I'LL Teach You Marianne

Egoisnya seorang ibu



Egoisnya seorang ibu

0Karena tak bisa tidur Leon kemudian memilih untuk bekerja kembali, beberapa bulan terakhir ini pekerjaannya di kantor sangat menumpuk. Setelah gagal menyerang perusahaan Jack beberapa kali Leon akhirnya memutuskan untuk fokus pada perusahaannya yang sedang mendapatkan project baru.     
0

Saat sedang fokus dengan laptopnya, memeriksa pekerjaan beberapa editor yang mengirimkan file yang sudah diperiksa tiba-tiba Leon mendapatkan email dari Giselle Allen. Karena penasaran Leon akhirnya membuka email itu dan membacanya.     

"Apa kau rela melihat mantan istrimu bahagia dengan pria lain, Tuan Ganke? Apa kau tak ingin berada di posisi pria yang sedang duduk disamping wanita yang kau cintai ini, Tuan?"     

Tulisan Giselle yang ada di dalam email Leon baca dalam hari, keningnya berkerut saat melihat dua foto yang dikirim Giselle. Foto pertama adalah foto keluarga asli Jack dan Anne yang sedang tersenyum bahagia bersama putra pertama mereka Christian yang memiliki mata sebiru lautan mirip dengan mata milik Jack, sedangkan foto kedua adalah foto editan Giselle yang mana pada foto bagian wajah Jack diganti menjadi wajah Leon. Kalau orang yang tak tahu akan mengira foto editan itu adalah foto asli, editan Giselle benar-benar terlihat sangat natural.     

Secara tak sadar bibir Leon menipis, ia tersenyum melihat foto itu namun email kedua yang datang dari Giselle kembali membuat senyuman Leon hilang.     

"Aku masih membuka lebar kesempatan kerjasama denganmu, tenang saja wanitamu itu tak akan celaka. Yang penting hubungannya dengan Jack bisa terputus, kau bisa bersamanya dan aku bisa bersama Jack. Sebuah penawaran kerja sama yang baik, bukan?"     

Tulisan Giselle di email kedua membuat mata Leon terbuka semakin lebar, ia kemudian memainkan jarinya diatas keyboard laptopnya. Membalas pesan Giselle.     

"Beri aku waktu, masih banyak hal yang harus aku urus di Jerman. Lagipula saat ini Anne hampir melahirkan, aku tak mau mengganggunya. Aku tak mau melukainya, ingat itu baik-baik, Giselle." Tulis Leon pada email balasannya untuk Giselle.     

Setelah menekan tombol enter Leon kemudian menutup laptopnya, ia tak mau membaca email dari Giselle lagi. Ajakan kerjasama dari Giselle sangat mengusiknya, karena kepalanya sudah sangat sakit karena mengantuk akhirnya Leon pun memutuskan untuk tidur. Ia mengabaikan email dari Giselle yang sudah masuk ke email-nya kembali.     

Jenewa, Swiss 4 AM.     

Brak     

Giselle menutup laptopnya dengan kasar, ia kesal karena Leon tak kunjung membalas emailnya.     

"Dasar Leonardo Ganke bodoh, sudah kuberi gambaran bagus seperti itu masih saja berpikir lagi,"ucap Giselle kesal.     

Karena belum mengantuk Giselle memutuskan untuk menghabiskan wine kesukaannya di balkon kamarnya, dengan sebatang rokok yang ia hisap kuat-kuat Giselle menikmati kesendiriannya di malam itu dengan terus membayangkan Jack.     

"Apakah semua kenangan indah yang kita lalui sejak kita sekolah dulu tak kau anggap, Jack? Apa semua hal manis itu sudah kau lupakan? Kurang apa diriku saat ini, Jack? Giselle Allen saat ini sudah sangat cantik dan menawan, tidak seperti Giselle Allen yang duduk di bangku sekolah menengah pertama. Apakah tak bisa kau melihatku sekali saja, Jack. Aku benar-benar mencintaimu Jack, kau adalah pahlawanku...superhero dalam hidupku. Hanya kau satu-satunya laki-laki yang aku inginkan dalam hidupku, Jack. Hanya kau,"ucap Giselle serak, kedua matanya berkaca-kaca saat mengingat penolakan Jack beberapa bulan lalu kepada dirinya saat ia mengungkapkan semua isi hatinya di kantor Muller Finance Internasional. Dan atas peristiwa itu ia menjadi sangat jauh dengan Jack, karena pria itu memecatnya.     

"Seandainya saja wanita rubah itu tak kembali mungkin saja saat ini aku masih berada di samping Jack, dasar wanita pembawa sial. Sudah pergi selama tiga tahun masih mau kembali juga, wanita tak tahu malu kau Marianne!!"pekik Giselle dengan keras.     

"Semoga kau mati dalam persalinan mu kali ini wanita rubah, wanita tak tahu malu sepertimu seharusnya ada di dasar neraka membusuk disana!!"     

