I'LL Teach You Marianne

Belum kenyang



Belum kenyang

0Kencan yang diinginkan Anne berjalan dengan sangat sempurna, Jack benar-benar melakukan apapun yang diinginkan Anne. Karena terlalu lelah akhirnya mereka memutuskan untuk menginap di Hotel President Wilson, a Luxury Collection Hotel, Geneva. Sebuah hotel mewah yang berada di dekat danau Jenewa.     
0

"Lebih baik kau mandi dulu, aku menunggu Erick datang mengantarkan pakaian bersih kita di lobby,"ucap Jack pelan pada Anne saat baru saja masuk kedalam kamar hotel.     

Anne yang masih mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar nampak tersenyum. "Aku suka hotel ini, kamarnya luas dan pemandangan juga indah."     

"Apa kau mau tinggal di hotel ini selama satu bulan?"     

Anne langsung menoleh ke arah Jack. "No, aku suka bukan berarti berarti suka dalam arti yang ingin memiliki atau mempunyai kamar seperti ini, Jack. Hanya suka saja, tapi tetap kamar dirumah kita jauh lebih nyaman dan tetap yang terbaik."     

Jack tersenyum mendengar perkataan Anne, ia kemudian mendekati Anne yang sedang berdiri di pinggir kaca dan berbisik lembut di telinganya. "Aku akan turun ke lobby, kau bisa mandi terlebih dahulu."     

Anne menganggukkan kepalanya penuh semangat. "Yes, sir."     

Jack kemudian mendaratkan ciuman di pucuk kepala Anne sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar mereka, untuk menunggu Erick di lobby. Setelah Jack pergi Anne membuka jaket yang masih melekat di tubuhnya dan melemparkannya begitu saja di atas kursi, sebelum pergi ke kamar mandi.     

Jack berada di lift seorang diri saat turun ke lobby karena hari sudah malam, begitu ia keluar dari lift beberapa orang staf yang masih berada di lobby menunduk dan menyapanya dengan sopan. Karena Erick belum sampai Jack kemudian duduk disofa yang berada di lobby dengan membawa sebuah majalah yang ia ambil dari atas meja, kedua matanya menyipit saat membaca sebuah artikel yang berada di majalah itu. Sosok Chester Llyod sang sekretaris jenderal PBB yang baru sedang dibahas tuntas di artikel itu, Chester Llyod menceritakan perjuangannya untuk mencapai posisinya saat ini. Termasuk perjuangannya membesarkan seorang anak sendiri pasca sang istri meninggal, banyak sekali kelebihan-kelebihan Chester yang ditulis dalam majalah itu dan jujur saja hal itu membuat Jack muak. Sejak dulu ia paling tak suka jika dimintai wawancara seperti ini, karena biasanya jika ia setuju melakukan wawancara dengan satu majalah maka majalah lain akan memburunya dan hal itu pasti akan membuat jadwal Jack kacau. Karena wawancara seperti itu biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama.     

"Meskipun saya harus menjalankan peran ganda dalam membesarkan putri semata wayangku tapi aku sungguh sangat menikmatinya, walau sebenarnya sudah ada seorang wanita baik hati yang sudah membuat hatiku berdebar."     

Deg     

Jantung Jack berpacu sangat cepat membaca jawaban Chester saat ditanya soal keinginannya untuk menikah lagi pasca ditinggal sang istri meninggal, sungguh Jack menjadi sangat tidak tenang saat ini.     

Meskipun Chester tidak menyebut ciri-ciri atau nama Anne secara langsung tapi Jack yakin kalau pria itu sedang membicarakan istrinya, Mariannenya. Tanpa sadar Jack mencengkram kuat majalah yang ada di tangannya, sungguh ia sangat marah sekali saat ini.     

"Damn, ini wawancara yang dilakukan hari ini,"ucap Jack serak saat menyadari tanggal wawancara Chester Llyod dengan majalah yang sudah tak mulus lagi itu.     

Jack pun langsung teringat kembali dengan percakapannya dengan Chester tadi siang, seketika amarah Jack pun datang lagi saat mengingat perkataan Chester yang jelas-jelas menginginkan Anne. Kedua mata Jack bahkan sampai memerah karena marah. Saat Jack sedang melamun karena mengingat perkataan Chester dari kejauhan Erick datang, pria itu datang dengan terburu-buru sambari membawa tas duffel yang berisi pakaian bersih Jack dan Anne serta beberapa skincare rutin Anne tiap malam yang disiapkan Alice tanpa bertanya pada Anne. Sebagai wanita Alice bisa paham dan mengerti apa-apa saja yang dibutuhkan seorang wanita jika sedang menginap di tempat lain.     

