I'LL Teach You Marianne

Old friend



Old friend

0Saat Jack sedang sibuk dengan berkas-berkas penting yang harus ia tandatangai tiba-tiba pintu ruangannya diketuk dari luar.     
0

"Masuklah, Alice. Jangan seperti anak baru,"ucap Jack dengan keras.     

Tak menunggu waktu lama Alice masuk kedalam ruangannya bersama seorang pria tampan yang usianya tak jauh berbeda dengan Jack, seorang pria yang belum pernah Alice lihat sebelumnya.     

"A-ada apa lagi? Apakah ada dokumen yang belum aku-"     

Jack menghentikan ucapannya saat melihat sosok pria yang sudah berdiri disamping Alice.     

"Hi, Muller. Long time no see,"ucap pria itu pelan sambil tersenyum.     

"Damn, ini benar-benar kau, Edgar?"     

Pria yang dipanggil Edgar itu lalu berkacak pinggang. "Yes its me, Edgar Jones."     

"No way! Aku benar-benar tak percaya, Edgar!!" Jack langsung mendekati Edgar dan memeluknya erat, berkali-kali ia menepuk punggung Edgar dengan cukup keras.     

"Kalau kau ingin membunuhku lebih baik gunakan pisau atau pistol saja, Muller. Jangan kau siksa aku dengan pukulan-pukulan seperti itu."     

Jack terkekeh, ia kemudian melepaskan pelukannya dari tubuh Edgar dan langsung mencengram erat pundak Edgar. "Aku kira aku tak akan bisa melihatmu lagi, brengsek. Kau benar-benar seperti kucing, nyawamu banyak sekali."     

"Aku belum mati karena Tuhan masih memberikan kesempatan kedua padaku, brengsek."     

Jack tertawa lebar, ia kemudian mengajak Edgar untuk duduk disofa supaya lebih nyaman lagi. Melihat sang tuan akrab dengan tamu yang ia bawa Alice kemudian keluar dari ruangan itu untuk melanjutkan pekerjaannya kembali.     

Begitu Edgar duduk Jack berjalan menuju kulkas kecil yang berada didekat meja kerjanya. "Wine, vodka or wiskey?"     

"Are you kidding me?"     

"Haha...kau masih belum berubah rupanya."Jack tertawa lebar dengan membawa dua kaleng soft drink ditangannya dan meletakkannya diatas meja.     

Jack lantas duduk dihadapan Edgar, salah satu teman kuliahnya yang cukup dekat dengannya. "Aku turut berduka atas kecelakaan yang menimpamu waktu itu, Edgar. Maafkan aku tak bisa menjengukmu."     

Edgar mengibaskan tangannya. "It's ok, itu sudah berlalu. Lagipula aku memang melarang semua orang untuk menemuiku, Jack. Jadi itu bukan salahmu."     

"Kapan kau bisa melihat lagi?"     

"Kau memang teman paling brengsek, Muller. Bukannya menanyakan hal lain terlebih dahulu kau justru menanyakan soal mataku,"jawab Edgar pura-pura marah.     

"Lalu aku harus apa? Kau tahu kan aku bukan orang yang suka basa basi busuk seperti itu."     

Edgar menyeka bibirnya dari sisa softdrink yang baru ia minum. "Good, karena inilah aku lebih menyukaimu dari teman-teman yang lain."     

"Stop, jangan bciara seperti itu. Aku jijik, aku laki-laki normal yang menyukai wanita, brengsek!!!"     

Tawa Edgar semakin keras mendengar perkataan Jack, rasanya sudah lama sekali ia tak tertawa selebar ini. Jack benar-benar menyenangkan. Setelah tenang Edgar kemudian menceritakan bagaimana ia mendapatkan donor kornea sehingga ia bisa mendapatkan penglihatannya kembali, selama Edgar bicara Jack menjadi pendengar setia.     

"Tapi kau benar-benar brengsek, Jones. Berani-beraninya kau memilih hidup dalam kegelapan selama tiga tahun, aku benar-benar tak paham dengan jalan pikiranmu yang bodoh waktu itu,"ucap Jack kesal. "Jujur saja aku sangat marah ketika tahu kau mengalami kecelaan karena Paris, wanita sialan itu yang kini hidup dengan raper gila di USA."     

Edgar terkekeh. "Sudahlah jangan bahas dia, saat ini Paris hidup dalam kesulitan, Jack. apa kau tega membicarakan teman yang sedang dalam masalah seperti Paris."     

"Fuck, kau masih memikirkannya? Kau benar-benar sudah tidak waras, lihat saja kalau kau kembali lagi dengan wanita itu maka aku tak akan mau lagi-"     

"Tidak, mana mungkin aku mau kembali pada wanita yang sudah membunuh bayiku disaat aku sedang buta. Aku tak segila itu, Muller."     

