I'LL Teach You Marianne

Mencintai Anne



Mencintai Anne

0"Damn, kenapa hal ini bisa terjadi? Bukankah kalian sudah berkata kalau itu adalah hacker terbaik? Tapi kenapa bisa ditaklukkan dengan cepat? Bahkan para interpol yang kita kirim kenapa tak menangkap pria itu? Kalian benar-benar tak berguna!!"pekik Leon penuh emosi dihadapan sekitar dua puluh orang yang tadi menyerang sistem keamanan Muller Finance Internasional.     
0

"Ternyata kita terlalu menganggap enteng perusahaan itu, Tuan."     

"Muller Finance Internasional ternyata memiliki tim IT yang sangat hebat, Tuan."     

"Benar Tuan, bahkan uang jutaan dollar yang sudah kami curi dan mendarat di rekening pimpinan kelompok teroris yang ada di timur tengah dengan mudah mereka berkukan."     

"Sepertinya kita harus mencari cara lain lagi, Tuan. Menyerang sistem keamanan mereka sepertinya akan sia-sia."     

Leon mengepalkan tangannya, ia benar-benar kesal. Rencana yang sudah ia susun dengan sangat rapi dan brilian itu dengan mudah di hempaskan oleh Jack dan anak buahnya, padahal Leon sudah yakin sekali kalau rencananya ini akan berhasil membuat Jack hancur. Tapi semua harapannya itu sia-sia karena Muller Finance Internasional sampai saat ini masih berdiri kokoh dan tak terkalahkan, bahkan sistem keamanan perusahaan itu kini semakin meningkat dan susah di tembus karena sudah diperbaiki oleh tim IT mereka.     

Giselle yang sejak tadi duduk di sofa yang ada di kamar hotel Leon nampak tersenyum, rasa cintanya pada Jack semakin besar saat ini. Meski saat ini ia ada di pihak Leon namun tetap saja Giselle bahagia saat tahu Jack berhasil menahan serangan Leon.     

"Setelah ini apa yang harus kita lakukan, nona Allen?"tanya Leon tiba-tiba membuyarkan lamunan Giselle yang sedang memikirkan Jack.     

"A-apa? Kau bicara apa, Leon?"     

"Damn, kau melamun? Kau tak mendengarkan semua yang aku katakan sejak tadi?"tanya Leon kembali dengan suara meninggi.     

Giselle tersenyum. "Aku dengar dan mengingat semua umpatan yang kau katakan untuk Jack, apa perlu aku mengulangi semua kata-katamu itu?"     

"Tidak usah, terima kasih,"sahut Leon ketus.     

Giselle terkekeh. "Bukankah aku sudah katakan sebelumnya padamu kemarin? Sistem keamanan di Muller Finance Internasional sangat baik, selain memiliki tim IT yang hebat Jack adalah seorang programer hebat saat ia masih sekolah dulu. Jadi kau salah kalau menyerang perusahaannya."     

"Kalau tak menyerang perusahaanya lalu apa yang harus kita lakukan?"tanya Leon putus asa.     

"Usik kehidupan pribadinya, cari kelemahannya dengan cara lain. Aku yakin sekali anak dan istrinya adalah kelemahan seorang Jackson Kningt Clarke, Tuan."     

Leon langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, kalau rencanamu ingin menyakiti Anne aku tak setuju. Aku tak akan rela kau menyakitinya, Anne terlalu berharga jika harus dikorbankan dalam rencana ini."     

"Laki-laki bodoh, bukankah kau bilang kalau mantan istrimu itu sudah berselingkuh? Lalu kenapa kau harus tetap mengasihinya? Lagipula jika kita sedikit mengorbankannya aku rasa tak masalah,"sahut Giselle tenang rasa bersalah, wanita ini benar-benar jahat. Ia rela menyakiti seorang wanita yang tak bersalah demi kepentingannya sendiri, obsesinya pada Jack sudah menutup akal warasnya.     

Leon terdiam cukup lama, ia sedang mempertimbangkan saran yang pernah Giselle ucapkan. Leon yang sangat mencintai Anne tak setuju dengan saran Giselle karena tak mau melukai Anne, tujuan utamanya saat ini adalah ingin membuat Jack hancur sebagai pembalasan dendam atas apa yang sudah Jack lakukan pada Ganke Inc Production tahun lalu yang membuatnya mengalami banyak kerugian. Selain merebut Anne kembali tentunya.     