"Dasar wanita tak tahu malu, aku membencimu Marianne. Aku membencimu... aarrgghhhh fuck."     

Giselle berteriak seperti orang gila, mengutuk Anne. Ia kesal karena tahu Anne kembali hamil, hamil anak Jack.     

Dengan tangan yang mencengkram kuat botol wine kesukaannya air mata Giselle menetes membasahi wajahnya. "Seharusnya aku yang mengandung anakmu Jack, seharusnya aku yang melahirkan keturunan untukmu. Bukan wanita itu, dia tak pantas untukmu. Dia tak memiliki status sosial yang sepadan denganmu."     

Karena terlalu banyak minum akhirnya Giselle pun tertidur, ia tertidur sambil memeluk botol wine diatas kursi yang ada di balkon. Beruntung potong rokoknya sudah mati saat jatuh di lantai, kalau tidak bisa terjadi hal-hal yang tak diinginkan karena jubah tidur Giselle yang panjang menyentuh lantai.     

Tanpa Giselle sadari rupanya ayah ibunya yang belum tidur mendengar semua teriakannya yang sebelumnya ia ucapkan, karena pintu kamar Giselle tak terkunci keduanya pun masuk ke kamar sang putri semata wayang mereka dengan hati-hati.     

"Giselle…"     

"Sttt...jangan berisik, jangan buat dia bangun,"sahut tuan Allen dengan cepat memberi peringatan kepada istrinya agar tak bersuara.     

Dengan cepat wanita itupun menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, ia berdiri di samping ranjang Giselle dan membiarkan suaminya membawa tubuh putrinya dari sofa ke ranjang.     

Wanita paruh baya itu menyeka wajah putrinya yang basah karena terkena wine, tetesan dari botol wine kosong yang ia peluk membasahi wajahnya kembali saat digendong sang ayah ke ranjangnya.     

"Aku takut, bagaimana kalau Giselle jadi sakit jiwa karena terus memikirkan Jack suamiku,"ucap wanita itu serak menahan tangis, ia tak tega melihat putrinya seperti ini setiap malam.     

Tuan Allen terdiam, pria berkacamata itu hanya terus menatap putrinya yang terlelap di ranjang tanpa berbicara.     

"Bagaimana kalau kita minta Jack untuk menikahinya saja suamiku, aku yakin Jack pasti mau. Dia adalah teman baik Giselle, besok aku akan datang ke rumah Jack dan meminta izin pada istrinya untuk…"     

Plak     

Sebuah tamparan keras dari tuan Allen mendarat di wajah istrinya.     

"Jangan gila, sadarlah. Kau adalah seorang wanita dan seorang ibu, bagaimana bisa kau bicara seperti itu. Memangnya kau pikir istri Jackson Patrick Muller itu apa? Robot? Dia manusia, seorang wanita, seorang ibu dan saat ini sedang mengandung anak keduanya dengan Jack. Dimana akal sehatmu? Bisa-bisanya kau bicara seperti itu, berniat datang ke rumah mereka dan meminta izin pada wanita hamil itu agar suaminya diizinkan menikahi putrimu. Dimana akal sehatmu? Kau juga seorang wanita dan seorang ibu sama seperti wanita itu, bagaimana kalau seandainya posisinya dibalik. Ada wanita lain datang dan memintaku untuk menikahinya memangnya kau mengizinkan hal itu?"hardik tuan Allen dengan suara meninggi penuh emosi, ia tak percaya istrinya mampu bicara hal mengerikan seperti itu.     

"Dan lagi, Jackson Patrick Muller itu sangat mencintai istrinya. Aku sudah tahu kisah percintaan mereka yang rumit, jadi lebih baik menghilangkan rencana gila mu itu untuk mendatangi rumah mereka. Karena percayalah sebelum kau menginjakan kaki di rumah besar itu kau sudah didepak oleh puluhan bodyguard Jack yang tak punya belas kasihan itu, jadi jangan bodoh. Lagipula apa kau tak lihat betapa cantik istri Jackson Patrick Muller itu? Bandingkan dengan putrimu, berpikirlah sebelum bicara. Kau bukan anak remaja lagi, sikap Giselle seperti ini karenamu yang terlalu memanjakannya dulu. Jadi nikmatilah buah yang sudah kau tanam,"imbuh tuan Allen kembali, setelah berkata seperti itu pria itu pun pergi meninggalkan istrinya yang masih memegangi pipinya.     

Nyonya Allen menangis tersedu-sedu tak lama setelah suaminya pergi, hatinya terasa sakit. Bukan karena tamparan suaminya melainkan karena kata-kata suaminya yang menyalahkan dirinya karena terlalu memanjakan Giselle saat ia remaja sehingga Giselle menjadi wanita liar seperti saat ini, wanita yang tak tahu malu karena mencintai suami orang.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.