I'LL Teach You Marianne

We love you



We love you

0Setelah Anne merasa kenyang Jack pun mengajaknya pulang, ia tak mau membuat Anne berada di luar terlalu lama apalagi saat ini cuaca cukup dingin. Shane dan Jack terlibat pembicaraan serius kembali saat Anne sedang mencuci tangannya, dari tempatnya berada saat ini Anne bahkan bisa melihat beberapa kali Shane menepuk pundak Jack saat bicara. Anne yakin sekali kedua pria itu sedang membahas soal Giselle dan acara reuni yang ia gagas, Anne sangat bersyukur bisa bertemu dengan Shane malam ini karena ia dan Jack mendapatkan informasi penting soal rencana Giselle lainnya.     
0

"It's ok baby, Daddy akan tetap jadi milikmu. Kau tak usah khawatir, tak akan ada orang yang bisa merebut Daddy darimu, Princess,"ucap Anne lirih saat sedang membelai perutnya.     

Selama 30 menit yang lalu saat mereka sedang makan bersama bayi yang ada didalam perut Anne terus menendang dari dalam, bayi itu seolah ikut marah pada Giselle yang masih belum menyerah menggoda ayahnya. Anne yang kesakitan pun hanya bisa menahan sambil terus makan secara perlahan, ia tak mau membuat Jack khawatir jika mengatakan bayinya terus menendang perutnya dari dalam.     

"Don't worry, kau punya kami, Jack. Tenang saja, perempuan itu tak akan bisa menyentuh keluargamu,"ucap Shane pelan menutup pembicaraannya saat melihat Anne mendekati tempat mereka berdiri saat ini.     

Jack hanya tersenyum membalas ucapan Shane karena tak mau Anne mendengar pembicaraan mereka.     

"Sudah selesai?"tanya Jack pelan saat mengulurkan tangannya pada Anne.     

"Huum, apakah kita akan pulang?"     

"Tentu saja, sudah waktunya anak gadisku tidur dengan nyaman diranjang. Hari ini adalah hari yang melelahkan untuknya,"jawab Jack lembut dengan senyum mengembang diwajahnya.     

Anne terkekeh mendengar perkataan Jack, ia pun meraih ponsel pintarnya yang berada diatas meja dan bersiap keluar dari restoran bersama Shane yang mengikuti mereka dari belakang.     

"Datanglah berkunjung, Shane. Aku yakin Christian pasti senang bertemu denganmu,"ucap Anne lembut pada Shane saat mereka sudah sampai di samping mobil yang sudah disiapkan Nicholas.     

Shane terkekeh. "As soon as possible, Anne. Tapi terima kasih atas undangannya."     

"Baiklah aku akan tunggu kedatanganmu,"sahut Anne dengan cepat sambil meraih jari kelingking Shane dan langsung mengaitkan jari kelingkingnya sendiri. "See, kita sudah membuat pinky promise. Jadi kau wajib datang."     

Shane tertawa terbahak-bahak melihat cara Anne membuatnya tak bisa menolak undangannya. "Ok..ok.. Nyonya Clarke, aku pasti akan datang. Kau tenang saja."     

"OK."     

Jack menggelengkan kepalanya meilihat sikap Anne, ia kemudian membantu Anne masuk ke dalam mobil dengan hati-hati.     

"Thanks for coming, Jack,"ucap Shane pelan pada Jack yang akan masuk kedalam mobil.     

Jack tersenyum. "Seharusnya aku yang berterima kasih padamu, ya sudah kalau begitu kami pulang. Aku tunggu informasi selanjutnya darimu, Shane."     

"Siap, berhati-hatilah dijalan, Nick."     

"Siap Tuan."     

Setelah berkata seperti itu Nicholas kemudian memencet klakson memberi tanda pada Shane kalau ia akan pergi, Shane masih berdiri di tempatnya sambi berkacak pinggang. Ia baru masuk kembali ke dalam restorannya setelah mobil yang membawa Jack sudah tak terlihat lagi. Saat berjalan menuju ruang pribadinya Shane terlihat berbicara dengan seseorang ditelepon, membahas acara reuni yang digagas oleh Giselle dengan serius.     

"Kenapa diam saja sejak tadi, babe. Kau tidak sedang marah kepadaku bukan?"tanya Jack pelan memecah keheningan di dalam mobil.     

Anne menggelengkan kepalanya. "Tidak, untuk apa aku marah padamu. Lagipula kau tak berbuat kesalahan apapun padaku, bukan."     

"Lalu kenapa kau diam?"     