Namun setelah berpikir cukup lama akhirnya Leon pun setuju dengan saran Giselle, ia kemudian kembali duduk dengan tenang dan mulai mendengarkan semua yang dikatakan oleh Giselle. Rencana Giselle untuk memisahkan Jack dan Anne.     

"Aku tak setuju, itu terlalu beresiko Giselle!"pekik Leon dengan keras, ia tak setuju dengan saran Giselle yang sangat ektrem.     

Giselle terkekeh. "Memang, tapi ini adalah cara yang terbaik. Percayalah mantan istrimu itu tak akan terluka terlalu parah, aku pastikan dia hanya akan cedera sedikit saja."     

Rahang Leon mengeras. "Aku memang sangat menginginkan Anne kembali, tapi sumpah demi Tuhan aku tak mau melukainya. Aku terlalu mencintainya dan tak rela jika Anne sampai terluka, seujung kukunya saja tergores aku tak tega."     

Brak     

Giselle memukul meja yang ada disampingnya dengan kuat.     

"Laki-laki bodoh, kita hanya akan menculiknya bukan menguliti tubuhnya. Jadi kau jangan khawatir seperti itu, lagipula kenapa kau sebodoh ini? Wanita itu tak secantik dewi, kenapa kau sama bodohnya dengan Jack yang sangat tergila-gila padanya, hah?!" Giselle merasa sangat kesal dengan Leon yang dianggap terlalu lemah.     

Leon menatap Giselle dengan tajam. "Aku hanya terlalu mencintainya, aku sudah pernah kehilangannya sekali. Karena itu aku tak mau kehilangannya lagi dan membuatnya semakin membenciku."     

"Terserah, apapun alasannya aku tak perduli. Yang jelas rencanaku tetap sama. Kalau kau mau bergabung denganku maka kita akan segera mempersiapkan semuanya bersama dengan anak buahku, tapi kalau kau tak mau maka aku akan melakukannya sendiri. Karena percayalah, semua yang kau lakuka itu akan sia-sia jika menyerang Jack secara langsung,"imbuh Giselle kembali sambil tersenyum angkuh. "Aku berikan waktu padamu sampai besok, kalau kau tak juga memberikan keputusan padaku maka aku anggap kau mundur dari kerjasama kita."     

Setelah berkata seperti Giselle pun bergegas pergi dari hadapan Leon, tekad Giselle untuk mendapatkan Jack sangat menggebu-gebu saat ini. Jack adalah cinta pertamanya dan dia sudah pernah kehilangan Jack sekali saat Jack dijodohkan dengan Shopia Higgins, Giselle sadar kalau ia tak ada apa-apanya dengan Shopia Higgins yang sangat populer dan hebat dalam bermain piano saat itu. Karena itu lah ia mengalah dan menjalin hubungan dengan Frederick selama hampir lima tahun. Tapi setelah tahu kalau Jack dan Shopia gagal menikah niat Giselle untuk mendapatkan Jack kembali berkobar, Giselle rela meninggalkan Frederick, pria yang mendapatkan kesuciannya. Bagi Giselle kesuciannya itu tak penting, karena menurutnya dengan kemampuannya di atas ranjang Jack pasti akan tergila-gila padanya. Maka dari itu ia sangat bersemangat untuk mendapatkan Jack.     

Tak lama setelah Giselle pergi satu persatu anak buahnya yang ia rekrut untuk menyerang Muller Finance Internasional pun pergi meninggalkannya sendiri di kamar hotel, Leon termenung cukup lama menatap gelapnya langit Jenewa dari balkon. Leon sedang bimbang saat ini, sungguh Leon hanya ingin bisa hidup bersama Anne kembali. Tak ada lagi keinginannya yang lain saat ini, namun entah mengapa semua rencananya untuk mendapatkan Anne selalu gagal.     

"Aku hanya ingin kau kembali padaku, Anne. Aku tak mau melukaimu, aku sangat mencintamu Marianne. Tak bisakah kau melihatku dan menerima cintaku? Cintaku sangat besar untukmu, Anne. Bahkan lebih besar dari suamimu itu,"ucap Leon serak, dalam pandangannya saat ini wajah Anne muncul di gelapnya malam.     

Mansion Jack     

Alice masih bekerja di sofa meskipun sudah pulang kerumah, karena peristiwa hari ini pekerjaannya menjadi sangat banyak dan harus secepatnya diselesaikan. Pasalnya jika ia tak menyelesaikan semua kekacauan malam ini maka uang jutaan dollar yang sudah dibekukan itu tak bisa kembali ke Muller Finance Internasional, maka dari itu Alice bekerja sampai larut malam dengan puluhan kertas penting yang bersebaran dihadapannya dengan dua laptop canggih dan dua ponsel yang dia gunakan untuk berkomunikasi dengan banyak orang penting.     