"Selamat malam, Tuan."     

Sapaan Erick berhasil membuat Jack tersadar dari lamunannya, dengan cepat ia pun langsung menoleh ke arah Erick yang sudah berdiri dihadapannya.     

"Akh kau sudah datang, Erick."     

Erick tersenyum. "Saya baru datang, Tuan dan ini pakaian bersih untuk anda dan Nyonya." Erick menyodorkan tas yang sejak tadi ia jinjing pada Jack.     

Jack pun dengan cepat menerima tas yang dibawa Erick. "Terima kasih, oh iya aku punya satu tugas lagi untukmu."     

"Tugas apa itu, Tuan?"     

Jack tersenyum dan melambaikan tangannya kepada Erick, ia meminta Erick untuk mendekat ke arahnya. Dengan patuh Erick pun mendekatkan dirinya pada Jack dan terlihat beberapa kali menganggukan kepalanya saat Jack berbisik padanya.     

"Baik Tuan, saya akan menyiapkan semuanya,"jawab Erick dengan cepat saat Jack sudah selesai bicara.     

"Ok, ya sudah lebih baik kau segera pulang. Hari sudah sangat larut, kau butuh banyak istirahat."     

"Siap Tuan, kalau begitu saya permisi. Selamat malam."     

Jack menganggukkan kepalanya tanpa berbicara ketika Erick berpamitan kepadanya, setelah Erik masuk kedalam mobil kembali Jack akhirnya berjalan menuju lift untuk kembali naik ke kamarnya dengan membawa tas yang berisi pakaian bersih untuknya dan sang istri. Tak membutuhkan waktu lama Jack akhirnya tiba di lantai tertinggi di hotel, dimana kamarnya dan Anne berada. Dengan langkah cepat Jack bergegas menuju kamarnya yang ada di bagian paling ujung, ia tak mau membuat Anne menunggu pakaian ganti lebih lama. Akan tetapi saat Jack membuka pintu, ia mendapatkan kejutan yang tak disangka-sangka.     

"Anne…"     

"Hai kau sudah kembali, ayo duduk dan bergabung denganku." Tanpa rasa bersalah Anne langsung memotong perkataan sang suami dan meminta untuk bergabung dengannya menikmati makanan yang baru saja diantar petugas hotel.     

Anne yang masih lapar terlihat memesan dua mangkuk ramen berkuah yang terlihat pedas dan saat ini Anne sudah menikmati satu mangkuk ramen dengan lahap, keringatnya pun nampak membanjiri wajahnya padahal sepertinya Anne baru selesai mandi mengingat masih ada handuk kecil yang melingkar diatas kepalanya, membungkus rambutnya yang basah.     

"Kau belum kenyang?"tanya Jack tak percaya.     

Anne yang baru saja memasukkan mie ramen kedalam mulutnya langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Yang makan kue-kue enak tadi adalah kau, Jack. Bukan aku."     

"Iya tapi kau juga makan beberapa, bukan?"     

"Makan, tapi sedikit. Lagipula makan kue kecil-kecil itu tak bisa membuat kenyang,"jawab Anne dengan mulut yang penuh mie.     

Jack langsung terdiam, ia tak percaya mendengar jawaban sang istri yang mengatakan ia belum kenyang. Padahal jelas-jelas Anne yang menghabiskan Engadiner Nusstorte yang ukurannya cukup besar seorang diri.     

"Kau sudah mandi?"tanya Jack pelan mengalihkan pembicaraan.     

"Sudah, oh iya mana pakaian bersihku?"     

Tanpa bicara Jack langsung menyerahkan pas yang masih ia pegang kepada sang istri, yang sudah mengulurkan tangan kepadanya. Anne pun langsung membuka tas yang dibawa Jack dengan cepat untuk mencari pakaian dalamnya, sejak tadi Anne belum memakai celana atau bra di balik piyama mandi yang sedang ia gunakan.     

"Apa yang kau lihat? Cepat tutup matamu, Jack. Aku mau pakai celana dalam!!"pekik Anne ketus pada Jack yang sedang menatapnya tanpa berkedip.     

"Are you serious?"     

"Jack!!"     

"Ok...ok…" Jack pun langsung berbalik badan dan memejamkan kedua matanya, malam ini ia benar-benar dibuat bingung sebingung-bingungnya melihat perubahan sikap Anne yang luar biasa.     

"Aku sudah melihat setiap inci dari tubuhmu, babe. Kenapa juga kau memintaku menutup mata?"     

"Ishh berisik...jangan buka matamu, aku belum selesai!"     

Jack menghela nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya perlahan.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.