I'LL Teach You Marianne

Salah curhat



Salah curhat

0Muller Finance Internasional     
0

Tiga hari sudah berlalu sejak Anne menolak Jack malam itu dan sejak saat itu pula Jack terlihat tak memiliki semangat untuk bekerja, ia terlihat sangat frustasi dan hilang gairah. Hal ini pun menjadi perhatian serius ketiga asistennya yang sudah membicarakannya selama tiga hari terakhir ini.     

"Kau yakin Tuan dan Nyonya tak bertengkar lagi, bukan?"Nicholas mengulang pertanyaannya untuk yang ketiga kalinya pada Erick yang sedang memeriksa berkas-berkas penting diatas mejanya.     

"Jesus, harus berapa kali aku menjawabnya, Nick?"tanya balik Erick ketus.     

Nicholas terkekeh sambil mengangkat kedua tangannya ke udara. "Relax dude, jangan marah. Aku hanya memastikan saja."     

Erick menatap Nicholas secara tajam dan siap untuk membuka mulutnya kalau saja Alice tidak langsung masuk secara tiba-tiba dan bergabung dengan mereka.     

"Tuan sedang sehat kan? D-dia tak sakit seperti dulu lagi kan?"     

Brak     

Erick memukul meja dengan keras, ia tak terima Jack disebut menderita depresi lagi. "Jaga ucapanmu, Alice. Dia atasanmu, bosmu. Tak pantas kau bicara seperti itu!!" Kedua mata Erick berkilat saat bicara, ia tak terima Jack di jelek-jelekkan meskipun orang yang menjelekkannya itu adalah wanita yang ia cintai.     

Melihat respon yang diberikan Erick membuat Alice tersenyum, wait ia tak marah? Sungguh pasangan yang pengertian.     

Alih-alih marah Alice justru mendekat ke arah Erick yang masih duduk di mejanya, tanpa bicara ia langsung meraih tangan pria yang sudah berbaikkan dengannya itu dan memaksanya keluar dari ruangan itu diikuti oleh Nicholas dibelakang yang senang melihat pertengkaran sepasang kekasih itu. Langkah Alice terhenti tepat di ruangan Jack yang tak tertutup rapat.     

"Lihatlah sendiri apa yang dilakukan, Tuan,"ucap Alice pelan.     

Tanpa diperintah dua kali Erick pun langsung melihat ke arah dalam ruangan Jack diikuti Nicholas yang berjinjit dibelakangnya, seketika kedua mata Erick dan Nicholas langsung membulat sempurna saat melihat apa yang Jack lakukan. Saat ini Jack sedang duduk di kursinya sambil meraba-raba foto Anne dan berbicara sendiri seolah ada orang lain yang sedang ia ajak bicara. What the heck.     

"A-aku tak bermimpi, kan?"tanya Nicholas terbata dengan mata berkaca-kaca.     

Erick menggelengkan kepalanya. "Tidak, kau tidak sedang bermimpi."     

"Bagaimana ini Erick? Aku tak mau tinggal dirumah sakit itu lagi,"ucap Nicholas serak, bayangan tentang tempat tinggalnya saat berada di rumah sakit khusus tempat perawatan Jack saat depresi pasca ditinggal Anne kini kembali terlintas dalam bayangan Nicholas kembali.     

Alice tersenyum tipis mendengar percakapan kedua orang pria itu, namun senyum Alice itu tak bertahan lama karena tiba-tiba wajahnya menjadi pucat saat menyadari Jack sudah berdiri di hadapan mereka bertiga yang sedang berlutut di depan pintu ruangan sang tuan.     

"Apa begini kerja kalian bertiga selama ini?"     

Deg     

Tubuh Erick dan Nicholas langsung menegang seketika saat mendengar suara yag tak asing ditelinga mereka, secara perlahan kedua pria itu mengangkat wajahnya ke atas dan tersenyum seperti orang bodoh ketika melihat sang tuan sudah berdiri dihadapan mereka dengan tatapan membunuh.     

"Jangan bicara, ikut aku ke dalam!!"hardik Jack dengan suara meninggi.     

Tanpa bisa membantah ketiga orang itu pun melakukan apa yang diperintahkan oleh sang tuan, ketiga pun lantas berdiri sejajar dihadapan Jack yang sudah duduk dikursinya dengan melipat kedua tangannya di dada. Tatapan mata elangnya cukup membuat siapapun pasti akan takut saat ini, pasalnya Jack akan seperti ini jika ia sedang menghadapi musuhnya saja. Mengetahui sang tuan sedang benar-benar marah membuat Erick tak berani bersuara, ia justru semakin menundukkan kepalanya dengan dalam karena tak mau menatap wajah sang tuan yang tengah memancarkan aura dingin itu.     

