I'LL Teach You Marianne

Epilog 9



Epilog 9

0Asher memijat kepalanya yang terasa sakit, melihat apa yang dilakukan sang kakak membuatnya tak bisa berkata-kata saat ini. Sejak dari awal ia sudah tahu kalau Christian pasti akan membuat perhitungan pada orang-orang yang sudah membuat takut, Suri. Namun tetap saja ia tak menyangka Christian akan melakukan hukuman potong jari seperti ini, sungguh sangat kejam dan tidak masuk akal. Apalagi bukan hanya satu orang saja yang dipotong jarinya, tapi semua preman itu.     
0

Melihat Christian seperti ini membuat Asher semakin takut pada kakaknya, ia merasa kakaknya itu semakin mengerikan hari demi hari. Karena terlalu lelah berpikir Asher akhirnya tertidur, ia tertidur dalam posisi duduk di sofa. Para pelayan yang mengetahui Asher tidur kemudian bekerja dengan hati-hati supaya tak membuat suara yang mampu membuat tuannya terbangun.     

Prank     

Suara pecahan kaca dari snowball kesayangan Suri terdengar keras saat gadis itu melemparkan bola kristal itu ke dinding, seperti biasanya ketika kesal Suri akan menghancurkan barang-barangnya. Tapi kali ini yang ia hancurkan adalah barang kesayangannya, bola kristal dengan dua patung kecil di dalamnya yang dipenuhi salju itu sudah tak terbentuk lagi di lantai.     

Suri yang marah memilih menghancurkannya benda itu supaya tak teringat lagi akan rencananya bermain ski pada libur kuliah kali ini.     

"Aku membencimu, Christ!! Aku membencimu."     

"Dasar tukang atur, diktator!"     

"Aku tidak mau berbicara lagi denganmu!!"     

"Aku benci padamu, Christian!! Aku benci... aarrgghh."     

Suri melampiaskan kekesalannya pada sangkakala dengan terus mengumpatnya dari atas ranjang, semua rencana menyentuh yang sudah ia atur dengan sempurna harus gagal karena Christian.     

"Aku pasti akan dibanding-bandingkan lagi dengan Molly dan teman-temannya setelah ini hiks...semua ini salah Christian..aku benci padamu, Christ…"     

Tangis Suri pun semakin keras, sudah tak terhitung banyaknya pesan yang ia kirimkan kepada ayah dan ibunya. Seperti biasa jika ia sedang bertengkar dengan sang kakak Suri akan mengadu pada ayah dan ibunya, begitu juga sebaliknya. Gadis itu benar-benar bisa menempatkan diri dengan baik. Karena terlalu banyak menangis akhirnya Suri pun terlelap dalam posisi meringkuk, memeluk boneka super besar berbentuk kucing yang merupakan hadiah dari Christian pada saat ia berulang tahun yang ke 18.     

***     

Christian tersenyum melihat hasil kerja anak buahnya yang rapi tanpa sela, ia kemudian memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku bajunya setelah mengirimkan pesan pada Asher.     

"Bagaimana dengan para polisi itu?"     

"Aman, Tuan muda. Mereka akan tutup mulut dan pura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi,"jawab salah seorang anak buah Christian dengan cepat     

"Good, sekarang singkirkan mereka,"ucap Christian pelan tanpa rasa bersalah.     

"Siap Tuan."     

Lima orang pria berpakaian serba hitam pun kembali masuk ke dalam gudang, tempat dimana para preman itu mendapatkan hukuman dari Christian. Dari dalam mobilnya Christian bisa melihat para preman itu dibawa masuk kembali kedalam sebuah mobil dalam posisi mata dan mulut tertutup, di wajah mereka terlihat jelas air mata yang masih dengan derasnya mengalir.     

Di belakang anak buahnya yang sedang membawa para preman itu terlihat seorang dokter mengikuti dari belakang, seorang dokter yang diminta untuk memastikan para preman itu tidak mati kehabisan darah pasca jarinya dipotong. Sepertinya seorang Christian masih memiliki sedikit rasa belas kasih dalam dirinya.     

Karena semua urusannya sudah selesai, Christian kemudian memerintahkan anak buahnya untuk kembali ke Jenewa. Christian ingin memastikan kondisi sang adik yang saat ini pasti sedang marah besar karena diperintahkan pulang.     

"Bawa aku ke helipad, aku ingin mengendarai helikopter sendiri ke Jenewa. Sepertinya Suri membutuhkan kehadiranku,"ucap Christian pelan pasca membaca pesan dari salah satu pelayan di rumah yang memberitahukan apa yang sedang Suri lakukan di dalam kamarnya.     

