LUDUS & PRAGMA

69. Awal Dari Kata 'Salah Paham'



69. Awal Dari Kata 'Salah Paham'

0Diam tanpa kata, suara, dan bahasa guna memecah keheningan di antara kedunya. Baik Adam Liandra Kin maupun Kayla Jovanka hanya memilih fokus pada apa yang menjadi objek tatapan mereka masing-masing. Setengah jam berlalu, saling diam mendiamkan meskipun tak sedang berada pada konflik permasalahan yang besar akhirnya terputus sebab gadis bersurai panjang yang diikat rapi di atas punggungnya itu menyenggol lengan berotot milik Adam Liandra Kin. Membuat remaja yang tadi fokus pada rentetan kalimat di depannya sejenak buyar dan mengalihkan fokusnya untuk menatap gadis yang masih dengan setianya membantu si kapten untuk memilah dan memilih apa-apa saja yang harus dipersiapkan sebelum tanding basket benar dilaksanakan. Adam tersenyum singkat. Mengulurkan tangannya kemudian mengusap puncak kepala gadis yang kini ikut mengembangkan senyum manis di atas bibir tipis miliknya.     
0

"Mau balik ke kelas?" tanya Adam acak. Benar, Kayla datang dan menyusulnya di ruang basket sebab katanya gadis itu sedang dilanda bosan dan sepi. Kelas kosong! Bukan kosong tiada teman-teman sebaya yang menjadi peramai maksudnya, namun kelas kosong tak ada guru yang mengajar dan memberikan ilmu untuk para siswa dan siswinya. Singkatnya, sekarang ini tidak ada guru di dalam kelas mereka. Jadi, Kayla kemari dan mencari Adam.     

"Gak, buat apa?" timpal gadis itu tersenyum simpul. Sejenak mengelayut manja di atas lengan berotot milik remaja yang lagi-lagi hanya ikut melukiskan senyum ramah sembari terus mengusap helai demi helai rambut pekat milik Kayla Jovanka.     

Sumpah demi apapun, jikalau seseorang tak sengaja melihat kedekatan mereka saat ini pastilah orang itu akan mengira bahwa Adam dan Kayla sedang mencoba menampilkan kemesraan sebagai sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.     

"Terus kenapa?" tanya Adam berbasa-basi.     

"Lo mau latihan lagi habis ini?" Kayla kini melepaskan genggaman tangannya yang tadinya mencengkram lengan milik Adam Liandra Kin. Sedikit mendongak dan memiringkan kepalanya untuk bisa menatap paras remaja yang sangat sayang kalau tak ditatap dengan benar     

"Maunya sih gitu, kasihan yang lain kalau gak latihan sama gue. Tapi gue harus balik ke rumah sakit. Mama gak ada yang nemenin," sahutnya menjelaskan singkat.     

Kayla tersenyum tipis sembari mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Raffa?"     

"Dia ada kelas tambahan hari ini." Adam mempersingkat jawabannya. Kini sejenak terdiam kemudian melepas pena yang ada dalam genggamannya dan melirik Kayla yang kembali diam sesaat setelah tak ada lagi topik yang bisa mereka bicarakan saat ini.     

"Lo mau jengguk mama gue?" tanya remaja jangkung itu memberi penawaran.     

Kayla bungkam sejenak. Mencoba menimang kalimat tanya yang baru saja dilontarkan oleh Adam Liandra Kin teruntuk dirinya.     

"Boleh. Sepulang sekolah kita ke sana," ucap gadis itu lagi-lagi tersenyum untuk menutup kalimat yang diucapkannya.     

Adam mengangguk. Tersenyum aneh kala mendengar jawaban ringan dari Kayla Jovanka barusan. Jujur saja, Adam tak benar ingin mengajak Kayla untuk menjenguk dan melihat mamanya. Remaja itu sedikit licik kali ini. Ia akan menghantar Kayla ke rumah sakit dan bertemu mamanya. Lalu, ia akan meminta gadis itu untuk sejenak mendampingi sang mama sebab ia akan pergi menemui seseorang dalam waktu yang mungkin saja bisa lama atau mungkin juga bisa sebentar. Tergantung situasi dan kondisinya nanti.     

--tunggu, menemui seseorang? Ya! Adam akan pergi dan menemui seorang gadis selepas pulang dari sekolah nanti. Dengan Kayla yang ia percayai untuk menjaga sang mama sampai Raffa datang, Adam akan merasa sedikit lega dan tak was-was sebab mama ada yang menjaga selagi ia pergi. Gadis yang akan ditemuinya adalah ... siapa lagi kalau bukan Davira Faranisa?     

