I'LL Teach You Marianne

Regretted Leon



Regretted Leon

0Mendengar ada yang menyapa Steffi pun langsung melakukan aksinya, dengan memasang wajah panik Steffi menoleh ke arah pria-pria itu.     
0

"Id card, id card milikku tertinggal di ruang meeting. Aku baru saja keluar karena mengantarkan dokumen pada kurir dan lupa membawa id card pengunjung kantor ini, bagaimana ini? Apa aku harus ke bagian resepsionis lagi untuk meminta id card yang baru? Tapi bagaimana nanti kalau lama? Atasanku sudah menunggu di atas bersama tuan Leon,"ucap Steffi mengarang bebas dengan memasang wajah memelas dan panik.     

Salah satu pria dari rombongan itu tiba-tiba maju kedepan, mendekati Steffi. "Tidak usah nona, anda bisa bergabung dengan kami. Kalau anda datang kembali ke resepsionis prosesnya akan sedikit memakan waktu, bukankah tadi Anda mengatakan kalau saat ini atasan anda sudah menunggu Anda di di ruang meeting bersama Tuan Leon?"     

"Iya, tapi apakah aku tak merepotkan kalian?"ucap Steffi pelan dengan memasang wajah lemah.     

"Tentu saja tidak nona."     

"Kami justru senang nona."     

"Ayo nona, kita masuk bersama."     

Steffi tersenyum mendapatkan perlakuan seperti itu, tanpa kesulitan Steffi pun akhirnya bisa melewati mesin menyebalkan itu. Para staf itu pun tak ada yang curiga pada wanita cantik yang saat ini sedang satu lift dengan mereka itu, pasalnya mereka yakin kalau wanita cantik tak berbohong. Karena biasanya hanya orang-orang yang sudah bertemu dengan Leon akan menyebut Leon saja padanya, bukan nama lengkapnya. Maka dari itulah mereka semua percaya Steffi adalah salah satu rekan bisnis Ganke Inc Production.     

"Kalian turun di lantai ini?"tanya Steffi pelan pada sekitar lima orang pria itu secara bersamaan.     

"Iya nona, lantai ini ruangan kami. Silahkan lanjutkan perjalanan anda, semoga meeting anda berhasil. Jadi kita bisa sering bertemu,"sahut salah satu staf Ganke Inc Production yang baru saja keluar dari lift dengan cepat.     

Steffi tersenyum. "Doakan saja ya aku berhasil, nanti kalau aku berhasil aku akan sering bertemu dengan kalian semua dan bisa bekerja bersama kalian."     

"Tentu saja nona, semangat."     

"Semangat nona!"     

Steffi melambaikan tangannya kepada para pria itu dengan senyum yang tersungging lebar, sebelum akhirnya pintu lift kembali tertutup dan wajah Steffi pun kembali datar. Tak ada lagi senyum ramah di wajahnya, saat ini yang ada dalam otak Steffi adalah bisa bertemu dengan Leonardo Ganke. Steffi merasa khawatir karena waktunya sangat sedikit, jam pulang kantor sudah hampir tiba dan Steffi tak akan punya kesempatan seperti ini lagi untuk mencari Leon. Karena itulah ia terus berdoa supaya tujuannya tercapai.     

Setelah menyemprotkan parfum yang memiliki efek blink-blink ke tubuh kepercayaan diri Steffi pun bertambah, ia menghela nafas panjang sebelum keluar dari lift yang membawanya ke lantai paling atas tempat dimana ruangan Leon berada. Ketika keluar dari lift kedua alis Steffi terangkat saat mendengar teriakan dari dalam ruangan yang paling besar di lantai itu, ia pun memilih bersembunyi di balik dinding supaya keberadaannya tak diketahui oleh siapapun sambil terus mencuri dengar apa yang sedang terjadi.     

Baru saja bersembunyi di balik dinding tiba-tiba terdengar suara tangisan dari beberapa orang wanita yang baru saja keluar dari ruangan paling besar di lantai itu, para wanita itu langsung berlari menuju lift dan menghilang dibalik lift. Karena penasaran Steffi berniat mengintip untuk mencari tahu apa yang terjadi namun niatnya itu ia batalkan karena saat ini dari ruangan besar itu sudah keluar seorang pria muda tampan yang terlihat sangat marah, kedua mata Steffi terbeliak lebar melihat sosok Leonardo Ganke calon mangsa yang ia cari. Meski belum melihat secara langsung namun Steffi yakin sekali kalau pria yang sedang berdiri di depan pintu itu adalah Leonardo Ganke, Steffi pintar mengenali wajah seseorang. Apalagi wajah pria itu terlihat mirip dengan wajah Leonardo Ganke yang ia lihat di ponselnya tadi.     

