I'LL Teach You Marianne

[Bonus chapter]Epilog 10



[Bonus chapter]Epilog 10

0Saat matahari memunculkan dirinya di ufuk timur, Christian baru saja selesai bekerja dengan tumpukan dokumen yang ia bawa dari Luksemburg. Meskipun sedang tidak berada di negaranya Christian selalu membawa pekerjaannya kemanapun ia pergi dan hal ini kadang-kadang membuat menjadi tidak bisa menikmati hari liburnya dengan baik.     
0

"Lebih baik kau tidur, Christ. Matamu merah sekali."Asher yang sejak tadi hanya menjadi penonton yang baik akhirnya bersuara.     

Christian tersenyum. "Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan secepatnya, Asher. Kau tahu kan aku sedang mengerjakan beberapa proyek sekaligus."     

"Aku tahu, hanya saja tubuhmu perlu beristirahat. Tidak baik juga bekerja terlalu keras seperti itu, sayangi dirimu sendiri, Christ. Aku berani bertaruh, jika Mommy dan Daddy tahu kau seperti ini mereka pasti akan marah."     

Christian meletakkan kertas yang sedang ia pegang diatas laptop. "Dan jika mereka sampai marah, maka aku tahu dengan siapa aku harus membuat perhitungan."     

Skak mat!     

Wajah Asher pucat seketika. "Aku bukanlah orang yang suka mengadu, kau tahu itu bukan!"ucapnya cepat.     

Christian terkekeh. "Memangnya yang menuduhmu suka mengadu itu siapa? Jangan terlalu kaku seperti itu, Asher."     

Asher menelan ludahnya dengan cepat, meskipun sudah mengenal Christian sejak kecil namun tetap saja Asher masih merasa sungkan kepadanya.     

"Satu jam lagi aku akan berangkat ke Australia, tolong beritahu pada Suri ketika ia pulang nanti supaya ia mencariku."     

"Australia? Bukankah mulai besok kau sudah libur bekerja, Christ?"     

Christian tersenyum. "Memang."     

"Lalu kau mau apa ke Australia?"     

"Ada sedikit masalah di peternakan sapi yang mengakibatkan kualitas susu yang diproduksi perusahaan kita sedikit menurun kualitasnya, karena itu aku ingin melakukan inspeksi dadakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Aku ingin melihat kinerja para petugas di peternakan seperti apa supaya bisa mengetahui di mana sumber masalahnya,"jawab Christian penuh wibawa.     

Asher menelan ludah. "Apa perlu bantuan ku, Christ?"     

Christian menggeleng. "Tidak, aku bisa sendiri. Lagipula kamu memiliki tugas yang lebih penting disini, disaat Mommy dan Daddy tidak ada kau harus menjaga Suri dengan baik karena itu aku tak bisa mengajakmu pergi."     

"Baiklah."     

Perlahan Cristian mendekati Asher dan menepuk pundaknya. "Tugasmu jauh lebih penting daripada apapun, kau tahu kan Suri adalah segala-galanya untuk kami semua. Karena itu kau harus tetap berada disampingnya, menggantikan aku dan Daddy. Aku baru bisa tenang meninggalkannya saat ia sedang bersamamu."     

"Tapi kadang anak itu sulit diingatkan kau tahu sendiri kan kalau Suri sudah bersama teman-temannya."     

"Suri seperti itu karena kau kurang tegas padanya, kau yang masih terlalu memanjakannya, Asher. Anak itu tidak bisa diberikan kebebasan sedikitpun dan kau harus tahu itu karenanya kau harus mulai bisa tegas kepadanya dan berkata tidak untuk setiap permintaan yang ia ucapkan."     

"Aku tidak tega, apalagi kalau dia mulai menangis,"ucap Asher jujur.     

Christian terkekeh geli. "Ya itu salahmu, jangan gunakan hatimu untuk mengawasinya. Sudah aku katakan berkali-kali padamu kalau syuri tidak bisa diberi kebebasan 100%. Aku yakin kau bisa menjinakkan anak itu, aku percaya padamu, Asher."     

Asher menghela nafas panjang. "Baiklah, aku akan mencoba untuk lebih tegas lagi menghadapinya."     

