I'LL Teach You Marianne

Old picture



Old picture

0Sebuah mobil Range Rover berwarna hitam terlihat berhenti disebuah restoran mewah terbaik di Luksemburg, sang driver pun bergegas keluar dari dalam mobil untuk membukakan pintu untuk sang tuan dan nyonya yang duduk dibangku belakang.     
0

"Nyonya..."     

Anne yang sudah sangat bersemangat akan bertemu dengan Linda dan Paul nampak terkejut saat menyadari tempat dimana ia berada saat ini.     

"Ini bukan rumah sakit, Jack!!"ucap Anne dengan cukup keras.     

Jack mengangguk pelan. "Memang, kita harus bicara sebentar sebelum pergi ke rumah sakit."     

"Bicara apa lagi? Bukankah kita bisa bicara di dalam mobil? Kenapa harus di restoran ini, Jack?"tanya Anne ketus.     

Jack meraih tangan Anne dengan cepat. "Tak akan lama, percayalah."     

Anne yang kesal tak merespon perkataan Jack, ia masih terus menatap tajam kedua mata biru dengan tatapan ingin membunuh.     

"Come'on babe, semakin cepat kita bicara semakin cepat pula kita ke rumah sakit untuk bertemu dengan Linda dan Paul,"ucap Jack kembali.     

"Ok, fine!!!"sahut Anne ketus sambil berlalu dari hadapan Jack setelah ia memberikan bouquet bunga yang ia pegang pada Nicholas yang berdiri tepat disamping kirinya.     

Jack menghela nafas panjang melihat sikap ajaib istrinya, butuh kesabaran extra menghadapai wanita yang sedang hamil muda dan Jack sudah bertekad untuk menahan diri menerima semua perubahan sikap Anne selama sembilan bulan ke depan. Dengan langkah cepat Jack berjalan masuk ke dalam restoran yang sudah di kosongkan itu, senyumnya mengembang saat melihat Anne sudah duduk di kursi yang cukup nyaman dengan menikmati coklat bar yang disajikan restoran itu sebagai welcome snack.     

"Apakah enak?"tanya Jack pelan mencoba mencairkan suasana.     

Anne yang sedang menggigit satu batang coklat bar langsung meraih piring kecil yang berisi coklat bar agar tak diambil oleh Jack.     

"Ini milikku,"jawab Anne ketus.     

"Baiklah, aku tak akan mengambilnya. Itu milikmu,"ucap Jack pelan sambil tersenyum.     

Anne menyipitkan matanya saat Jack mulai duduk bersandar pada sandaran kursi, Anne sedang mengira-ngira kapan akan melepaskan piring berisi coklat bar itu di atas meja kembali. Setelah yakin Jack duduk dengan tenang barulah Anne melepaskan cengkramannya pada piriing kecil itu dan meletakkannya bebas diatas meja.     

"Cepatlah, waktu terus berjalan,"ucap Anne ketus.     

Jack menipiskan bibirnya dan kembali duduk tegap dihadapan Anne dengan mengepalkan kedua tangannya di atas meja. "Apakah dulu saat hamil Christian kau segalak ini?"     

"Galak? Tentu saja tidak, dulu saat Christian masih ada dalam perutku dia tak ada waktu untuk menyusahkanku. Christian menjadi anak yang sangat baik, mungkin dia tahu kalau saat itu ibunya hanya seorang diri,"jawab Anne datar, Anne belum mengerti kenapa tiba-tiba Jack bertanya soal kehamilannya dulu.     

Kedua mata Jack langsung panas, rasa bersalah langsung menyeruak dalam dadanya. "Sepintar itukah anakku?" suaranya terdengar serak menahan tangis.     

Anne menipiskan bibirnya. "Tentu saja, siapa dulu ibunya? Aku serta Linda dan Paul mendidik Christian dengan sangat baik bahkan saat ia masih dalam perutku, semua hal baik kami bisikkan padanya."     

Damn, air mata Jack akhirnya menetes tak dapat dibendung.     

Dalam hitungan detik Jack langsung berpindah tempat duduk disamping Anne. "Apakah kali ini kau mengizinkan aku melakukan itu semua pada adik Christian?"     

Anne terkekeh. "Adik Christian? Kau ini bicara..."     

Ucapan Anne langsung terhenti saat sudah bisa mencerna kata-kata yang baru saja diucapkan Jack, kedua mata Anne yang sebelumnya menatap tajam dan tak bersahabat pada Jack perlahan berubah sendu dan berkaca-kaca.     

"M-maksudmu..a-aku sedang..."     

