I'LL Teach You Marianne

Tak tersentuh



Tak tersentuh

0  Jack yang merasa bersalah pada akhirnya mengejar Anne, setelah mencari hampir 5 menit Jack akhirnya melihat Anne sedang duduk bersama seorang wanita tua di kursi. Tanpa pikir panjang ia langsung menarik tangan Anne secara paksa dan mengajaknya pergi dari hadapan sang nenek tanpa bicara apapun, berkali-kali Anne meminta untuk dilepaskan oleh Jack namun permintaan Anne tak digubris oleh Jack. Ia terus mengajak Anne berjalan pergi menuju ke sebuah lapangan basket yang tak jauh dari apartemen tempat biasanya Jack menghabiskan malam, ketika sepulang bekerja dengan bermain basket bersama anak-anak sekolah dan para mahasiswa.    
0

  "Kau sebenarnya mau mengajakku ke mana Jack tanganku sakit dari tadi kau tarik seperti ini," ucap Anne dengan suara meninggi sambil terus berusaha melepaskan cengkraman tangan Jack dari tangan kanannya yang sudah terlihat memerah.    

  "Jack lepaskan tanganku, sakit Jack!!!" jerit Anne kesal karena Jack tak menggubris semua perkataannya.     

  Mendengar teriakan Anne langsung membuat Jack melepaskan cengkraman tangannya, senyum kecutnya tersungging saat melihat tangan Anne yang memerah akibat perbuatannya.    

  "Maafkan aku," ucap Jack pelan tanpa ekspresi.    

  "Kau itu laki-laki, tenaga wanita kan tak sekuat laki-laki. Kau harusnya paham itu Jack," jawab Anne ketus sambil memijat tangan kanannya yang terasa sakit.    

  "Bukan itu, tadi aku tak bermaksud untuk melukai hatimu. Aku tak bermaksud untuk menghinamu, aku hanya kelepasan bicara karena kesal saat kau membuang rokokku" sahut Jack mencoba untuk menjelaskan apa maksudnya.    

  Anne terdiam mendengar perkataan Jack beberapa saat, selama 1,5 tahun mengenal Jack baru kali ini ia mendengar Jack minta maaf.     

  "Sudahlah itu bukan hal besar, perkataanmu tadi belum ada apa-apanya dengan yang sering aku terima dulu. Jadi tak usah dipikirkan, aku biasa saja. Tak ada masalah," jawab Anne pelan sambil tersenyum lebar sehingga deretan gigi putihnya terlihat jelas.    

  "Ya sudah aku mau pulang, hari ini lelah. Terima kasih untuk kerja kerasnya Jack, sampai jumpa besok," imbuh Anne pelan berpamitan.    

  Anne lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan lapangan basket dimana Jack masih berdiri tanpa bicara, yang ia lakukan hanya menatap Anne tanpa berkedip sampai akhirnya Anne benar-benar tak terlihat dari pandangannya. Setelah Anne pergi Jack memilih untuk bermain basket seorang diri, ia ingin menghabiskan energinya di tempat itu sebelum pulang ke apartemennya.     

  Dengan langkah gontai Anne pulang menuju apartemennya sambil memegangi tangan kanannya yang sakit karena ditarik oleh Jack, Anne sempat tak percaya ketika mendengar Jack meminta maaf padanya. Pasalnya selama ini ia sangat tahu sekali bahwa seorang Jack tidak akan pernah mengucapkan kata maaf,hampir semua perkataan yang keluar dari mulut Jack menyakitkan hati siapapun yang mendengarnya dan hal itu bukanlah sebuah masalah besar bagi Anne. Namun tadi ia sempat terkejut saat Jack mengungkit masa lalunya yang menyakitkan, pasalnya selama ini hanya Jack sajalah yang tau tentang kehidupan di masa lalunya.    

  "Mungkin aku juga yang kelewatan tadi karena bertindak kurang ajar padanya sampai akhirnya dia berkata seperti itu, atau dia sedang ada masalah dengan kekasihnya yang aku tidak tahu siapa. Mmm atau…. ah sudahlah tak usah diingat-ingat lagi lagi pula itu bukan sesuatu hal yang besar," ucap Anne pelan bicara sendiri, ia kemudian mempercepat langkah kakinya menuju apartemen yang sudah ada di depan mata. Anne ingin berendam di bathtub kecil yang ada di apartemennya karena seluruh tubuhnya sudah terasa tidak nyaman pasca bekerja dari pagi.    

  Saat Anne masuk ke dalam gedung apartemennya keluar lah Jack dari balik gedung, rupanya ia tadi mengikuti langkah Anne dari belakang. Baru kali ini Jack merasa menyesal sekali sudah berbicara kasar kepada Anne, ia merasa sekali bersalah saat melihat ekspresi wajah Anne saat ia bentak tadi.    

  Jack berdiri di depan apartemen Anne selama hampir dua jam, ia menatap kamar Anne dari bawah lampu taman yang belum menyala. Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat apa yang Anne lakukan di dalam kamarnya karena Anne membuka jendela kamarnya lebar-lebar, Jack baru pergi meninggalkan tempat tinggal Anne setelah ponselnya terus bergetar. Ia harus segera sampai di apartemen untuk menyelesaikan pekerjaannya yang lain, pekerjaan utama yang tak pernah ia beritahukan pada Anne.    

  Sementara itu di dalam kamar hotelnya Aaron nampak tak tenang pasca mengingat apa yang tadi ia lihat di taman, hatinya langsung kacau saat melihat gadis yang sedang ia ingin tau siapa namanya itu diajak oleh pria lain.    

  "Mereka tak mungkin sepasang kekasih,"    

  "Kalau dia kekasihnya, tak mungkin sekadar itu. Apalagi sampai menyeretnya di depan umum seperti itu,"     

  "Arrgghh sial kenapa aku harus memikirkan mereka berdua, ini kan bukan urusanku," jerit Aaron kesal, ia membuang semua banyak pertanyaan yang berlalu lalang dalam otaknya.    

  Saat akan memejamkan kedua matanya tiba-tiba Aaron langsung duduk dalam posisi sempurna, ia tiba-tiba teringat dengan seorang pria yang pernah ia kenal sebelumnya.    

  "Kenapa sepintas pria itu seperti dia, tapi bukankah dia adalah….ya tak mungkin pria itu adalah dia," ucap Aaron pelan sambil mengingat seorang pria sombong nan arogan yang pernah ia kenal beberapa tahun lalu.    

  Bersambung


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.