"Sudah dua menit kalian berdiri dan tak bicara apa-apa, mau sampai kapan kalian seperti ini?"Jack akhirnya berbicara memecah keheningan.     

"Maafkan kami Tuan, ini salahku yang sudah mengatakan hal yang tidak-tidak tentang anda,"sahut Alice gagah berani, meski suaranya terdengar serak namun ia bisa bicara dengan lantang.     

Jack tersenyum mendengar perkataan Alice. "Mengatakan hal yang tidak-tidak tentangku, memangnya ada apa denganku?"tanya Jack kembali sembari melipat kedua tangannya di dada, satu hal yang Jack sukai dari Alice adalah gadis ini tak pernah takut padanya jika sedang berdebat tak seperti gadis lain yang tak berani menatap matanya. Hal ini lah yang membuat Jack yakin kalau Alice tak menyukai dirinya seperti staf wanita yang lain yang tak berani menatapnya saat bicara.     

"Sudah tiga hari ini anda bersikap aneh, sering melamun dan kadang melalukan hal bodoh yang tak masuk akal seperti menyimpan dokumen penting ditempat sampah dan yang paling mengerikan adalah anda bicara sendiri dengan foto kak Anne. Anda baik-baik saja kan? Maksudku anda akan mempunyai satu anak lagi dengan kak Anne, Tuan. Anda tak boleh sakit, memangnya anda tega membuat kak Anne mengurus bayi seorang diri lagi seperti saat mengurus Christian dulu?" Alice bicara panjang lebar tanpa rasa takut, sementara Erick dan Nicholas sudah seperti mayat hidup. Wajah keduanya pucat bak tak teraliri darah saat mendengar Alice bicara seperti itu pada sang tuan.     

Jack terdiam beberapa saat mencerna kalimat demi kalimat yang Alice ucapkan, ia tak terlihat marah sama sekali. Justru tatapan tajamnya berubah sendu secara tiba-tiba. "Oh jadi kalian menyadarinya."     

"What ... jadi yang aku liat selama tiga hari ini benar karena anda..."     

"Jangan bodoh Alice, aku masih waras. Aku tak mungkin gila,"sahut Jack dengan cepat.     

"Kalau begitu anda kenapa?"tanya Alice kembali dengan cepat.     

"Aku hanya sedang sedikit sedih saja,"jawab Jack lirih.     

"Sedih? Anda sedih kenapa Tuan?"Erick dan Nicholas secara bersamaan.     

Jack menghela nafas panjang, ia kemudian bangun dari kursinya dan beralih duduk di karpet yang dijadikan tempat bermain Christian jika datang berkunjung ke kantor. Melihat sang tuan duduk di lantai secara spontan Erick, Alice dan Nicholas pun lantas melakukan hal serupa. Ketiganya duduk di hadapan Jack yang sedang bersandar pada dinding sembari memegang beberapa mainan kesukaan Christian.     

"Ada bertengkar denga Nyonya, Tuan?"tanya Nicholas pelan memberanikan diri.     

Jack menggelengkan kepalanya perlahan. "Tidak, hubungan kami baik-baik saja."     

"Kalau anda tidak bertengkar dengan Nyonya lalu kenapa anda sedih, Tuan?"Erick yang tak sabar akhirnya ikut bertanya.     

"Anne menolakku,"jawab Jack pelan tanpa sadar.     

Alice, Erick dan Nicholas terdiam beberapa saat, mereka tak mengerti kemana arah pembicaraan sang tuan saat ini.     

"Kak Anne menolak anda, menolak karena apa Tuan?"tanya Alice pelan.     

Dengan kepala yang masih bersandar pada dinding Jack pun menceritakan apa yang terjadi padanya tiga hari yang lalu, seperti orang bodoh Jack membagikan masalah pribadinya dengan ketiga asistennya yang belum menikah itu. Meski Alice dan Erick sudah sempat tinggal satu rumah bersama tetap saja ketika mereka mendengar hal semacam itu sari sang tuan keduanya tersipu malu, terlebih lagi Nicholas yang saat ini sedang jomblo pasca diputuskan kekasihnya yang seorang pramugari pesawat komersil Luksemburg.     

"Bagaimana aku menahan diriku? Jika istriku secantik itu berada dihadapanku dan terus berlalu lalang disekitarku seperti itu, dulu aku bisa menahan diri selama tiga tahun karena tak bersamanya setiap hari tak melihat senyum cantiknya, tak merasakan lembut kulitnya, tak tidur satu ranjang dengannya. Tapi saat ini aku melakukan itu semua dengannya, bayangkan saja bagaimana tersiksanya aku selama lima bulan terakhir..."     

Deg     

Jack langsung menutup rapat mulutnya saat menyadari hal paling bodoh yang sedang ia lakukan saat ini dihadapan ketiga asistennya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.