"Iya, di dalam sini ada adik Christian. Dokter Caitlyn memperkirakan usianya sekitar tiga atau empat minggu." Jack langsung memotong perkataan Anne dengan meletakkan tangannya di perut rata Anne.     

Anne menunduk, menatap tangan Jack yang sedang meraba perutnya tanpa berkedip. Perlahan ia mengangkat wajahnya dan menatap wajah Jack dengan sendu. "K-kau pasti bergurau, bukan?"     

Jack menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tak bergurau. Memangnya kau tak sadar dengan semua perubahan selera makanmu yang luar biasa ini, babe?"     

Anne terdiam, ia mencoba mengingat semua yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir ini. Mulai dari perubahan minatnya akan susu sapi dan segala olahannya dan rasa laparnya yang menggila saat melihat makanan namun tak jadi memakannya ketika makanan itu datang dan tentu saja perubahan emosi serta libidonya yang naik turun tak terkontrol.     

"Tadi malam dokter Caitlyn datang khusus untuk melakukan tes darah padamu untuk mengecek apa kau benar-benar hamil atau tidak, meskipun dokter Caitlyn sudah yakin sekali kau hamil dari hasil pemeriksaan nadi yang ia lakukan padamu. Dan ternyata tebakan dokter Caitlyn benar, didalam tubuhmu sudah bertumbuh buah cinta kita. Adik Christian, pewaris keluarga Clarke yang lain,"ucap Jack lembut sembari terus meraba perut Anne.     

"T-tapi Christian dia belum berumur lima tahun, Jack. Aku tak mau hamil sebelum dia..."     

"Sttt jangan bicara sembarangan, didalam perutmu sudah ada anak kedua kita, Anne. Kau tak mau bukan membuatnya merasa tak diinginkan?"     

Anne langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "T-tentu saja tidak, tapi aku.."     

"Stop Anne, look at me. Saat ini kau tak sendiri, kau memiliki aku. Aku akan berada disampingmu, melakukan apapun yang kau inginkan, menjagamu dan anak kita. Percayalah hal-hal buruk seperti dulu tak akan terjadi lagi, aku bersumpah,"sahut Jack dengan cepat memotong perkataan Anne dengan cepat.     

Air mata Anne menetes membasahi wajahnya, ia masih tak percaya dalam rahimnya sudah ada makhluk kecil yang bertumbuh. Anne masih belum siap, Anne masih belum siap jika harus mengalami hal serupa seperti saat mengandung Christian dulu. Rasa traumanya belum hilang, masa-masa sulit saat berjuang melahirkan Christian kembali melintas dalam bayangan Anne. Seketika tubuhnya pun bergetar hebat dan beruntung Jack langsung sadar, dengan cepat pria itu memeluk istrinya yang sedang ketakutan.     

"Percayalah Anne, aku tak akan membiarkan kau mengalami kesulitan lagi. Aku akan ada disampingmu, menjagamu dan bayi kita. Percayalah padaku, berikanlah aku kesempatan menjadi suami siaga untukmu, Anne,"ucap Jack serak menahan tangis, bukan tangis sedih melainkan tangis haru.     

Anne tak merespon perkataan Jack, ia masih memejamkan matanya mengingat apa yang terjadi padanya dalam beberapa minggu terakhir ini. Anne menyesal tak hati-hati sehingga kehamilannya terdeteksi dengan cepat oleh Jack terlebih dahulu.     

Karena merasa sesak Anne lalu melepaskan pelukan Jack dan duduk tenang sambil bersandar pada sandaran kursi dengan tangan yang berada diatas perutnya.     

"Dan sebenarnya ada satu hal lagi yang harus kau tahu,"ucap Jack pelan membuyarkan lamunan Anne.     

"Apa lagi?"     

Jack menyerahkan ponselnya pada Anne, meski awalnya bingung akhirnya Anne menerima ponsel Jack dan berteriak kecil saat melihat wallpaper ponsel Jack.     

"I-ini..."     

Jack tersenyum. "Tiga tahun lalu saat kau pergi aku berhasil menemukan ponsel lamamu di vila dan saat aku mengaktifkan ponsel itu aku terkejut sampai hampir pingsan saat melihat foto yang kau gunakan sebagai wallpaper."     

Kedua tangan Anne bergetar menatap foto yang ada diwallpaper ponsel Jack, foto dirinya dan Jack yang nampak tersenyum lebar setelah mengucap janji sehidup semati di York Minster terpampang jelas didepan matanya saat ini.     

"Terima kasih sudah setia menungguku kembali, Anne,"ucap Jack lirih sambil meraba perut Anne kembali.     

Anne menggigit bibir bawahnya dan memukul Jack dengan kuat. "Menyebalkan hiks... aku benci padamu!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.