam perutnya.     

"Serius. Lo sangat cantik," pungkas Adam menutup kalimatnya.     

Kayla yang baru saja menyelesaikan minumnya itu kini tersenyum kecut. Meletakkan gelas kaca di sisi meja kemudian memusatkan seluruh tatapannya ke arah Adam yang kini mengerucutkan bibirnya sebab mulai mengerti bahwa, jangan menyebut kata cantik selain diikuti oleh nama Kayla di belakang atau di depannya.     

"Terus?"     

"Gue suka duduk bareng cewek cantik, seksi, mempesona, dan pandai. Dan lo punya semua itu." Adam kini menerangkan singkat. Meletakkan garpu juga pisau makan yang sedari tadi masih ada dalam genggamannya. Mendorong piring berisi steak daging untuk memberinya ruang bisa melipat tangan dan duduk rapi layaknya murid yang sedang mendengarkan gurunya mendongeng pasal mata pelajaran yang sedang berlangsung.     

"Lo suka duduk sama gue?"     

Adam mengangguk tegas. Tersenyum ringan kala dirasa berhasil sudah ia kembali merebut hati dan fokus milik Kayla Jovanka.     

"Kalau gue hilangkan kata duduk. Lo tetep akan mengangguk?" lanjut gadis itu menambahkan.     

Adam kini diam. Sejenak mematung sembari memusatkan tatapannya pada gadis yang jelas menunggu kalimat jawaban dan respon tegas darinya.     

"Lo beneran suka sama Da—"     

"Gue suka sama lo," sahut Adam dengan tegas memotong kalimat Kayla kala gadis itu baru saja ingin merubah senyumnya. Entah mengapa setelah Kayla merubah sorot matanya untuk menyembunyikan binar air mata yang baru saja ingin terjun dari kelopak matanya itu, bibir Adam tergerak dengan sendirinya. Bukan hati yang mendorongnya, namun rasa iba yang membuatnya mengatakan hal konyol seperti itu.     

Adam, bukan cinta pada Kayla. Ia hanya ... iba.     

...To be Continued...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.