I'LL Teach You Marianne

Hungry Lion



Hungry Lion

0Saat makan malam tiba semua koki yang ada dirumah dibuat bingung oleh Anne yang menolak semua makanan yang mereka buat, hal ini semakin membuat semua orang yakin kalau sang nyonya masih marah dengan kejadian tadi siang. Erick, Alice dan Nicholas pun hanya berani melihat Anne dari kejauhan, ketiganya menjaga jarak dengan sang nyonya atas saran Luis.     
0

Jack yang baru selesai mandi nampak bingung tak menemukan keberadaan Anne, dengan handuk kecil yang masih berada di lehernya Jack keluar dari kamarnya untuk mencari sang istri.     

"Dimana istriku, Luis?"tanya Jack pelan pada Lusi yang sedang bermain dengan Christian di ruang santai yang ada dilantai dua, Christian yang belum mau tidur memilih bermain bersama Luis.     

"Tadi saya lihat nyonya turun ke lantai satu, Tuan."     

"OK."     

Jack pun langsung mempercepat langkah kakinya menuju lantai satu untuk mencari Anne, kedua alisnya terangkat saat melihat para pelayan dan koki berkumpul jadi satu di dekat dapur. Karena penasaran Jack pun lantas menghampiri mereka untuk mencari tahu apa yang terjadi.     

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Suara bariton Jack membuat sekitar 20 orang yang sedang berkumpul itu terkejut.     

Mereka pun lantas menoleh ke arah sumber suara dengan takut-takut.     

"Kenapa kalian berkumpul di tempat ini?"tanya Jack kembali.     

"I-itu Tuan..."     

Jack langsung mengerutkan keningnya. "Ada apa?"     

Menyadari cara bicara sang tuan yang meninggi semua pelayan dan koki itu pun perlahan membuat dua kelompok yang lebih kecil, memberikan Jack akses untuk melihat apa yang sedang mereka lihat.     

"Apa yang sebenarnya sedang kalian...."     

Deg     

Ucapan Jack terhenti seiring membesarnya kedua matanya saat melihat apa yang sedang Anne lakukan saat ini dihadapannya, terlihat jelas didepan matanya Anne sedang memakai apron berwarna pink dan topi koki yang memiliki warna senada sedang berada di dapur. Jack saat ini bahkan bisa mendengar senandung dari Anne, damn. Anne menyanyi sambil memasak di dapur saat semua makanan yang sebelumnya disiapkan oleh semua koki ia tolak.     

Dengan langkah cepat Jack langsung menghampiri Anne yang baru saja menuang adonan diatas teflon, wangi vanilla pun dapat Jack cium saat ia sudah berada lebih dekat dengan Anne.     

"Apa yang sedang kau lakukan, honey?"     

Anne yang sedang menunggu pancake vanillanya matang langsung menoleh ke arah Jack dengan wajah yang berbinar. "Make a dinner for us."     

"Make a dinner."Jack mengulang perkataan Anne lirih, kedua matanya menatap meja yang sudah penuh beberapa makanan buatan Anne.     

"Yes,"jawab Anne riang, ia pun kembali fokus pada kompornya kembali dan mulai membalik pancake vanillanya dengan sangat mahir.     

"So beautiful." Anne menjerit dengan keras saat melihat pancakenya matang dengan sempurna, warna golden brown dari pancake itu membuat siapapun tergoda. Termasuk Jack sendiri, Anne memang mahir membuat aneka dessert dan hal itu sudah Jack ketahui sejak beberapa tahun yang lalu.     

Karena pancakenya sudah matang Anne kemudian mengangkatnya dan meletakkannya dengan hati-hati diatas piring yang sudah ia siapkan sebelumnya, setelah memastikan pancakenya mendarat dengan sempurna diatas piring Anne kemudian menuang adonan lainnya ke atas telfon dengan teknik yang sama seperti sebelumnya. Meski bukan koki pastry namun pancake buatan Anne nampak sempurna, warna dan ketebalan dari pancake itu membuat semua pecinta makanan itu pasti akan tergoda.     

Ekor mata Anne yang tajam langsung menangkap pergerakan tangan Jack yang ingin menyentuh pancake buatannya. "How dare you touch my pancakes."     

Pergerakan tangan Jack pun langsung terhenti di udara saat mendengar perkataan Anne.     

"Can't I just try a little?" Jack bertanya dengan serak.     

Anne langsung menggelengkan kepalanya. "No, tidak sekarang. Nanti kalau semuanya sudah selesai kau bisa mencobanya."     