"Baik Tuan."     

Setelah berkata seperti itu mobil jeep berwarna hitam anti peluru itu pun segera melesat lebih cepat lagi menuju ke area ski, dimana saat ini masih terdapat satu helikopter yang sedang menunggu perintah dari Christian. Helikopter berwarna hitam yang sejenis dengan helikopter yang sebelumnya membawa Suri itu akhirnya mengudara tak lama setelah Christian masuk ke dalamnya.     

Memiliki sertifikat untuk menerbangkan pesawat sejak umurnya 15 tahun membuat Christian tak mengalami kesulitan sama sekali ketika yang menerbangkan sebuah helikopter, ia bahkan sudah mendapatkan lisensi untuk menjadi pilot atas pesawat jetnya pada saat usianya menginjak 19 tahun. Berada dalam asuhan Luis membuatnya menjadi seorang pria yang kemampuannya diatas rata-rata, yang membuatnya sangat ditakuti rival-rival bisnisnya saat ini.     

Pencampuran DNA Jack dan Anne benar-benar sudah membentuk Christian menjadi seorang pria muda yang tak mudah tersentuh, sehingga tak jarang banyak yang memberikan julukan pangeran es padanya karena sifat dinginnya itu. Bahkan para staf di Clarke Enterprise yang ada di Luksemburg tak pernah melihat tuannya itu tersenyum, senyuman Christian benar-benar hal langka yang akan muncul pada saat-saat tertentu saja.     

Clarke's Mansion, Jenewa, 4 AM.     

Suara deru baling-baling helikopter yang dikendarai Christian terdengar keras di halaman belakang mansion keluarga Clarke, sebenarnya Christian dijadwalkan pulang lebih awal akan tetapi ia masih harus mengurus beberapa hal penting yang harus diselesaikan terlebih dahulu sehingga ia terlambat pulang.     

"Selamat datang Tuan muda."     

"Suri?"     

"Nona Suri sudah tidur sejak sore, Tuan. Tapi..."     

Langkah Christian terhenti. "Tapi apa?"tanyanya dingin sambil menatap pelayan yang menyambutnya di helipad itu.     

Pelayan itu langsung tertunduk saat merasakan hawa dingin dari sang tuan muda.     

"Kau bisu?"     

"Tidak Tuan."     

"Lalu kenapa tidak menjawab pertanyaanku tadi?"     

Wajah pelayan itu langsung pucat. "M-maaf tuan."     

"Cukup, aku tak mau dengar kata maaf lagi. Jadi apa yang terjadi pada Suri? Kau belum menjawab pertanyaanku,"tanya Chrsitian kembali.     

"N-nona Suri belum makan sejak kembali dari tempat.."     

"Fuck!!!"     

Dan secepat itu Christian memotong perkataan sang pelayan , secepat itu pula larinya masuk kedalam rumah meninggalkan sang pelayan seorang diri di helipad yang berada ditaman belakang. Christian baru menghentikan langkahnya ketika tiba didepan kamar Suri yang terkunci dari dalam, tak mau ambil pusing Christian lalu meraih sebuah pistol yang berada di pinggangnya.     

Dor..     

Bunyi tembakan pistol ditengah pagi buta sontak membuat seisi rumah besar itu terbangun, semua orang langsung terbangun dari tidur pulasnya termasuk Asher yang langsung berlarian dengan celana boxer doraemonnya menuju sumber suara yang ternyata berasal dari depan kamar Suri yang kini pintunya sudah hancur dengan Christian yang masih berdiri tenang dengan tangan yang masih memegang pistol yang mengeluarkan asap.     

"Christ, are you insane!!!"pekik Asher dengan keras.     

Christian menoleh kearah Asher tanpa eskpresi, terlihat menakutkan dan sangat mengintimidasi.     

"Minta pelayan untuk menyiapkan makan malam."     

"Ok, aku akan meminta pelayan untuk menyiapkan makan malam,"jawab Asher cepat saat berhasil mengerti kemana arah pembicaraan Christian.     

Bibir Christian melengkung mendengar perkataan Asher, tanpa bicara lagi ia langsung masuk kedalam kamar Suri yang pintunya sudah hancur berantakan sembari menyelipkan pistolnya kembali di belakang pinggangnya. Di atas tempat tidur Suri terlihat sangat shock atas apa yang baru saja terjadi, dibangunkan dari tidur pulas dengan suara tembakan adalah hal yang paling menyakitkan untuk siapapun. Terlebih untuk Suri yang sangat manja.     