Saat Alice baru saja selesai berbicara dengan direktur utama Bank Nasional Swiss, Bank tempat dimana puluhan juta dollar uang milik Muller Finance Internasional berada. Erick dan Nicholas datang, kedua pria itu nampak lelah setelah seharian berada di luar untuk melakukan perintah Jack.     

"Bagaimana?"tanya Erick pelan pada Alice.     

Alice tersenyum. "Uang-uang yang dibekukan itu akan kembali ke rekening perusahaan dalam waktu lima hari kedepan, tadi direktur Bank Nasional Swiss sendiri yang bicara padaku."     

Nicholas langsung mengangkat kedua jempolnya dan menunjuk ke arah Alice. "Kau benar-benar sekretaris hebar, Alice. Perusahaan sangat beruntung mendapatkanmu."     

"Aku yang bersyukur bisa bekerja di perusahaan, Nick. Kalau saja waktu itu Tuan tak percaya pada kemampuanku dan memberikan kepercayaan padaku mungkin saja saat ini aku masih akan menjadi resepsionis yang selalu direndahkan teman-temanku,"ucap Alice pelan sambil tersenyum saat mengingat teman-temannya yang selalu merendahkannya yang hanya menjadi resepsionis, tak seperti mereka yang bekerja di posisi yang menjanjikan di perusahaannya masing-masing.     

"Memangnya masih ada yang berani merendahkanmu?"tanya Erick dengan suara meninggi.     

Alice menggelengkan kepalanya. "Mana mungkin, toh aku juga tak berkomunikasi lagi dengan mereka. Aku sangat muak dengan orang-orang yang menyombongkan dirinya setiap kali datang ke reuni, reuni yang seharusnya menjadi pertemuan yang hangat penuh kekeluargaan berubah menjadi ajang pamer kekayaan."     

"Benarkah? Memangnya ada wanita yang seperti itu, Alice?"tanya Nicholas terkejut, Nicholas yang selalu berada disamping Alan dulu tak pernah tahu bagaimana pergaulan wanita diluar sana. Pasalnya wanita-wanita yang ia kenal adalah wanita-wanita berkelas yang berasal dari keluarga kaya yang berada didekat mendiang Alan.     

"Banyak Nick, karena itulah aku tak punya teman wanita dan hanya dekat dengan kak Anne. Ya karena itulah alasannya,"jawab Alice sambil tersenyum.     

"Dasar wanita yang tak punya urat malu, kalau kau butuh bantuan aku siap membantumu, Alice,"ucap Nicholas kembali menawarkan bantuan.     

Alice menggelengkan kepalanya. "Terima kasih tapi tak usah Nick, aku tak mau membalas mereka. Karena tak berguna untukku, kak Anne pernah berkata padaku kalau cara terbaik membalas perlakuan orang-orang yang merendahkanmu adalah dengan menunjukkan prestasi. Karena dengan itu maka mereka akan malu sendiri dan itulah yang aku lakukan saat ini. Aku ingin bekerja dengan sebaik-baiknya saat ini."     

Prok..prok...prok...     

Nicholas bertepuk tangan dengan keras.     

"Pantas saja Tuan sangat mencintai Nyonya, ternyata Nyonya benar-benar luar biasa. Dibalik wajahnya yang sangat cantik itu ia juga sangat cerdas, tak heran kalau Tuan muda sangat pintar melebihi usia anak-anak seumurnya,"ucap Nicholas jujur memuji Anne.     

"Ya begitulah, makanya kalau Tuan kalian sampai tergoda wanita lain maka dia fix laki-laki yang buta,"sahut Alice dengan ketus.     

Nicholas terkekeh. "Tuanmu juga, Alice."     

Alice memutar bola matanya, jengah. Ia tak merespon perkataan Nicholas, secara tak sengaja ekor matanya melihat kearah Erick yang terus menatapnya tanpa berkedip. Dengan cepat Alice pun mengalihkan pandangannya ke arah lain.     

"Oh iya, apa kalian sudah berhasil melakukan tugas yang diberikan Tuan?"tanya Alice mengalihkan topik pembicaraan. "Si Giselle itu tak terlibat dalam kekacauan hari ini, bukan?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.