Adam ingin menemui gadis itu sebab satu hal pasti yang mengganggu dalam batinnya saat ini. Perihal kalimat dari remaja sialan yang menjadi sahabat tua seorang Davira Faranisa di tengah lapangan beberapa jam yang lalu. Bukan untuk menghakimi dan mengintrogasi, namun remaja jangkung yang selalu mempesona dengan gaya berpakaian ala kadarnya layaknya anak-anak sekolah menengah atas lainnya itu hanya ingin sedikit bertanya dan mendengar cerita dari celah bibir milik Davira Faranisa sendiri.     

***LnP***     

Senja datang menyapa dengan semburat indah jingga yang membentang di atas luasnya cakrawala. Sinar agung sang mentari mulai redup seiring dengan lengsernya posisi sebab waktu yang sudah tegas mengusirnya. Langkah kaki jenjang yang diikuti dengan sepasang kaki pendek milik gadis bermata kucing itu perlahan memelan sejenak setelah ruangan yang menjadi tujuan singgah keduanya sore ini selepas pulang sekolah sudah jelas tertangkap oleh kedua pasang netra berwarna identik itu. Adam menghentikan sejenak langkahnya. Memutar tubuh jangkung miliknya kemudian memberi tatapan pada gadis yang juga terpaksa ikut berhenti untuk mengimbangi aktivitas yang dilakukan remaja sebaya dengannya itu.     

--baiklah, Adam menatap Kayla dengan penuh makna dan pengharapan. Tatapan itu ... sungguh melelehkan!     

"Ada sesuatu yang mau lo omongin?" tanya Kayla kala Adam hanya diam mematung sembari terus menatapnya. Dalam tebakan gadis itu Adam pasti sedang menyusun kalimat indah juga puitis yang akan ia gunakan untuk merayu dan meluluhkan hati seorang Kayla Jovanka. Singkatnya, Adam akan berlaku baik sangat baik bak seorang remaja berbudi luhur kalau sedang menginginkan sesuatu dari seorang Kayla Jovanka.     

"Gue mau minta tolong nanti," kata Adam dengan nada lembut.     

Bingo! Tepat dugaan!     

"Gue temenin lo sebentar buat jenguk mama gue, habis itu gue minta tolong buat lo jagain mama gue karena gue—"     

"Mau pergi? Ada urusan mendadak? Urusan yang sangat penting dan gak bisa disela atau dibatalkan bahkan gak bisa ditunda juga gak bisa terlambat satu menit pun?" pekik Kayla menyela kalimat Adam Liandran Kin sembari tersenyum aneh.     

Adam mengangguk samar. Mengusap lembut puncak kepala gadis yang baru saja mengurucutkan bibirnya manja setelah kalimatnya selesai ia ucapkan.     

"Lo mulai hapal kebiasaan gue sekarang."     

Keduanya kini kembali berjalan ringan menyusuri lorong terakhir rumah sakit untuk bisa sampai ke dalam ruangan kamar inap tempat mama Adam berada. Tegas menyusuri satu demi satu petak ubin yang memantulkan samar bayangan keduanya. Membelah ramainya lorong hingga sampailah mereka di depan sebuah pintu kayu bertuliskan VIP yang masih tertutup rapat tiada suara yang menyela dari dalam kamar.     

"Mama tidur?" lirih Adam sembari mendekatkan telinganya di atas permukaan pintu kayu yang ada di depannya. Melirik sejenak Kayla yang memantung sembari menatap aneh kelakuan remaja jangkung di sisinya itu. Aneh? Ya! Untuk apa berlaku seperti seorang yang sedang menguping atau seorang maling yang sedang memastikan bahwa tuan pemilik ruangan sedang tidak ada di dalam hingga memberinya celah untuk masuk dan mengambil barang-barang berharga miliknya? Kalau mau masuk, bukankah Adam tinggal masuk saja?!     

"Lo ngapain?" tanya Kayla dengan wajah masam.     

"Memastikan sesuatu," ucap remaja itu tercengir kuda. Menatap Kayla yang baru saja menggelengkan kepalanya samar kemudian sigap mengetuk pintu kayu yang ada di depannya. Satu suara menyahutnya dengan ramah. Memberi instruksi pada keduanya untuk masuk ke dalam ruangan sekarang juga.     