Suri menggigit bibir bawahnya kuat-kuat saat sang kakak sudah semakin dekat dengannya, bahkan Suri bisa mendengar jelas suara pecahan kaca yang terinjak kaki Christian saat ini.     

"Kau mau sakit?"tanya Christian dingin pada Suri yang sudah memojok ke ujung dipan dengan tangan mencengkram kuat ujung selimutnya.     

"A-apa maksudnya?"     

Christian menghela nafas panjang, perlahan ia mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam. "Waktumu sepuluh menit untuk bersiap, aku tunggu di meja makan."     

"Tapi ini sudah hampir pagi, Christ!!"jerit Suri dengan keras, sepertinya ia paham apa yang diinginkan sang kakak.     

Christian yang sudah berbalik badan lalu menoleh ke arah Suri kembali. "Lalu dimana masalahnya?"     

"Aku tak mau makan semalam ini, Christ. Aku tak mau.."     

"Kalau begitu lain kali pikirkan terlebih dahulu akibatnya sebelum berbuat sesuatu, cepatlah cuci muka. Aku tak punya waktu banyak, besok pagi ada meeting penting yang harus aku hadiri,"ucap Chrsitian datar sembari melangkahkan kakinya keluar dari kamar Suri dengan tenang tanpa merasa bersalah, padahal saat ini pintu kamar sang adik sudah tak terbentuk lagi.     

Begitu Christian keluar Suri langsung meraih satu bantal dan mengarahkannya ke wajah setalah itu ia berteriak dengan keras, menyembunyikan suara teriakannya dibalik bantal adalah hal yang paling sering ia lakukan ketika sudah sangat kesal seperti saat ini.     

Christian yang masih berdiri didepan kamar Suri pun hanya tersenyum saat mendengar suara teriakan sang adik, sambil menggelengkan kepalanya Christian berjalan dengan tenang menuju lantai satu.     

Begitu Chrsitian tiba di lantai satu dua porsi makanan kesuakaan Suri sudah terhidang diatas meja makan, para pelayan itu bekerja dengan cepat menyiapkan makanan paling mudah dan cepat untuk dimasak.     

"Suri!!!"     

Teriakan Christian terdengar keras memecah keheningan di dalam rumah besar itu, Suri yang baru mencuci wajahnya pun langsung berlari menuju tangga untuk bergabung dengan sang kakak yang sudah duduk di meja makan sembari menikmati segelas kopi pahit kesukaannya.     

"Aku hanya punya kaki, Christ. Bukan sayap,"runtuk Suri kesal dengan nafas naik turun.     

"So?"     

"Ya artinya langkahku tak bisa secepat jika aku terbang!!"geram Suri mulai kesal.     

Christian meletakkan cangkir kopinya diatas tatakan dengan hati-hati tanpa mengalihkan pandangannya dari Suri yang masih berdiri sambil berkacak pinggang.     

"Mau sampai kapan berdiri seperti itu? Cepat duduk dan nikmati makan malammu,"     

"Christ, really?"     

"Yup, masalahnya dimana? Bukankah sejak siang kau belum makan?"     

"Iya tapi aku..."     

"Sit down!!"     

Suri langsung meremas ujung baju tidurnya untuk menahan emosinya, Christian benar-benar tak bisa dilawan apalagi untuk hal-hal paling prinsip seperti ini. Karena sadar tak akan menang Suri pun memilih duduk, ia lalu duduk dengan tegap memerintahkan pelayan untuk mengikat rambutnya yang berantakan. Begitu rambutnya terikat sempurna Suri pun mulai menikmati makan malamnya yang sangat-sangat terlambat itu, tidak ada orang yang segila dirinya yang makan daging salmon semalam ini. Suri menangis dalam hati saat mulai mengunyah salmon yang sangat lezat itu, berkali-kali ia mengutuk sang kakak yang masih mengawasinya dari seberang meja seperti seekor elang.     

Dari tempatnya berdiri Asher hanya menggelengkan kepalanya melihat Suri dipaksa makan di jam empat pagi, hanya Christian yang bisa melakukan itu. Yes, hanya Christian yang mampu memperlakukan Suri bak ratu sekaligus tahanan dalam waktu yang sama.     

Poor Suri.     

Nb. Untuk kelanjutan kisah Christian bisa dibaca pada buku baru dengan judul The Obsession ya kakak-kakak....     

Terima kasih     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.