Christian kembali menepuk pundak Acer dengan lembut. "Itu baru saudaraku, ya sudah aku harus bersiap dan tolong bantu aku merapikan berkas-berkasku itu."     

Asher menganggukkan kepalanya merespon perintah yang baru saja diberikan oleh Christian, sementara itu Christian langsung berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai dua untuk mempersiapkan beberapa pakaian yang harus dibawa ke Australia.     

Seperti yang Christian katakan sebelumnya bahwasanya di Australia sedang ada sedikit masalah, Christian mendapatkan laporan kalau ada sedikit kejanggalan di perusahaan susu milik keluarganya itu. Sebagai penyuplai susu sapi terbesar di Australia perusahaan milik keluarga Clarke itu benar-benar diawasi oleh berbagai pihak, mulai dari petugas ahli gizi, dinas kesehatan dan beberapa instansi terkait yang selalu mengontrol tiap minggu itu Christian merasa sedikit aneh kenapa tiba-tiba kualitas susu sapi yang berasal dari perusahaannya sedikit menurun. Meskipun citarasanya tidak berubah, namun menurut beberapa orang yang melapor kepadanya daya tahan susu-susu itu menjadi lebih pendek jangka waktunya dan hal ini membuat Christian penasaran. Apa yang sebenarnya sudah terjadi dengan perusahaan itu, karenanya ia memutuskan untuk terjun langsung ke Australia tanpa memberikan pemberitahuan apapun. Christian yakin jika ada ada yang tahu ia akan datang maka mereka semua pasti akan bersiap terlebih dahulu dan jika hal itu terjadi maka ia tidak akan bisa pernah tahu di mana letak masalahnya.     

Karenanya dengan melakukan inspeksi secara mendadak ini Christian berharap bisa menemukan sumber masalahnya, seperti motto perusahaannya yang ingin selalu memberikan susu terbaik untuk anak-anak di Australia. Christian pun selalu ingin memastikan tidak ada sedikitpun kesalahan dalam proses produksi susu susu itu, mulai dari proses pemerahannya dari sapi-sapi berkualitas tinggi sampai diproses menjadi susu sapi dalam botol yang siap konsumsi.     

***     

Rumah peristirahatan keluarga Clarke, Melbourne. 1.00 PM.     

Setelah menempuh perjalanan udara yang panjang dan melelahkan akhirnya Christian tiba di Melbourne, rumah peninggalan sang kakek yang sejak kecil sering dikunjungi bersama keluarganya hampir tiap tahun. Meski peternakan dan pabrik susu milik keluarga Clarke ada di wilayah Australia Utara namun Christian tetap memilih untuk pergi ke Melbourne terlebih dahulu untuk beristirahat, ia merasa lebih nyaman tidur di rumah keluarganya ketimbang harus menginap di hotel. Apalagi ia baru saja menempuh perjalanan panjang yang sangat melelahkan.     

"Selamat datang Tuan muda,"sapa Robin anak Albert yang merupakan pengurus rumah keluarga Clarke secara turun menurun.     

Christian tersenyum. "Jangan kaku seperti itu, Robin. Kita sudah mengenal cukup lama."     

Robin menggeleng. "Tapi tidak akan sopan jika saya langsung menyebut nama anda secara langsung, Tuan muda."     

"Baiklah kau boleh memanggilku sesuka hatimu, akh iya...kamarku apa sudah siap?"     

"Sudah, Tuan. Kamar para pengawal anda juga sudah siap."     

"Good, aku butuh istirahat yang nyaman malam ini. Besok aku harus pergi ke Darwin."     

"Anda akan langsung pergi lagi ke Darwin, Tuan?"tanya Robin kaget.     

Christian terkekeh. "Tujuanku memang ingin pergi Darwin, hanya saja aku ingin bermalam di rumah ini. Jadi aku datang ke Melbourne."     

Mulut Robin terbuka lebar, ia benar-benar tak percaya dengan apa yang baru ia dengar. Pasalnya jarak dari Jenewa ke Darwin itu lebih dekat daripada Jenewa ke Melbourne, seharusnya Christian bisa lebih cepat istirahat jika turun di Darwin yang berada di Australia Utara ketimbang harus pergi ke Melbourne yang ada di Australia bagian selatan. Jalan pikiran seorang Christian Clarke benar-benar tak bisa dimengerti.     