Anne menghela nafas panjang. "Aku hanya sedang membayangkan betapa populernya dirimu dulu saat masih sekolah, Jack. Aku yakin sekali tak hanya Giselle yang tergila-gila padamu."     

"Haha kenapa kau harus bahas hal itu, bukankah sudah aku katakan selama sekolah aku tak memiliki perasaan apapun pada gadis-gadis itu. Termasuk Giselle yang dekat denganku karena kulindungi, jadi kau tak usah membahas masalah itu lagi. Semuanya sudah berlalu, sepertinya aku hanya jatuh cinta padamu Anne. Perasaanku padamu terlalu besar, Anne,"ucap Jack pelan dengan serius. "I adore you, Anne."     

"Dasar bermulut manis, sudah-sudah jangan bicara yang tidak-tidak aku mau tidur sebentar. Rasanya aku mengantuk sekali saat ini."     

Jack meraih kepala Anne dan merebahkannya di pundaknya. "Tidurlah, perjalanan kita masih cukup jauh."     

"Hmm."     

Sepuluh detik kemudian Anne sudah tertidur pulas, suara dengkuran halusnya terdengar oleh Jack. Semenjak memasuki bulan-bulan akhir kehamilan Anne memang menjadi mudah mengantuk, apalagi saat ia sudah kenyang seperti saat ini. Menyadari sang nyonya tidur Nicholas melembutkan laju mobilnya, ia sangat hati-hati membawa mobil.     

"Jangan perlambat, Nick. Aku harus segera tiba dirumah, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan,"ucap Jack lirih.     

"Oh siap Tuan."     

Nicholas pun kembali menambah kecepatan mobilnya sesuai petunjuk sang tuan, selama dalam perjalanan Jack tak bergerak sama sekali. Ia tak mau membuat Anne bangun, melihat wahah damai Anne yang sedang berbaring di pahanya membuat Jack sangat bahagia. Anne benar-benar terlihat semakin cantik dimata Jack, mengandung bayi perempuan membuat aura kecantikan Anne semakin terpancar yang mana kadang-kadang hal ini membuat Jack tak tahan untuk tak menyentuh sang istri.     

"Sabar Jack, kau dulu berhasil melewati tiga tahun dengan baik. Sekarang kau pasti bisa, hanya tinggal beberapa bulan lagi saja, Jack. Kau pasti bisa, bersabarlah demi putri tercintamu,"ucap Jack dalam hati menguatkan dirinya agar tak terpancing.     

Siksaan Jack akhirnya selesai saat mobil yang dibawa Nicholas tiba di rumah besarnya, dengan hati-hati Jack menggendong Anne turun dari dalam mobil. Karena perut Anne yang sudah besar Jack harus hati-hati menggendong Anne, ia tak mau sang princess yang masih ada diperut Anne terluka.     

"Jack.."     

"Hmmm?"     

"Turunkan aku, aku bisa jalan sendiri."     

Jack tersenyum. "Tidak usah, kau tidur saja. Aku akan membawamu ke kamar."     

Perlahan Anne membuka kedua matanya dan menatap Jack yang sedang menggedongnya manaiki anak tangga menuju pintu utama. "Tapi aku berat, Jack. Kau pasti kesulitan."     

"Tubuhmu berubah karena saat ini kau mengandung putriku yang sangat sehat, jadi kau tak perlu bicara seperti itu. Aku mencintai hatimu, kecantikanmu yang sebenarnya. Bukan wajah ataupun bentuk tubuhmu, jadi seandainya kau akan terus seperti ini setelah melahirkan nanti aku tak masalah. Yang terpenting adalah kau sehat dan princess yang masih ada dalam perutmu nyaman, bahagia dan sempurna saat ia lahir nanti. Jadi jangan bicara soal berat tubuhmu lagi, aku tak suka." Jack menjawab pelan ucapan Anne dengan nada serius, bahkan kedua matanya berkilat saat berbicara menunjukkan keseriusannya.     

Anne menipiskan bibirnya. "I love you, Daddy. We love you."     

"I love you to Anne, jangan pernah ragukan cintaku meski ada badai topan yang datang mengusik rumah tangga kita, ya. Aku tak bisa berpisah lagi darimu, Anne. Sudah cukup lima tahun kita terpisah dan saling merindukan, saat ini dan seterusnya aku hanya ingin bersamamu. Menghabiskan sisa umurku di dunia bersamamu."     

Anne tak merespon perkataan Jack, ia lebih memilih membaringkan kepalanya di dada bidang sang suami yang mengeluarkan aroma kejantanan yang memabukkannya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.