Jack langsung menutup rapat bibirnya, kecelakaan yang menimpa Edgar akibat Paris kekasihnya memang Jack tahu tapi masalah Paris menggugurkan bayi mereka Jack sama sekali tak tahu akan hal ini. Pasalnya tiga tahun lalu saat Edgar kecelakaan semua akses untuk berkomunikasi dengannya di putus oleh semua orang sehingga Jack kehilangan kontak untuk bisa berbicara dengan Edgar atau sekedar tahu bagaimana kondisinya saat itu.     

"Paris membunuh bayiku saat ia masih berusia dua bulan, Paris lebih memilih menggugurkan bayiku karena tak mau punya anak dari seorang pria cacat dan buta sepertiku,"ucap Edgar pelan mengulik sedikit masa lalunya dengan Paris.     

"Gila, hanya wanita gila yang tega membunuh bayinya sendiri. Dia lebih rendah dari binatang."Jack langsung menyahut dengan cepat, mengutuk tindakan Paris si model cantik pakaian dalam asal Inggris yang cukup terkenal.     

Edgar menyugar rambutnya kasar. "Itulah satu alasanku menunda operasi dan memilih untuk tetap hidup dalam kegelapan selama tiga tahun."     

"Are you insane?!"     

"Maybe, tapi aku tak munafik, Jack. aku sangat terkejut dan terpukul, setelah menjalin hubungan dengannya selama betahun-tahun akhirnya kami akan punya anak rasanya sangat luar biasa. Karena itu saat aku tahu dia memilih menjalani aborsi seluruh duniaku jatuh, harapanku dihancurkan tanpa sisa oleh wanita yang aku cintai dan rasanya sangat menyakitkan sekali. Meski aku belum menyentuh anakku tapi saat tahu dia sudah bertumbuh dalam perut Paris aku bahagia sekali,"ucap Edgar lirih.     

Jack menghela nafas panjang, perlahan ia bangun dari tempatnya duduk dan berpindah disamping Edgar. "It's ok, semuanya sudah berlalu. Live must go on, kau berhak bahagia."     

"Yeah, itulah yang aku lakukan. Setelah berpikir selama tiga tahun akhirnya aku memutuskan untuk melakukan operasi donor kornea untuk mengembalikan penglihatanku."     

"Ok, lebih baik kita sudahi pemabasan itu. Aku sudah lama kehilangan sahabatku dan baru hari ini mendapatkannya kembali, jadi bagaimana kalau kita pergi ke bar dan melanjutkan obrolan kita disana?"     

Edgar menggerakan tangannya dan memukul lengan Jack dengan cukup keras. "Jangan asal bicara, aku tahu istrimu akan marah jika dia tahu hal ini. Oh iya aku turut berduka atas apa yang kalian alami lima bulan yang lalu, pasti rasanya berat bukan kehilangan bayi yang sudah siap dibesarkan."     

"Aku dan istriku sudah merelakan putri kami itu, Jones. Aku yakin little princess kami akan bahagia disurga menemani kakak pertamanya."     

"Kakak pertama? Tunggu, bukankah putramu yang namanya Chrstian itu sudah berumur empat tahun ya saat ini? jangan bilang kau punya anak dari wanita lain tanpa sepengetahuan istrimu dan-"     

"Christian anak kedua kami, Jones. Dia kembar dan saudara kembarnya tak berhasil diselamatkan."     

"Jesus."     

Jack tersenyum. "Ceritanya panjang dan aku tak mau membahasnya, aku sedang ingin merayakan kembalinya sahabatku saat ini."     

"Kau selalu saja seperti ini, aku senang kau tak berubah Muller. Oh iya, katakan padaku apa yang kau lakukan pada Giselle? Apa kau membuatnya bernasib sama seperti mantan tunanganmu yang sudah berselingkuh itu, huh?"     

"Giselle? Aku tak sekejam itu, walau bagaimanapun Giselle pernah berjasa padaku saat menjadi sekretaris pribadiku. Aku hanya memberikan sedikit pelajaran padanya, kau ini benar-benar brengsek, Jones. Bagaimana bisa kau tahu semua yang aku lakukan?"     

"Haha tentu saja kau tahu, meski mataku buta tapi telingaku tidak tuli. Lagipula kau adalah temanku, mana mungkin aku tak mengikuti semua yang terjadi padamu dan-"     

Gukk gukk..     

"Anjing?"     

Edgar terperanjat. "Yes, itu anjing kesayanganku, Snowee. Tapi tadi dia aku tinggal di bawah, mana mungkin dia bisa naik ke..."     

"Babe..."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.