"Tapi aku sudah tak sabar, babe. Wangi semua makanan ini begitu..."     

"Sabar atau tidak makan sama sekali?"sahut Anne ketus memberikan pilihan sulit pada Jack.     

Air muka Jack langsung berubah, seperti anak kecil yang dilarang menyentuh mainannya Jack langsung duduk di atas kursi dan melipat kedua tangannya diatas meja, menatap sayu ke arah Anne yang juga tengah menatapnya tanpa berkedip .     

Melihat Jack duduk dengan tenang Anne tersenyum samar, sampai tak ada yang bisa menyadarinya. Setelah memastikan pancake-pancake buatannya aman Anne pun kembali sibuk melajutkan pekerjaannya. Senandung irama lagu klasik terdengar dari Anne, ia benar-benar sangat menikmati kegiatannya malam ini.     

Setelah hampir lima belas menit semua adonan pancake itu sudah habis, digantikan puluhan pancake cantik yang menggunung diatas piring. Aroma wangi dari pancake-pancake itu menyebar memenuhi seluruh ruangan di lantai satu, bahkan Erick, Alice dan Nicholas yang sebelumnya berdiri agak jauh dari dapur saat ini sudah berada dibelakang Jack begitu juga dengan semua pelayan dan koki profesional yang Jack pekerjakan di mansionnya.     

Aroma wangi dari makanan buatan Anne membuat semua orang tergoda, Anne sendiri juga sudah menikmati satu buah pancake saat sedang membuat kombinasi saus untuk pancake-pancakenya.     

"Ok, im done,"pekik Anne dengan riang saat melihat tiga macam saus buatannya sudah selesai, bahkan saat ini dihadapannya juga sudah tertata rapi sekitar 25 piring yang terisi satu setengah pancake yang sudah berjajar rapi.     

"Baiklah silahkan ambil satu piring ini satu-satu dan berikan toping saus yang kalian mau,"ucap Anne pelan pada semua orang yang ada dihadapannya sambil tersenyum.     

"Kami boleh makan pancake ini, Nyonya?"     

"Anda serius kan, Nyonya?"     

"Apa kami tak dimarahi seperti Tuan, tadi Nyonya?"     

"Ini bukan prank bukan?"     

Para pelayan langsung memberikan Anne memberondong Anne dengan berbagai pertanyaan yang hampir mirip, mereka tak percaya di perbolehkan makan pancake-pancake itu.     

"Sure, aku memang membuatnya untuk dimakan bukan untuk di letakkan di museum,"jawab Anne pelan sambil menjilat tangannya yang masih tersisa wipping cream.     

Blar     

Sebuah petir tak kasat mata langsung menghantam dada Jack saat melihat apa yang Anne lakukan, semenjak Anne diketahui hamil Jack tak pernah menyentuhnya. Sungguh iman Jack sangat di uji saat kehamilan Anne kali ini, namun saat melihat apa yang Anne lakukan Jack tak tenang. Keringat dinginnya langsung mengucur, meskipun dulu pernah berhasil menahan hasratnya selama 3 tahun namun kali ini Jack tak bisa. Sungguh Anne benar-benar membuatnya tak bisa bertahan lama, seketika keingan Jack untuk menikmati pancake-pancake itupun berganti. Yang ia inginkan saat ini adalah Anne, hanya Anne yang ia butuhkan untuk menuntaskan rasa dahaga dan laparnya yang sangat menyiksanya ini.     

Saat semua orang antri mengambil pancakenya masing-masing Jack turun dari kursi yang ia duduki selama dua puluh menit terakhir dan berjalan mendekati Anne yang sedang tersenyum melihat tingkah semua pelayan yang ada dihadapannya, kebahagiaan Anne yang paling sempurna adalah saat melihat makanan yang ia buat disukai banyak orang. Rasanya seperti kembali ke tujuh tahun yang lalu saat ia masih memiliki coffe shop.     

"Kenapa kemari? Kau tak mau makan pancake itu?"tanya Anne bingung pada Jack yang sudah berdiri dihadapannya dengan tatapan yang tak dapat dideskripsikan.     

Alih-alih menjawab pertanyaan sang istri Jack justru menurunkan kepalanya dan mendekati telinga Anne. "Aku ingin memakanmu, babe. Sudah lama sekali aku tak merasakan kehangatan tubuhmu,"jawab Jack serak, hawa panas dari nafasnya langsung mendarat di leher Anne yang terbuka. Oh Tuhan Anne, singamu sedang kelaparan.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.