Setelah sang tuan dan anak buahnya masuk ke kamarnya masing-masing Robin kemudian mematikan lampu seluruh rumah dan pergi ke kamarnya sendiri untuk melanjutkan istirahat, hari masih terlalu pagi untuk melakukan aktivitas.     

Rumah peristirahatan keluarga Clarke pun hening kembali, semua lampu dirumah itu sudah dimatikan semuanya. Para penghuni yang baru datang sudah terlelap di ranjangnya masing-masing, termasuk Christian yang sudah bermimpi dengan nyenyak.     

Karena kedatangan sang tuan muda tadi malam, sejak pagi kondisi dapur di rumah peristirahatan keluarga Clarke kembali sibuk. Semua pelayan sudah bekerja sama membuat sarapan untuk sang tuan muda bersama anak buahnya, Robin sendiri sebagai kepala pelayan sudah sibuk mengurus meja makan. Memastikan tidak ada yang salah atau kurang di meja makan.     

Saat semua pelayan sedang memindahkan makanan yang baru selesai mereka masak ke meja makan dengan hati-hati, mereka semua dikejutkan dengan kemunculan sang tuan muda yang datang dari luar.     

"Kenapa tiba-tiba diam? Apa ada yang salah?"tanya Christian pelan pada semua pelayan yang sedang berdiri menatapnya tanpa suara.     

"K-kapan anda bangun Tuan? Akh tidak, kapan anda pergi keluar?"tanya Robin bingung.     

Christian tersenyum. "Aku sudah bangun sejak dua jam yang lalu."     

"Dua jam yang lalu? Itu artinya anda hanya tidur…"     

"Dua jam saja,"jawab Christian singkat.     

Robin dan semua pelayan yang lain langsung membuka mulutnya lebar-lebar, mereka sangat terkejut dan tak percaya mendengar apa yang baru saja diucapkan tuan mudanya itu.     

"Selama di perjalanan dari Jenewa aku sudah tidur, jadi kalian tidak usah kaget seperti itu,"ucap Christian pelan mencoba menjelaskan. "Jadi aku tak perlu tidur terlalu lama, oh ya setelah mandi aku akan langsung makan. Jadi tolong percepatan persiapan kalian, aku sudah lapar sekali."     

"B-baik Tuan, kami akan segera menyelesaikan semuanya,"jawab Robin tergagap.     

Christian mengacungkan ibu jarinya ke arah Robin sambil tersenyum, setelah itu ia kemudian bergegas pergi naik ke lantai dua untuk membersihkan tubuhnya dan berganti pakaian. Setelah berolahraga dengan mengitari halaman rumah selama hampir dua jam Christian kini sudah merasa jauh lebih segar.     

Saat Christian naik ke lantai dua ia berpapasan dengan anak buahnya yang baru bangun, lima orang pria berbadan besar itu langsung kaku saat melihat sang tuan muncul dari lantai satu.     

"It's ok, aku hanya baru selesai olahraga. Kalian bersiaplah, setelah sarapan kita langsung pergi ke Darwin menggunakan pesawat kecil yang sudah aku sewa,"ucap Christian pelan dengan santainya, berbanding terbalik dengan wajah para anak buahnya yang sangat terkejut.     

Setelah berkata seperti itu Christian langsung masuk ke dalam kamarnya kembali untuk mandi meninggalkan anak buahnya yang sedang menggelengkan kepalanya, mereka tak percaya melihat sang tuan muda sudah segar seperti itu dan tidak mengalami jetlag. Padahal perbedaan waktu antara jenewa dan Australia cukup jauh.     

Christian tidak akan tenang sebelum ia menyelesaikan masalah yang terjadi di pabrik susunya, Christian baru bisa sedikit tenang jika masalah pada pabrik susunya cepat selesai. Karena itu ia ingin segera datang ke Darwin untuk mencari tahu sumber masalahnya supaya ia bisa melanjutkan liburannya kembali dengan tenang.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.