"Mama udah tidur tadi?" lirih remaja jangkung yang baru saja sukses menekan gagang pintu dan mendorong pintu kayu untuk membawa tubuhnya juga tubuh krempeng gadis bermata kucing yang mengekorinya masuk ke dalam ruangan.     

Wanita dewasa yang tadinya hanya diam sembari terus menatap wajah asing seorang gadis yang dibawa oleh anak laki-lakinya masuk ke dalam ruangan itu kini menggeleng samar sembari tersenyum tipis.     

"Kamu bawa temen kamu?" tanya sang mama sembari terus melirik Kayla yang kini diam dengan terus mencoba menjaga tingkat kesopanannya.     

"Namanya Kayla Jovanka, Ma." Adam memperkenalkan. Menyerongkan sedikit tubuh atletisnya untuk membuat seluruh tubuh Kayla terekam sejelas oleh sepasang lensa pekat milik sang mama.     

"Selamat sore, Tante."     

Bodoh! Bukan itu kalimat yang harusnya terucap dari bibir miliknya. Bukankah terlalu canggung dan klasik dengan mengeluarkan kalimat seperti itu di awal pertemuan dengan calon mertua? Ah! Kayla tidak terlalu pandai bermain dalam hal ini.     

"Dia yang kamu cerita—"     

Adam menggeleng. Menarik sejenak tangan sang mama agar tak melanjutkan kalimatnya itu di depan Kayla Jovanka. Bukannya apa, Adam hanya tak mau jikalau Kayla bertanya ini itu hanya sebab kalimat yang dilontarkan oleh sang mama barusan.     

"Dia cantik," ucap sang mama singkat. Membuat Kayla tersipu sembari terus melirik Adam yang ikut mengimbangi senyum dari sang mama. Melihat mereka berdua, sekarang Kayla mengerti, jikalau paras tampan dan senyum ramah juga meluluhkan itu adalah sumbangsih dari sang mama yang juga bisa dikatakan sangat cantik dan awet muda di usianya yang sekarang ini.     

***LnP***     

Setengah jam berlalu sangat cepat. Adam dan Kayla Jovanka yang tadinya berbincang ringan dengan mama Adam kini memutuskan untuk berpamitan sebab senja sudah berakhir dan malam akan datang menyapa dengan gelap dan dingin yang menyertai. Sebenarnya sih, Adam ingin meninggalkan Kayla untuk sejenak menjaga mamanya seperti apa yang dimintanya beberapa waktu lalu, akan tetapi Adam tak tega. Kayla dan sang mama baru saja mengenal dan canggung adalah suasana yang akan tercipta jikalau ia meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan. Jadi, ia memutuskan untuk pergi setelah menghantar Kayla dan memastikan gadis itu baik-baik saja hingga masuk ke dalam bus kota.     

"Lo gak jadi pergi?" Kayla menyela di sela-sela langkah seirama yang mereka ciptakan untuk mengiringi perjalanan hingga sampai di halte sisi bangunan rumah sakit.     

"Jadi setelah ini. Setelah nganter lo pulang," ucap Adam ringan. Melirik Kayla yang hanya mengangguk sembari tersenyum tipis.     

"Lo gak yakin dengan ninggalin mama lo sama gue?" tanya gadis itu melanjutkan. Pertanyaan yang singkat, namun cukup untuk menghentikan langkah dan membuat Adam memutar tubuhnya juga memberi tatapan singkat pada Kayla yang ikut berhenti dan membalas tatapan milik Adam Liandra Kin.     

Adam tersenyum simpul. Mengulurkan tangannya kemudian mencubit manja pipi tirus milik Kayla Jovanka. Membuat gadis itu mengerang manja sembari mengerutu dan memukul lengan berotot milik remaja yang baru saja tertawa ringan untuk aksi mengemaskan gadis bermata kucing di depannya ini.     

"Jangan suka menyimpulkan semuanya sendiri. Itu akan merugikan diri lo sendiri, oke?" ucap remaja itu kini mengacak kasar puncak kepala Kayla. Kembali melangkah dan meninggalkan gadis yang kini berlari kecil untuk mengekori Adam Liandra Kin. Merengkuh lengan remaja itu kemudian mengelayut manja di sisinya.     

Semua orang yang melihat mereka akan mengira bahwa Adam dan Kayla adalah sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Semua orang! Tak terkecuali seorang Davira Faranisa sekalipun!     

... To be Continued ...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.