"Pergi kalian semua, kalian semua tak berguna. Cepat keluar!!"hardik Leonardo Ganke pada semua karyawannya dengan suara keras. "Kalian semua tak berguna!!"     

Tak butuh waktu lama sekitar 20 orang staf yang berada di lantai itu pun langsung pergi, mereka dengan cepat merapikan barang-barangnya sendiri dan bergegas menuju lift secara bersamaan meninggalkan sang bos yang sedang sangat marah. Dua menit kemudian suasana dilantai itu pun menjadi hening, karena tak ada siapapun kecuali Steffi yang sedang bersembunyi di balik dinding dan Leon yang masih berkacak pinggang di depan pintu ruangannya. Leon pun akhirnya masuk kembali ke dalam ruangannya dan menutup pintunya dengan sangat kasar, Steffi bahkan sampai terkejut saat mendengar suara bantingan pintu itu.     

"Sungguh pria yang temperamental, tapi aku suka,"gumam Steffi lirih.     

Karena sudah tidak ada siapa-siapa lagi di tempat itu Steffi kemudian mengambil beberapa alat make up-nya dari dalam tas dan memperbaiki riasan wajahnya yang sebenarnya masih sangat on point. Setelah menambahkan lipgloss pada bibirnya Steffi tersenyum tipis penuh percaya diri, ia menatap kaca di cake powder miliknya.     

"You can do it Steffi, you can do it. Selamat berjuang Steffi, taklukkan pria kaya itu. Jadilah nyonya besar di perusahaan ini,"ucap Steffi lirih pada dirinya sendiri.     

Setelah merasa semua persiapannya selesai, Steffi kemudian menyimpan kembali alat-alat tempurnya ke dalam tas dan keluar dari tempat persembunyiannya menuju ruangan Leonardo Ganke. Tanpa ragu Steffi langsung masuk ke ruangan yang tertutup itu.     

"Kenapa kau kembali? Bukankah aku sudah memerintahkan kalian semua untuk pergi!!"hardik Leon dengan keras pada Steffi yang baru saja melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan Leon.     

Steffi menarik nafas panjang dan memberanikan diri mendekati Leon yang duduk di kursinya dengan meja yang berantakan.     

Tanpa ragu Steffi duduk dipangkuan Leon. "Aku datang untuk menghilangkan amarahmu, Tuan Leon." Saat bicara tangan Steffi langsung bergerilya ke pangkal paha Leon.     

Leon menatap tajam wanita asing yang tiba-tiba masuk dan duduk dipangkuannya. "Kau bukan karyawanku, siapa kau sebenarnya?"     

Alih-alih menjawab pertanyaan Leon secara tiba-tiba dan tak tahu malu Steffi mendaratkan ciumannya di bibir Leon, ia melumat bibir Leon rakus dengan tangan yang sudah meremas benda kebanggaan Leon dari balik celananya.     

"Aku milikmu malam ini, Tuan,"jawab Steffi serak, nafasnya yang panas sudah mendarat di leher Leon.     

Leon yang merupakan laki-laki normal tak bisa menahan dirinya lebih lama lagi, secara kasar Leon menjambak rambut Steffi. "Siapa yang memintamu melakukan ini jalang?"     

Bukannya kesakitan Steffi justru tersenyum mendapatkan perlakuan kasar seperti itu.     

"Hatiku yang memintaku melakukan ini, Tuan. Aku ingin menyerahkan diriku seutuhnya padamu,"jawab Steffi penuh percaya diri, jambakan Leon di rambutnya justru membuat gairahnya semakin besar.     

"Fuck you…"     

"Tuannn…"     

Damn     

"No!!!!"     

Secara tiba-tiba Leon terbangun dari tidurnya, entah kenapa ia memimpikan pertemuan pertamanya dengan Steffi sekaligus kesalahan terbesarnya karena menerima Steffi masuk ke dalam hidupnya.     

"Fuck, kenapa aku bisa-bisanya memimpikan wanita ular itu,"ucap Leon dingin dengan nafas naik turun penuh kemarahan, mengingat Steffi kembali membuat Leon menyesali keputusannya menceraikan Anne saat itu sehingga ia sangat tersiksa saat ini.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.